Gerakan Kaka Angkat Adik Asuh di Rote Ndao Jadi Model Penurunan Stunting, Kematian Ibu dan Bayi di NTT

305
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika membuka Raker bersama Walikota dan Para Bupati tentang penurunan stunting, kematian ibu dan bayi di Aula Puru Kambera, Hotel Kambaniru, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Senin(4/7/2022). Foto:BiroApim

WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Upaya penurunana stunting, serta kematian ibu dan bayi di Nusa Tenggara Timur terus dilakukan. Aksi cerdas yang digagas Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bulu, SE dengan menggelorakan Gerakan Kaka Angkat Adik Asuh untuk Penurunan Stunting, Kematian Ibu dan Bayi di ujung Selatan NKRI itu menjadi model bagi seluruh Kabupaten dan Kota di NTT.

Hal itu terungkap dalam forum Rapat Kerja Penurunan Stunting yang dipimpin langsung Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang dihadiri oleh Wali Kota Kupang dan para Bupati se NTT di Waingapu, Sumba Timur, (4-5/72022).

Dalam Rapat Kerja ini  Gubernur Laiskodat mengevaluasi upaya percepatan penurunan Stunting di semua kabupaten juga upaya penurunan kematian ibu dan bayi yang saling berkaitan. Selain itu, Gubernur Laiskodat juga meluncurkan Road Map dan Rencana Aksi Penurunan Stunting, Kematian Ibu dan Bayi serta Program Kakak Angkat yang merupakan pembelajaran dari kabupaten Rote Ndao.

“Sejak Agustus 2019 hingga Februari 2022 trend prevalensi stunting di NTT terus mengalami penurunan. Di periode  Agustus 2020 – Agustus 2021 mengalami penurunan sebesar 3,1%. Sedangkan  Februari 2021 – Februari 2022 mengalami penurunan sebesar 1,4%, yaitu prevalensi stunting menjadi 22%,” sebut Ketua Pokja Percepatan Penurunan Stunting, AKI dan AKB NTT, Sarah Lery Mboeik kepada SelatanIndonesia.com, Selasa (5/7/2022).

 

Lery Mboeik menjelaskan, hasil fasilitasi RKPD Tahun 2023, Kabupaten/Kota menyepakati target penurunan stunting rata-rata 10%. 2 Kabupaten menargetkan di bawah 10% yaitu Kabupaten Ngada 9,78% dan Manggarai Timur 7,5%. Bahkan ada yang menargetkan stunting 0% yaitu Kabupaten Sikka.

 

Ia membeberkan evalausi operasi timbang bulan Februari tahun 2022 diantaranya, dari 22 kabupaten kota masih ada 2 kabupaten dengan prosentase stunting diatas 30% yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya dan TTU. “Terdapat 10 kabupaten dan kota dengan prosentase stunting 20-23% yaitu Kabupaten TTS, Rote Ndao, Kota Kupang, Sabu Raijua, Kabupaten Kupang, Sumba Barat, Lembata, Sumba Timur, Flores Timur dan Manggarai. Sedangkan 10 kabupaten dengan prosentase stunting dibawah 20% yaitu Kabupaten Malaka, Sikka, Manggarai Barat, Belu, Alor, Ende, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo dan Sumba Tengah,” ujarnya.

Dijelaskan, Provinsi NTT saat ini sedang berupaya maksimal untuk menurunkan kasus kematian Ibu dan bayi, data tahun 2021 menunjukan terdapat 181 kematian ibu dan 955 kematian bayi. Data terbaru per Juni 2022, terdapat 63 kematian ibu dan 426 kematian bayi dengan jumlah Ibu Hamil  40.783 ibu dan  Ibu bersalin sebanyak 37.480 ibu

“Kabupaten dengan jumlah kematian ibu tertinggi atau selalu muncul dalam 5 tahun terakhir yaitu Timor Tengah Selatan, Kabupaten Kupang, Manggarai Timur, Manggarai, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur. Sedangkan Kabupaten dengan jumlah kematian bayi tertinggi atau selalu muncul dalam 5 tahun terakhir yaitu Timor Tengah Selatan, Manggarai, Manggarai Barat, Kabupaten Kupang, Sikka, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, dan Timor Tengah Utara,” sebut Lerry Mobeik.

Ia menambahkan, Roadmap dan Rencana Aksi Daerah disusun atas kerjasama Pemerintah Daerah Provinsi NTT melalui Pokja Percepatan Penurunan Stunting, AKI dan AKB dengan dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program USAID MOMENTUM dan Menekankan kerjasama multi sektor dan multi pihak secara intensif.

“Roadmap dan Rencana Aksi Daerah ini merupakan panduan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi NTT dalam merancang kegiatan strategis serta anggaran yang diperlukan dalam upaya penurunan prevalensi stunting serta kematian ibu dan bayi baru lahir di tahun 2023  di NTT sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT tahun 2018 – 2023,” sebutnya.

Sedangkan program Kakak Angkat merupakan replikasi dari praktik baik yang telah dilakukan di Kabupaten Rote. Pemerintah Provinsi bersama Pokja Penurunan Stuning, Kematian Ibu dan Bayi mengadopsi praktik baik ini untuk dilakukan disemua kabupaten kota di NTT. “Pak Gubernur dalam pidatonya menekankan bahwa ini adalah masalah kemanusiaan, perlu cinta yang tulus untuk mengatasinya,” ujar Lery Mobeik.

Untuk diketahui, melalui Instruksi Bupati Rote Ndao Nomor 140/06 Tahun 2022, Bupati menginstruksikan agar seluruh Aparatur Sipil Negara dan Tenaga Kontrak Daerah untuk, Pertama, melakukan kunjungan rumah kepada Adik Asuh (Baduta Stunting) pada tanggal 8 Januari 2022, 15 Januari 2022, 22 Januari 2022, 29 Januari 2022, 5 Februari 2022, 12 Februari 2022, 19 Februari 2022 dan 26 Februari 2022.

Kedua, pelaksanaan kunjungan rumah oleh Aparatur Sipil Negara/ Tenaga Kontrak Daerah, agar dilaporkan melalui link Ketiga, tanggal sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, ditetapkan sebagai hari tugas.

Dilansir dari poskupang.com, Bupati Rote Ndao Paulina Haning mengatakan, bahwa untuk mencegah dan menanggulangi stunting dibutuhkan hati. Maksud dari gerakan Kaka Angkat Adik Asuh ini adalah menggugah seluruh elemen masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sosialnya terutama stunting. Santunan yang dapat diberikan dalam gerakan ini berupa perhatian dan/atau uang dan/atau barang secara sukarela.

“Sasaran dari gerakan ini adalah anak stunting, khususnya yang berumur sampai dengan 2 tahun, ibu hamil dan remaja putri. Untuk sementara kami memulai dulu dari anak – anak stunting. Jumlah Anak Stunting yang berumur sampai dengan 2 tahun sebanyak 1.036 Anak. Sampai dengan saat ini jumlah partisipan pada gerakan kakak angkat adik asuh sebanyak 841 orang,” sebutnya.

Disebutkan, partisipan pada Gerakan ini mulai Bupati, Wakil Bupati, Sekda, Para Asisten, Kepala OPD, para Camat, Lurah, PNS, TKD, Kepala Desa, BPD, dan Aparat Desa. “Ada juga dari PKK, mahasiswa, swasta, dan dari unsur DPRD serta lain-lain. Kami terus mendorong Aparatur Sipil Negara dan Tenaga Kontrak Daerah serta masyarakat lainnya berpartisipasi pada gerakan ini,” ujarnya.

Untuk efektifitas pelaksanaan gerakan ini, Bupati telah menetapkan hari Sabtu sebagai hari tugas untuk melakukan kunjungan kepada Adik Asuh.

“Evaluasipun dilaksanakan setiap minggu untuk mengetahui target dan sasaran yang belum dan telah dicapai. Khusus ASN dan TKD, akan dilakukan evaluasi terhadap partisipasi dan dilaporkan kepada Bupati. Memang belum semua pegawai melakukan kunjungan pada hari Sabtu, namun kita terus mengingatkan untuk terus mengawal generasi di Rote Ndao menjadi generasi yang berkualitas,’’ ungkapnya. ***Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap