Rangkulan Cinta Julie Laiskodat, Bunda Literasi NTT di Tepian Nebe

227
Bunda Literasi NTT, Ny. Julie Sutrisno Laiskodat melakukan kunjungan di Rest Area Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka dan bertemu anak-anak Pondok Baca Kampung Kabor, Minggu (11/9/2022). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

MAUMERE,SELATANINDONESIA.COM – Nebe, sebuah desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Letaknya sangat strategis pada jalur lalu lintas utama jalan Nasional yang menghubungkan Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur.

Nebe kini dijadikan sebagai lokasi Rest Area wisata agro sekaligus lokus wisata bagi para pengunjung sebelum melanjutkan perjalanan ke Kota Maumere maupun ke Kabupaten Flores Timur dengan beberapa klaster yang terintegrasi antara lain Kluster Kuliner, Kluster Industri Kreatif, Kluster Industri Agro, Kluster Wisata dan Kluster Seni Budaya Kearifan Lokal.

Minggu (11/9/2022), Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi isterinya Ny. Julie Sutrisno Laiskodat melakukan kunjungan di Rest Area Desa Nebe. Selain memantau lokasi yang menjadi tempat yang nyaman bagi pejalan, turis dan masyarakat umum yang membutuhkan suasana baru untuk rileks, rehat dan segar, Gubernur Laiskodat dan Bunda Julie menemui anak-anak yang menanti sejak pagi.

Julie Sutrisno Laiskodat yang juga Bunda Literasi NTT itu disambut meriah anak-anak dari Pondok Baca Kampung Kabor desa Nebe yang dikoordinir oleh pegiat literasi Yanto De Flores. Bunda Julie duduk menyatu di tikar bersama anak-anak Nebe. “Bunda Literasi NTT sangat mencintai Anak-anak dan membuat saya sangat terharu. Bunda langsung datang mendekati anak-anak seperti anak kandungnya sendiri, memeluk dan merangkul mereka dalam kasih. Semoga Bunda bisa lebih konsen memperhatikan anak-anak sekolah di pelosok-pelosok desa, dusun-dusun yang kekurangan buku bacaan dan alat peraga edukatif lainnya,” sebut Yanto.

Yanto menjelsakan, hingga kini ia sudah mendampingi sekitar 80 an sekolah yang dikunjungi dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP dan SMA dan puluhan komunitas masyarakat lainnya. Agenda tetap yang dilakukan Yanto adalah mendongeng, membawakan renungan Alkitab, memberikan motivasi-motivasi edukatif dan membagikan buku bacaan secara gratis dari One Hope Indonesia, buku bacaan untuk kalangan sendiri dan buku bacaan dari Pustaka Bergerak Indonesia

“Untuk kunjungan secara langsung itu Kabupaten Sikka, sementara buku-buku yang saya kirimkan hampir beberapa kabupaten di NTT, termasuk Kabupaten Lembata, Flotim, Ende, Nagakeo, Manggarai dan Ngada. Sementara beberapa Kabupaten lain seperti di Sumba, Timor, Rote, Kupang ada minta saya kunjungi hanya karena keterbatasan dana sehingga saya masih pending apalagi saya sukarelawan, pekerja sosial yang tidak punya gaji dan digaji. Semuanya diambil dari uang pribadi,” katanya.

Yanto mengataan, anak-anak sangat gembira menyambut kedatangannya ketika membawa misi literasi. “Bahkan kadang anak-anak, orang tua wali murid menangis karena saya berikan buku gratis dan punya waktu banyak untuk anak-anak mereka. Memberikan pemahaman bagaimana kalau anak-anak keseringan menggunakan HP akan berdampak buruk terhadap penglihatan mereka, memori ingatan mereka/otak mereka akan terganggu dan aliran darah mereka akan terganggu kalau keseringan menggunakan HP (bermain game online). Lebih baik Anak-anak bermain permainan tradisional seperti bermain kesengge, bermain tali merdeka, bermain kelereng, bermain beta kaya beta miskin dan lainnya,” sebut Yanto.

Disebutkan Yanto, bersafari Literasi memang ada suka dan dukanya, tetapi lebih banyak dukanya. “Karena kalau mengunjungi sekolah yang sangat jauh di pelosok pasti menggunakan kendaraan sementara mobil saya pendek yang tidak bisa melintasi jalan tersebut. Harus menyewa mobil Pickup atau motor sementara saya kerja sukarela, uang dari mana. Terpaksa saya harus ambil uang belanja rumah tangga untuk talangi dulu,” katanya.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap