TJPS Tak Sekedar Tanam Jagung, Tetapi Tentang Ketahanan Pangan dan Ekonomi

311
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Plh. Bupati Malaka Donatus Bere, dan Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi NTT Lecky F. Koli ketika melakukan panen jagung pada Program TJPS di Desa Fatuaurin, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka, Kamis (25/3/2021). Foto: Radit

MALAKA,SELATANINDONESIA.COM – Salah satu program yang kini gencar dilakukan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat adalah Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Program yang kini mulai menunjukan keberhasilan yang ditandai dengan panen besar-besaran di hampir seluruh Kabupaten itu, tidak sekedar menanam jagung dan pada akhirnya mendatangkan keuntungan untuk membeli ternak, tetapi juga berkaitan dengan membangun ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat sudah berkali-kali bersama masyarakat petani melakukan panen. Sepekan terakhir ini Gubernur Laiskodat gencar melakukan panen jagung pada program TJPS ini di seluruh Kabupaten di daratan Timor. Sejak Senin 22/3/2021 dimulai dari Kabupaten Kupang, dilanjutkan ke Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan hari ini, Kamis (25/3/2021) di Kabupaten Malaka.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi NTT, Lecky F. Koli menyebutkan, kehadiran Gubernur NTT hingga ke pelosok-pelosok desa di NTT untuk memastikan bahwa program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) berjalan baik dan direspons sangat antusias oleh masyarakat petani di desa-desa.

Bapak Gubernur hadir dan menyaksikan sendiri hasil panen dan kerja keras para petani selama 100 hari dan mampu membuktikan bahwa hasil yang dicapai bisa 7,5 Ton per hektare. Kita perlu memberikan penghargaan, penghormatan, dan apresiasi untuk petani di desa ini yang sudah bekerja keras. Kalau ada 1.200 hektare maka hasil yang dicapai bisa mencukupi untuk suplay bahan baku jagung untuk pabrik pakan ternak, karena 1.200 hektare itu sama dengan 9.000 Ton dan cocok dengan kebutuhan pabrik pakan ternak selama setahun,” sebut Lukcy Koli sapaan akrab Lecky F. Koli ketika berbicara usai panen jagung pada program TJPS di desa Fatuariun, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka, Kamis (25/3/2021).

Disebutkan Luky Koli, produktifitas yang tinggi tersebut merupakan aset yang harus dilakukan secara sustainable sehingga kedepan dapat memberikan kontribusi positif dalam bidang pertanian, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan pabrik pakan ternak di NTT yang dalam tahun ini sudah beroperasi.

“Ini aset yang akan menentukan berapa banyak jagung yang akan kita produksi untuk memberikan suplai kepada kebutuhan industri pakan ternak, sehingga CPCL (Calon Petani dan Calon Lahan) harus disiapkan dengan benar dan memperhatikan unsur air secara teliti sehingga tidak menimbulkan kegagalan,” sebut Luky.

Ia menambahkan, produktifitas 7,5 ton per Ha, berarti skenario TJPS itu harus masuk. Dari 1.200 Ha, dengan hasil 7,5 ton per Ha, semuanya masuk skala sangat baik. “Artinya paket sapi harus masuk, ayam 25 ekor, babi 5 ekor dan kambing 5 ekor semuanya harus masuk. Kita akan buktikan satu bulan kedepan setelah off taker datang untuk membeli jagung, dan akan kelihatan berapa banyak ternak yang dihasilkan dari 1.200 Ha TJPS, dan kalau itu semua betul terjadi maka semua tenaga pendamping akan mendapat insentif yang anggarannya telah disiapkan,” ujar Luky.

Luky Koli menjelaskan, TJPS itu bukan sekedar program tanam jagung, tetapi ada satu skenario yang bertujuan untuk membangun ketahanan pangan masyarakat. Pasalnya, dengan jagung yang dihasilkan dapat dikonsumsi oleh masyarakat atau dikonversi menjadi beras. “7,5 ton per Ha ini sudah cukup dalam setahun bagi anggota keluarga dengan TFR 3,29 dan 7.200 KK bisa terbantu dari skema TJPS ini. Sehingga, jangan dilihat ini sebagai tanam jagung saja, tetapi ini merupakan sebuah proses untuk mengangkat persolan-persoalan kemiskinan, kekurangan pangan, ekonomi, stunting dan masalah lainnya,” ujar Luky.

Selain itu, Luky juga mengatakan, program TJPS juga bakal bisa membangun ketahanan ekonomi masyarakat. “Ketahanan ekonomi dari skema TJPS ini, setelah panen jagung, harus menambah ternak. Ternak itulah aset ekonomi yang akan memperpanjang ketahanan ekonomi petani dalam waktu tertentu bisa enam bulan, sembilan bulan dan satu tahun. Kalau dia punya ternak babi 5 ekor enam bulan kemudian berat badannya sudah naik kemudian jual dengan harga tiga jutaan, maka dia sudah bisa mendapatkan 15 juta dan itu sudah bisa membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga,” jelasnya.

Itu pasalnya, Pemerintah Provinsi NTT terus mendorong semua Kabupaten secara khusus di Malaka dengan sumber daya alam yang subur untuk bergerak meningkatkan luasan lahan untuk TJPS. “Tahun ini kita tidak bergerak dengan angka 1.200 Ha tetapi kita mau bergerak dengan angka 5.000 ha. Kalau 5.000 Ha dengan kapasitas produksi 5 ton per Ha saja, maka kita sudah menghasilkan 25.000 ton. Ini hasil yang sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak juga untuk konsumsi masyarakat dan kelebihannya kita bisa ekspor,” katanya.

Luky menambahkan, kedepan, bersama para petani akan persiapkan lagi untuk skema 100 hari kedua, setelah panen hari ini. “Teman-teman pendamping TJPS harus memperhatikan kondisi atau masalah yang dihadapi para petani. Apabila ada kendala lain segera membuat catatan-catatan sehingga kita bisa mengatasi persoalan tersebut dengan tujuan dasar bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap