
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Plt Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Yohanes Landu Praing sangat optimis bahwa Bank NTT akan memenuhi Modal Inti Minimum (MIM) sesuai jadwal yang telah ditetapkan yakni pada 31 Desember 2024 mendatang.
Untuk memenuhi Modal Inti Minimum (MIM) Bank NTT telah memikirkan bahkan menyiapkan alternatif lain sebagai upaya untuk memenuhi modal inti minimum (MIM) Rp3 triliun sebagai Bank Umum.
Plt Dirut Bank NTT, Yohanes Landu Praing kepada wartawan mengaku rencana alternatif yang disiapkan oleh Bank NTT yakni membuka kolaborasi dengan Bank Jawa Timur (Jatim).
“Andai kata tidak terjadi kesepakatan dengan Bank DKI Jakarta, maka kami siapkan pilihan lain seperti kolaborasi dengan Bank Jawa Timur (Jatim) mengingat batas waktu yang diberikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memenuhi modal inti hanya sampai Selasa, 31 Desember 2024. Artinya, tersisa waktu hanya dua bulan atau 61 hari saja,” kata Yohanes Landu Praing yang dihubungi melalui Hand Phone selulernya, Kamis 31 Oktober 2024.
Menurut mantan Dirum Bank NTT ini, Bank NTT harus membangun koordinasi dengan dua Bank yang dianggap sebagai Bank jangkar. “Hal itu telah dibahas dalam rapat konsolidasi penguatan modal bersama para bupati/wali kota se-NTT, dan Ketua DPRD NTT Emi Nomleni di Aula Fernandes, Kantor Gubernur NTT, Rabu 30 Oktober 2024.
Sebagai Plt Dirut Bank NTT, dirinya sangat optimistis syarat modal inti Bank NTT sebagai Bank Umum (Tertuang dalam Peraturan OJK No.12/POJK. 03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum), akan terpenuhi sebelum Deadline waktu 31 Desember mendatang.
“Saya optimistis syarat modal inti minimum Bank NTT sebagai Bank Umum akan terpenuhi sehingga,” ujar Plt Dirut Bank NTT, Yohanes Landu Praing.
“Sekarang, kita terus berkomunikasi. Karena batas waktunya 31 Desember, tapi kita yakin sebelum batas waktu itu sudah terealisasi,” tambah Plt Dirut Bank NTT.
Plt Bank NTT, Yohanes Landu Praing juga menepis anggapan bahwa rencana alternatif yang disiapkan Bank NTT karena gagal membangun komunikasi dengan Bank DKI.
“Bukan gagal. Ini kan persoalan kolaborasi dan sinergisitas. Tapi betul-betul kita harus mengatur lah, bergaining posisinya seperti apa. Tapi yang terpenting, inti dari KUB itu adalah kolaborasi dan sinergisitas,” bebernya.
Landu Praing juga mengaku, pembicaraan dengan Bank Jatim sudah terbangun, dan kerja sudah terlaksana.
“Sudah kerja sama (dengan Bank Jatim). MoU juga sudah. Juga sudah disampaikan secara formal. Semuanya sedang berproses dan dalam koridor yang 100 persen fiks,” tambahnya.(*/ab/llt)