Ditopang Julie Laiskodat dan Dapur Kelor, Oa Hayon Kian Eksis di Bisnis UMKM

256
Reineldis Hayon dan Suaminya Wilew Wua Openg di dapur Kelor Kupang serta Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sejak 2019 Oa Hayon sapaan akrab Reinaldis Hayon bersama suaminya yang mantan Anggota DPD RI Wilem Wau Openg merintis usaha pengolahan daun kelor. Mereka mengolah daun kelor menjadi serbuk kelor di Rumah Produksi Watuwara, Kabupaten Flores Timur.

Oa Hayon kepada SelatanIndonesia.com di Dapur Kelor Kupang, Senin (5/9/2022) mengatakan, daun kelor segar itu dibelinya dari petani dengan harga Rp 5000/Kg. “Kami punya Rumah Produksi sendiri di Watowara yang awalnya kami punya mesin satu unit. Setelah berjalan baik, kami didukung oleh Ketua Dekranasda NTT Bunda Julie Sutrisno Laiskodat dengan membantu kami satu unit mesin pengring dan mesin siler untuk keamanan pangan. Jadi itu yang kami pakai selama ini untuk mengolah daun kelor,” sebut Oa Hayon.

Rumah Produksi itu dibangun dengan dukungan Direct Program DAP Bali Komjen Australia yang mendukungnya dengan bahan-bahan non lokal. Sedangkan kelompok petani kelor Watowara mendukung dengan menyediakan bahan lokal seperti kayu, batu dan pasir. “Setelah Rumah Produksi berdiri, kami didukung oleh Dapur Kelor untuk teknis pengolahannya,” ujar Oa Hayon.

Ia menjelaskan, produk serbuk kelor yang dihasilkannya dalm dua bentuk  yaitu teh kelor dan tepung kelor premium. Tepung tersebut yang digunakan untuk pengolahan aneka makanan.

Oa Hayon merintis usahanya itu sejak tahu 2019 yang menjangkau lima Kecamatan di Kabupaten Flores Timur. “Kami kerja sama dengan PKK setempat lalu nanti PKK yang menyalurkan ke Posyandu di desa-desa, juga untuk kebutuhan masyarakat karena banyak manfaat dari olahan kelor untuk kebutuhan kesehatan nutrisi masyarakat,” katanya.

Sebagai pelaku usaha UMKM, Oa Hayon mengakui berbisnis kelor punya dampak keuntungan yang besar. “Pendapatan saya dalam dua tahap terakhir PMT kami bisa dapat uang mencapai Rp 100 juta lebih. Dari pendapatan itu untuk biaya produksi saat operasional 25-30 persen lalu sianya itu sebagai keuntungan murni,” jelasnya.

Dari usahanya itu, ia mempekerjakan orang muda di Rumah Produksinya sebanyak 6 orang tenaga kerja tetap yang aktif. Dan seluruh petani kelor yang tersebar di lima Kecamatan di Flores Timur. “Hambatan yang kami alami selama ini adalah mesin pengering yang masih kurang, serta pasokan listrik yang sering mati di saat proses pengeringan sedang berjalan,” katanya.

Dia merintis usaha itu untuk menjawab semua program Pemerintah Provinsi NTT dalam kaitan dengan pemberdayaan masyarakat dengan potensi local. “Juga membantu pemerintah menurunkan angka stunting melali olahan daun kelor yang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta aneka kasiat kelor untuk menyembuhkan banyak macam penyakit,” jelasnya.*/)RenoMatrekano

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap