Tak Cukup Teman Bisa Mendatangkan Berbagai Paket Proyek Pusat ke NTT

63
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 2, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma ketika debat pada Rabu (23/10/2024) malam. Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM –  Kondisi fiskal daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur sedang dalam tindihan beban utang yang berat. Seorang Gubernur NTT kedepan yang hanya mengandalkan pertemanan saja tidak cukup untuk bisa mendatangkan berbagai paket proyek dari pusat untuk akselerasi pembangunan di NTT.

Berteman saja dengan sejumlah pihak di tingkat pusat, daya rekatnya longgar. Berbeda jika berada dalam ring kekuasaan, itu daya rekatnya kokoh. Para pihak terkait di Jakarta merasa bagian dari kekuatan MELKI-JOHNI untuk kelanjutan pembangunan di NTT, Di tengah kondisi fiskal dalam tindihan berat utang daerah.

Polemik itu mengemuka dalam debat perdana Cagub dan Cawagub NTT yang berlangsung Rabu (23/10/2024) malam. Debat tersebut diwarnai dengan perang dingin antara Ansy Lema dan Melki Laka Lena, soal peran strategis pemerintah pusat. Ansi Lema seperti meremehkan koalisi gemuk dan peran pemerintah pusat bagi kelangsungan pembangunan di NTT.

Ansi mengklaim, siapapun menjadi Gubernur NTT pasti didukung oleh pemerintah pusat termasuk Presiden dan Wakil Presiden RI, tanpa harus mengandalkan dukungan dari banyak partai politik koalisi.

Cagub NTT, Melki Laka Lena dalam sesi konferensi pers bersama awak media, merespons balik. Melki Laka Lena menilai, Ansy Lema sebagai eks anggota DPR RI harusnya lebih tahu soal dukungan strategis pemerintah pusat, dan harus turut terlibat untuk mengedukasi masyarakat NTT.

Menurut dia, kedekatan dengan pemerintah pusat harusnya menjadi anugerah bagi NTT. Karena Provinsi NTT akan mendapatkan kue pembangunan yang lebih banyak dari biasanya.

“Kedekatan dengan Presiden itu adalah anugerah untuk NTT. Saya sedih karena Ansy omong seperti itu. Harusnya Ansy mengedukasi publik dan menjelaskan bahwa kedekatan dengan Presiden itu penting dan itu adalah bagian dari anugerah untuk NTT,” kata Melki Laka Lena.

Melki mengambil contoh pembangunan di NTT pada jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi berbeda jauh. Di mana, di jaman Jokowi menjadi Presiden dan Frans Lebu Raya menjadi Guberur, NTT mendapat lebih banyak kue-kue pembangunan, seperti pembangunan pariwisata dan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan bendungan.

“Itu karena Pak Frans dekat dengan Pak Jokowi dan menteri di Jakarta. Begitu juga pada era Pak Viktor Laiskodat menjadi Gubernur. Pak Jokowi datang dan membawa banyak program pembangunan untuk NTT karena kedekatan dengan pemerintah pusat,” tegasnya.

Melki kembali menyatakan kesedihannya terhadap politisi PDI Perjuangan itu, karena seolah-olah tidak paham tentang pengaruh pemerintah pusat. “Sekali lagi saya agak sedih saja, karena itu disampaikan oleh orang yang sangat paham bagaimana manfaatnya kita dekat dengan Presiden RI yang hari ini adalah Pak Prabowo Subianto. Ini harus disyukuri sebagai rahmat untuk NTT. Kesedihan saya hanya itu. Yang mengerti ini malah membuat ini menjadi noisy (gaduh) di masyarakat,” tandas Melki Laka Lena.

Sementara Ansy Lema dalam sesi yang sama mengklaim punya teman dan kedekatan dengan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan serta jaringan di sejumlah tempat.

“PDI-P hari ini memiliki 110 kursi di DPR RI. Itu berarti jejaring dari Komisi I sampai XIII. Saya kira pertemanan itu jauh lebih tinggi dari sekadar koalisi partai politik,” terangnya. (*/Ama Beding/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap