MELKI-JOHNI: Paket Manjur Untuk Pimpin NTT 5 Tahun Kedepan

34
Silvester Mbete. A.M

Oleh: Silvester Mbete. A.M

(Mantan Fungsionaris Presidium GMNI Periode 1989-1992)

Pelaksanaan Pilkada secara nasional akan berlangsung serentak 27 Nopember 2024. Hajatan itu juga dilaksanakan di Propinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ). Adapun kandidat yang akan bertarung untuk memperebutkan kursi NTT 1 dan NTT 2 ada 3 pasangan kandidat.

Dari peta pertarungan, sudah bisa disimpulkan bahwa Melky Laka Lena-Johny Asadoma, diatas kertas unggul dari kandidat lainnya. Dukungan politik dari 11 Parpol menunjukan bahwa Paket Melki-Johny adalah paket terkuat saat ini.

Mengapa saya atau anda memilih Paket Melki-Johny? Sebagai warga diaspora asal NTT yang berdomisili di Jakarta sekalipun tidak punya hak pilih di Propinsi NTT, secara emosional punya keterikatan secara emosional dengan tanah leluhur, maka sangatlah wajar bila warga diaspora asal NTT dimanapun berada, berharap untuk 5 tahun ke depan NTT dipimpin oleh figur yang pas, figur pemimpin yang bisa membawa NTT sedikit lebih baik dari waktu-waktu yang lalu.

Mengenal Melki Pribadi Humble

Melki Laka Lena adalah figur anak muda yang trac recordnya tidak perlu diragukan. Sebagai pribadi, Melki adalah figur muda yang humble. Kepribadian yang tidak memperlihatkan sikap arogansi sedikitpun. Saya mengenal Melki Laka Lena diawal tahun 2000 di sebuah tempat tongkrongan para aktivis dan jurnalis bertempat di bawah Rell Kereta Api yang namanya BOPLO.

Suatu ketika saya lagi duduk sendirian sambil ngopi. Tiba-tiba datang seorang anak muda mendekati saya dan memperkenalkan namanya “Melki”. Beliau menanyakan kepada saya, abang berasal dari mana? Saya menjawab, bahwa saya berasal dari NTT tepatnya dari Kabupaten Ende.

Karna merasa sebagai sesama orang Ende, beliau langsung memperkenalkan dirinya sebagai orang Ende. Kami berdua ngobrol ngalur ngidul dengan bahasa kampung kami. Saat itu juga beliau memperkenalkan diri sebagai aktifis muda PMKRI dengan jabatan atau posisi sebagai Sekjen PMKRI.

Dari obrolan itu, satu hal yang membuat saya kagum pada dirinya dimana dia secara jujur bahwa sebagai orang Ende, setidaknya dirinya sebagai aktifis PMKRI mengikuti jejak yang diwariskan oleh abang  Markus Mali (Mantan Ketua Umum PMKRI & Pendiri Partai Katholik Demokrat diawal Reformasi ). Mendengar pengakuan yang jujur dari beliau, saat itu juga saya memperkenalkan diri sebagai adik dari almarhum. Dan beliaupu kaget dan berdua berjabat tangan lagi.

Dari situ, setiap kali bertemu, baik dalam aktifitas pertemuan mantan aktifis kelompok Cipayung, ketika dia melihat saya lagi ada dalam kegiatan itu, beliau datang menghampiri saya berjabat tangan sekedar obrolan ringan. Pengakuan seperti itu juga dibicarakan juga oleh kawan dan lawan politiknya.

Melki Pribadi yang Loyal pada Sebuah Pilihan

Setelah selesai masa pengabdian di PMKRI, Melki memilih jalur politik sebagai medan pengabdian. Sejak awal tahun 2000-an Melki bergabung dengan Partai Golkar. Secara perlahan tapi pasti, Melki menunjukan kapasitas dan loyalitas dengan menduduki berbagai jabatan strategis di Partai Golkar. Dan pernah ketika Ormas Nasdem yang didirikan oleh Surya Paloh, Melki juga menjadi salah satu fungsionaris Ormas Nasdem. Tapi ketika Ormas Nasdem berubah haluan menjadi Partai Politik, Melki dengan santun menyampaikan permohonan maaf kepada Surya Paloh untuk tidak berpindah ke Partai Nasdem, tapi beliau tetap bertahan di partai berlambang pohon beringin itu.

Beberapa kali menjadi Caleg DPR dari Golkar, beliau gagal dan baru mendapat kesempatan pada periode Pemilu 2019 menjadi anggota DPR RI. Berbagai pergolakan dalam tubuh Partai Golkar silih berganti, tapi Melki tidak larut dan hanyut. Dan posisi struktural strategis diraih Melki pada Munaslub Partai Golkar belum lama ini, yang mana beliau dipercaya sebagai salah satu Wakil Ketua Umum Partai Golkar.

Konsistensi Melki menekuni Partai Golkar sebagai medan pengabdiannya setidaknya memperlihatkan bahwa Melki adalah pribadi yang konsisten pada pilihan. Dia bukan pribadi “Politisi Kutu Loncat” yang hanya mau bermain aman. Oleh karena itu hal semacam ini perlu diketahui oleh warga Pemilih NTT pada Pilkada 27 November 2024 mendatang.

Johni Asadoma, Mantan Perwira Tinggi Polri yang Humble

Bila diatas tadi, saya sedikit menguraikan sosok Melki Laka Lena, maka sosok Bung Johni Asadoma juga lebih kurang sama dalam kepribadian diantara mereka berdua.

Johni Asadoma dimasa lalu selain adalah seorang prajurit polisi yang populer dimasa mudanya dengan mengharumkan nama NTT dengan meraih kejuaraan tinju amatir dalam arena PON diawal tahun 1980-an. Bermodalkan bakat olah raga tinju, Johni Asadoma mencoba adu nasib mengikuti seleksi Calon Taruna Akpol, dan beliau diterima sebagai salah satu taruna Akpol ketika itu.

Beliau berkarier di Kepolisian dengan pangkat terakhir sebagai Irjen Pol, yang sempat menjadi Kapolda NTT menjelang pensiun. Dengan berbekal sebagai mantan Kapolda NTT, setidaknya beliau cukup paham asam garamnya menjaga keamanan di Masyarakat NTT. Selain itu, didunia olahraga tinju, Johni Asadoma dikenal sebagai seorang presenter olahraga tinju di sebuah stasiun televisi.

Melki-Johni, Pribadi yang Dapat Dipercaya

Memilih pemimpin saat ini memang tidak mudah. Apalagi Pemilu/Pilkada saat terakhir ini yang syarat dengan money politik (politik uang), yang cenderung memilih pemimpin dengan prinsip dalam bahasa Jawa “wani piro” (dibayar berapa), para pemilih bisa memperdagangkan suaranya.

Siapa yang membayar lebih banyak akan dipilihnya. Oleh karena itu, kalau prinsip ini yang dipegang oleh pemilih, maka kandidat yang banyak menaburkan uangnya yang akan dipilih. Karena dasarnya adalah prinsip jual beli maka menjadi tidak heran kalau pemimpin yang dipilih cenderung abai terhadap tuntutan rakyat ketika dia menduduki jabatan politik nanti.

Memilih pemimpin tidak cukup bermodalkan pencitraan. Pemimpin yang bermodalkan pencitraan pasti akan ketahuan boroknya nanti. Memilih pemimpin harus dengan sebuah keyakinan bahwa pemimpin yang dipilih akan konsisten pada komitmen dengan visi-misi yang telah dipaparkan.

Kalau salah memilih pemimpin/presiden/DPR/Gubernur/Bupati/Walikota, kita akan menyesal selama 5 tahunan. Jadi kalo memilih pemimpin secara spekulatif, maka kalau pilihan kita sesuai, kalau tidak sesuai maka tinggal penyesalan dihari kemudian.

Oleh karena itu, kalau saya boleh memberi saran, pilihan pada Pemilukada NTT, pilihlah Calon Gubernur/Wakil Gubernur Emanuel Melkiade Laka Lena dan Johny Asadoma. Karena kedua calon pemimpin ini punya rekam jejak atau kapasitas kepemimpinan mereka telah teruji.

Kalau menjelang Pilkada, ada kandidat yang menghamburkan uangnya, maka ambil uangnya dan jangan pilih orangnya. Dengan demikian akan memberi pembelajaran pada siapapun calon pemimpin dimasa depan. Jangan pertaruhkan pilihan anda hanya dengan pemberian uang recehan.

Perlu saya kemukakan pada kesempatan ini, bahwa saya menyampaikan saran dan pendapat ini tidak punya tendensii tertentu, misalnya dari Partai Politik tertentu. Saya bukan aktivis dari partai politik tertentu, saya adalah warga negara yang independen. Semoga dapat dimaklumi.

Sekian dan Terima kasih kepada pembaca yang membaca tulisan ini. Merdeka!!!…

Center Align Buttons in Bootstrap