Di TTS Obat KB Langka, Egy Usfunan: Tahun Depan Kita Panen Balita

910
Wakil Ketua DPRD TTS Religius Usfunan

SOE,SELATANINDONESIA.COM – Kelangkaan obat KB terutama KB suntik, memantik respons Wakil Ketua DPRD TTS Religius Usfunan. Politisi PKB ini menyebutkan, pemerintah mesti melihat obat suntik KB sebagai kebutuhan mendasar demi terciptanya keluarga kecil sejahtera, sehat dan bahagia. Pasalnya, obat suntik KB dapat menekan angka kehamilan dan kelahiran di TTS.

“Tidak ada alasan. Obat KB itu merupakan kebutuhan dasar. Karena dengan obat tersebut dapat menekan angka kehamilan dan kelahiran demi terciptanya keluarga kecil yang sejahtera, sehat dan bahagia. Jangan cari alasan cuaca sebagai alasan pembenar. Kan bisa disiapkan jauh hari sebelum masuk di musim hujan,” ucap Egy Usfunan dikantor DPRD TTS Selasa (9/3/2021).

Ia mendorong agar pemerintah lebih peka dan secepatnya melakukan pengadaan dan pendistribusian obat KB ke Puskesmas-Puskesmas agar bisa dimanfaatkan oleh Nakes untuk menyuntik kaum ibu. Jika tidak cepat diatasi maka tahun depan akan terjadi lonjakan angka ibu melahirkan.
“Kalau tidak segera diatasi maka tahun depan kita panen belita,” tegas Religius Usfunan.

Terpisah, Kepala BKKBN Kabupaten TTS Rongky Manbait mengaku sudah dua bulan terakhir ini pemerintah pusat belum mendroping obat suntik KB (Keluarga Berencana). Hal tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang bersahabat yang menghambat proses pendropingan.

“Sudah dua bulan ini kita belum dapat kiriman obat KB dari pemerintah pusat karena cuaca yang kurang baik sehingga menjadi penghambat pendropingan,” sebut Rongky ketika ditemui diruang kerjanya Jumat (5/3/2021).

Namun demikian lanjut Rongky, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi NTT sehingga mendapat bantuan obat KB sebanyak 4000 feald. “Kita sudah dapat bantuan obat KB 4000 feald dari pemerintah provinsi dan siap untuk dibagikan,” kata Rongky.

Beberapa bidan dan perawat yang menghubungi media menyebutkan hingga saat ini obat KB belum mereka peroleh, sehingga langah antisipasinya mereka terpaksa membeli obat KB diapotik.

“Ditempat kami obat KB tidak ada. Di Puskesmas saja belum ada, apalagi kami yang tugasnya di desa-desa. Kami terpaksa beli obat suntik KB di apotik karena kami kasihan mereka sudah datang untuk suntik tapi obatnya belum ada. Jadi kami terpaksa beli obat di apotik tentunya dengan resep dokter untuk depo suntik KB tiga bulan, ” kata beberapa bidan dan perawat pertelepon genggam mereka sembari tidak mau menyebutkan namanya.**Paul Papa Resi

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap