Oleh Laurens Leba Tukan
Lahan savana terbentang luas sejauh mata memandang. Berada di lokasi itu pada puncak musim kemarau bulan Oktober, serasa matahari begitu dekat dengan kepala. Hasil riset menyebutkan, inilah titik dengan suhu terpanas di Indonesia. Tingkat global horizontal iradiation (GHI) pada lokasi itu berkisar 2100-2200 kWh per meter persegi.
Lokasi ini dianggap potensial untuk pengembangan PLTS (dan sesungguhnya terbuka juga untuk PLTBayu). Banyak investor tertarik membangun pembangkit di sana. Letaknya di Pulau Sumba, tepatnya di Desa Lenang Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kabupaten Sumba Tengah.
Sumba Tengah seketika melambung dan menjadi perhatian Nasional. Tatkala, Presiden RI Joko Widodo mengeluarkan kebijakan menjadikan Kabupaten itu lumbung pangan Nasional dalam balutan program Food Estate. Kesigapan dan gerak cepat Bupati Sumba Tengah Paulus S. K. Limu yang bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat, menorehkan kisah sukses di sektor pertanian. Presiden Joko Widodo meninjau langsung Food Estate di Sumba Tengah pada Selasa (23/2/2022) silam.
Menteri Pertanian RI, Prof. Syahrul Yasin Limpo menyebut, Food Estate atau lumbung pangan Nasional adalah paradaban baru pertanian. Para petani mengalami peningkatan produktifitas dua kali lipat dibandingkan sebelum ada program Food Estate.
“Kalau yang lalu-lalu sebelum ada Food Estate, dalam satu hektar saya hanya bisa panen 30 karung, tetapi tahun ini setelah ada Food Estate saya dapat 67 karung dalam lahan yang sama. Karena memang sudah dibantu mulai pengolahan lahan, bibit, pupuk dan obat-obatan juga sampai panen, itu sangat membantu sekali bagi kami petani,” sebut Lukas Rangga Landu Meha (46), petani di Desa Umbu Langang, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah.
Marthen Ngadu Oli (56), petani dari Desa Tanamodu, Kecamatan Katiku Tanah Selatan, Kabupaten Sumba Tengah mengatakan, kehadiran lumbung pangan adalah bukti keberpihakan pemerintah pada petani. “Total semuanya dibantu pemerintah gratis, bahkan dia tidur-tidur di rumah, lahanya sudah diolah karena system brigade. Tidak ada mengenal lahan siapa dan siapa, itu sangat sangat terbantu karena kendala utama sebelum ada Food Esatet itu sangat besar, mulai olah lahan, tanam, bibit dan pupuk,” katanya.
Saat ini, Group Suryagen sedang berencana membangun PLTS skala besar, berkapasitas 10.000 MW. Ini akan menjadi proyek PLTS terbesar di Indonesia. Dimulai dengan “pilot project” sebesar 16 MW yang direncanakan akan mulai beroperasi tahun 2024.
“Sekarang ini sudah terjadi kesepakatan jual beli lahan dengan masyarakat setempat yang difasilitasi Bupati Sumba Tengah Paulus SK Limu. Sejauh ini penduduk dan pemilik lahan di Desa Lenang dan Lenang Selatan sangat mendukung dan kooperatif, ” kata Komisaris Utama Group Suryagen, Sony Keraf pada akhir Mei 2022.
Saat ini, pihaknya sudah membeli lahan seluas 2.000 hektar pembebasan lahan sudah selesai. Target lahan yang dibutuhkan 3.000 hektar. Sementara lahan yang potensial 25.000 hektar. Lokasi itu tidak berpenghuni, dengan tingkat iradiasi yang juga sangat tinggi.
Jika sudah berproduksi, listrik yang dihasilkan akan diperuntukkan untuk tiga kebutuhan. Pertama, untuk disalurkan melalui transmisi ke jaringan Jawa-Bali. Ini untuk mengantisipasi rencana pemerintah melakukan phase-out dan phase-down beberapa PLTU batubara dengan pasokan energi terbarukan.
Hal ini sesuai dengan komitmen dan target net zero emission 2060 sebagamana kesepakatan negosiasi perubahan iklim. Dalam rencana jangka panjang, listrik dari Sumba akan dialirkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Singapura melalui transmisi kabel bawah laut yang diinterkoneksikan dengan listrik yang dihasilkan juga oleh Suryagen Group dari wilayah Batam.
Kedua, untuk memasok kebutuhan energi setempat, baik di Sumba Tengah maupun Sumba secara keseluruhan dan wilayah sekitarnya. Ketiga, rencana lebih besar lagi, akan memproduksi green hydrogen untuk memasok kebutuhan konsumsi energi global baik untuk transportasi darat, transportasi laut (kapal-kapal), industri dan juga kebutuhan listrik di daerah terpencil yang tidak terjangkau jaringan listrik.
“Kalaupun karena satu dan lain hal tidak bisa memasok kebutuhan listrik di Jawa Bali, fokus perusahaan adalah memproduksi green hydrogen yang pasarnya sangat potensial berkembang sekarang ini. Beberapa negara seperti Jepang dan Eropa sudah sangat membutuhkan dan menggunakan green hydrogen. Demikian pula industri otomotif seperti Toyota sudah mengincar bahan bakar green hydrogen ini dan karena itu mulai merancang produk otomotifnya dengan bahan bakar green hydrogen, ” papar Sony.
Secara khusus, pasokan listrik dari proyek ini akan berkontribusi sangat strategis bagi pengembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat Sumba Tengah dan Sumba pada umumnya. Selain kebutuhan listrik untuk rumah tangga, akan tersedia juga listrik untuk pemenuhan kebutuhan lain seperti pasokan air minum dan air bersih, pengembangan food estate, kawasan wisata yang sangat potensial indah di Sumba Tengah, peternakan, dan lainnya.
Pasokan listrik dari proyek ini akan mengubah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumba Tengah dan Sumba. Kini tergantung Pemda mempersiapkan tenaga-tenaga terampil dan produktif lokal untuk mengisi peluang kerja dan peluang usaha yang terbuka oleh pasokan listrik ini.
Suryagen adalah sebuah anak perusahaan dari PT Puri Usaha Group, sebuah perusahaan nasional yang sudah lama bergerak di bidang industri pariwisata dan energi. Suryagen Group dibentuk pada tahun 2020 dengan mimpi besar: Dari Sumba untuk Dunia. Dunia sedang cemas akan krisis bumi akibat pemanasan global dan perubahan iklim yang mengancam kelangsungan Bumi dan kehidupan di dalamnya.
Krisis bumi hanya bisa dikendalikan dengan terutama beralih dari energi fosil yang kotor penyebab pemanasan global dan perubahan iklim ke pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan – termasuk yang sangat potensial di Indonesia dan Sumba Tengah khususnya, yaitu PLTS. Dengan tekad mendukung komitmen pemerintah Indonesia untuk bersama komunitas global mengatasi Krisis Bumi, Suryagen bersama Sumba Tengah berkomitmen berkontribusi bagi Dunia untuk masa depan Bumi, masa depan umat manusia yang berkelanjutan.
“Saya sendiri diminta oleh pemilik perusahaan Bapak Ben Subrata untuk menjadi Komisaris Utama Suryagen Group. Saya diminta karena latar belakang karir saya, antara lain 5 tahun menjadi anggota dan pimpinan Komisi VII (2004-2009), yang membidangi energi, lingkungan hidup, riset dan teknologi. Juga tahun 2014-2019 menjadi Anggota Dewan Energi Nasional mewakili kepentingan lingkungan hidup, ” tutur Sony.
Selain di Sumba, Suryagen Group juga sedang membangun PLTS di Desa Benteng, Kecamatan Lembor Selatan, Manggarai Barat. Proses pembebasan lahan dengan masyarakat setempat sudah selesai. Produksi listrik di tempat itu direncanakan 30 MW untuk memasok kebutuhan listrik Pulau Flores. Suryagen mendapat dukungan dari Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef Nae Soi.
Bersamaan dengan itu, Suryagen Group juga sedang mengembangkan pembangunan PLTS di Kepulauan Batam Bintan Karimun untuk diekspor ke Singapura. Rencananya akan memproduksi listrik sebesar 300 MW. Proses akuisisi lahan juga sudah diselesaikan, dan segera akan dimulai pembangunan PLTS sambil membangun jaringan transmisi kabel bawah laut untuk ekspor listrik ke Singapura.
Potensi kebutuhan listrik Singapura dari sumber energi terbarukan sangat besar, karena keterbatasan pemasokan dari dalam negerinya. Sementara sesuai dengan kesepakatan negosiasi perubahan iklim, Singapura sendiri berkomitmen untuk segera beralih ke energi terbarukan.
Untuk seluruh proyek di tiga lokasi tersebut, Suryagen bermitra dengan Sembcorp, anak perusahaan Temasek Holdings dari Singapura, sebuah BUMN besar milik pemerintah Singapura. Suryagen Group juga bermitra dengan AC Energy Corp (ACEN), anak perusahaan Ayala Group dari Filipina, yang sudah berpengalaman di bidang energi terbarukan seperti Filipina, Australia, Vietnam, India dan Indonesia.
Pengembangan energi terbarukan adalah bagian dari komitmen global untuk mitigasi perubahan iklim. Sebuah isu lingkungan hidup global paling mengkhawatirkan sekarang ini. Dengan Pengurus Perusahaan yang punya pengalaman panjang dan keahlian di bidang energi, yang sebagian besar lama bekerja sebagai pimpinan PLN, Suryagen telah berkembang dalam waktu singkat menjadi sebuah perusahaan besar yang diperhitungkan di Indonesia dan Asia Tenggara di bidang energi terbarukan, khususnya PLTS.
Kini, hamparan bebukitan savana yang terbentang di wilayah Lenang Selatan, Kabuaten Sumba Tengah bakal menjadi sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan memaksimalkan tenaga surya. Sumba Tengah tidak hanya menjadi lumbung pangan Nasional tetapi juga menjadi lumbung energi memproduksi kebutuhan energi bagi seluruh Sumba, NTT, dan Indonesia, bahkan dunia. */) Penulis: Pimpinan Redaksi SelatanIndonesia.com