Singkong dan Daun Paya untuk Nae Soi

495
Josef A. Nae Soi ketika disambut di Bajawa, Kabupaten Ngada. Foto: Ansel Deri

JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM-PAGI-pagi saya menghubungi Josef A Nae Soi via telepon. Dari balik telepon genggam, Nae Soi, Staf Khusus Dr Yasonna Hamonangan Laoly,  Menteri Hukum  dan Hak-hak Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia tengah berada di Bandara Turalelo, Kabupaten Ngada, Pulau Flores. Hari itu, Nae Soi, pria kelahiran Mataloko, Flores, Nusa Tenggara Timur, 22 September 1952 itu menunaikan agenda konsolidasi dan pertemuan dengan warga di sejumlah desa di Kecamatan Nagawutun dan Wulandoni dalam rangkaian Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Nusan Tenggara Timur pada 2018 lalu.

“Adik bisa koordinasi dengan Pak Honing. Jadwal singgah di mana saja di selatan Lembata ada di tangan beliau setelah berkoordinasi dengan tim lokal. Nanti koordinasi lebih lanjut dengan teman-teman tim koalisi di Lembata. Saya janji akan sampai di Boto, kampung adik. Pa Petrus Bala Pattyona dan Pak Bone Pukan kalau tak salah juga dari Boto. Saya juga ingat Boto itu tempat Misi para suster di Komunitas SSpS Boto. Saya janji bersama ibu dan rombongan singgah di Boto dan Puor, kampung adik Karel Botoor sebelum ke Lamalera,” kata Jos Nae Soi. Beliau pamit dan segera terbang menuju bandara El Tari Penfui, Kupang.

Mestinya saya berada di Lembata kala itu. Namun, saya balik Jakarta setelah pada putaran pertama konsolidasi Viktor Laiskodat-Jos Nae Soi di beberapa wilayah mulai dari Labuan Bajo di ujung barat hingga Larantuka di timur Pulau Flores, saya balik Senayan. Pasca Viktor Bungtilu Laiskodat resmi mundur dari DPR RI, ia mesti diganti Pak Irjen Pol (Purn) Y. Jacki Uly, MH. Jacki mengganti posisi Laiskodat, Ketua Fraksi NasDem DPR RI mengikuti mekanisme formal Pergantian Antarwaktu (PAW) DPR karena meraih suara terbanyak kedua di bawah Laiskodat Daerah Pemilihan Nusa Tenggara Timur 2 Partai NasDem. “Saya balik Jakarta untuk kemas-kemas buku-buku saya di ruang kerja. Saya sudah ijin di Pak Viktor,” kata saya. Sebelum ikut keliling NTT, saya ngepos di DPR RI sebagai salah satu staf Viktor selalu anggota Komisi I bidang pertahanana keamanan, intelijen, komunikasi dan informatika, dan luar negeri.

Pagi itu, saya langsung mengontak Fredi Mudaj, Kepala Desa Labalimut dan beberapa tokoh masyarakat Boto. Kepala Desa Labalimut (Boto) Jan Lewa Wujon saya kontak agar bisa merapat ke rumah Fredi terkait rencana kedatangan Pak Jos Nae Soi dan isterinya, Ibu Maria Fransisca Djogo dan rombongan dalam rangkaian kunjungan ke Lamalera. Saudara tua saya, Viktor saya minta bantuan kalau berkenan siapkan kelapa muda untuk rombongan.

Josef Nae Soi dan Isteri ketika berdoa di sekretariat DPW Partai NasDem NTT sebelum pendaftaran paslon Gubernur NTT di KPUD NTT pada Pilgub 2018 silam. Foto: Ansel Deri

“Saya upayakan warga Desa Belabaja dan Labalimut kumpul di halaman depan rumah adat kita. Pertimangan saya, halaman agak luas dan Pak Jos serta rombongan singgah sebentar sebelum ke Lamalera. Saya sudah ngobrol dengan Pak Sekreraris Desa Jos Enga dan ibu-ibu PKK dua desa. Mereka siapkan singkong rebus, daun pepaya dicampur kulit ikan paus dan sambal dari kebun warga,” kata Fredi dari balik telepon. “Kalau masih ada waktu, bisa koordinasi agar Pak Jos dan rombongan disambut dengan tari perang, hedung agar suasana sedikit hidup. Pak Jos dan ibu jago ja’i tapi gerak tari hedung beliau bisa sesuaikan,” kata saya kepada Fredi.

“Bisa saja tapi saya dan warga fokus dulu siapkan singkong dan daun pepaya campur kulit ikan paus dengan sambal tomat. Mereka juga mau sampaikan kepada Pak Jos kalau terpilih, beliau dan Pak Viktor Laiskodat bantu bekin jalan dari Lewoleba menuju Lamalera. Ini jalur potensial hasil pertanian dan niaga Lembata yang minim perhatian selama hampir 19 tahun otonomi. Lamalera itu destinasi wisata internasional yang perlu perhatian Pak Jos dan Pak Viktor. Pemerintah Kabupaten Lembata dan Provinsi Nusa Tenggara Timut sejalan menjadikan pariwisata sebagai leading and prime mover pembangunan daerah,” kata Fredi, mantan mahasiwa arsitektur Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Siang, tatkala saya nongkrong di depan lap top, telepon genggam saya berdering. Perjalanan Jos Nae Soi dan rombongan dari Flores ke Penfui dan lanjut ke Lewoleba berjalan lancar. Saya melihat si penelpon tak lain Jos Nae Soi. Suara warga riuh mengerubuti Jos Nae Soi yang singgah. Oni Kobun dan Rosa Barek de Ona serta warga sangat gembira. “Dua ibu ini katanya masih kerabat ade. Coba bicara langsung dengan mereka. Sampaikan kalau saya sudah memenuhi janji singgah di Boto,” kata Jos melalui video call dari beranda rumah jaka Peternus Dua Mudaj, kepala suku saya dan kerabat dalam rumpun keluarga.

Sebelum mengontak saya, Jos, mantan anggota Komisi II DPR RI ini juga menghubungi kaka Petrus Bala Pattyona dan Bone Pukan, sesama warga asal Boto. Beliau menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan pemerintah dan warga Desa Belabaja dan Labalimut (Boto) penuh kekeluargaan. “Adik juga bisa menyampaikan langsung kepada bapa desa Belabaja dan Labalimut bahwa saya dan ibu serta rombongan sudah sampe di Boto. Mereka sudah sampaikan aspirasi mereka soal jalan dari Lewoleba menuju Wulandoni. Kami tetap berkomitmen memperhatikan ruas jalan Lewoleba-Wulandoni. Hal yang sudah sampaikan saat adik dan ade Jefri merapihkan baju saya kemudian masukkan dalam koper pas kita di Ruteng,” kata Pak Jos. Jefri San, adalah teman kerja di balik Jos dan Laiskodat. Berdua pernah tidur di emperan hotel di Labuan Bajo karena tak kebagian kamar hotel saat konsolidasi di Manggarai Barat.

Ansel Deri berfoto dengan Josef Nae Soi, dan ibu Maria Djogo, serta putranya Alfredo Soi Pili dan Romo Roni Neto Pr di rumah pribadi Kalibata, Jakarta Selatan usai terpilih menjadiWagub NTT. Foto: Dokumen Josef Nae Soi

Jos dan ibu Maria Djogo Nae Soi meninggalkan Boto. Baik Pak Jos dan Ibu Nae Soi senang karena bisa bertemu aparat dan warga Boto dalam suasana kekeluargaan. Rasa gembira sangat dirasakan ibu Nae Soi yang menyebut warga desa sangat ramah; alamnya sangat indah dijejali pepohonan kemiri yang nyaris menutup jalan. Sambutan warga dengan makanan lokal membawa kesan tersendiri bagi ibu Nae Soi. Oleh karena waktu terbatas berdialog dengan warga, singkong rebus, daun paya campur kulit ikan paus dibawa sambil dinikmati dalam mobil di bawah kepungan udara lereng gunung Labalekan yang menyejukkan hati.  “Sepulang daru Lamalera, nanti kami singgah di Boto untuk kembalikan piring dan sendok ibu-ibu PKK Belabaja dan Labalimut. Wah, sambutan warga bikin saya senang sekali, ade. Rasanya seperti kampung sendiri,” kata ibu Maria Djogo saat bergerak dari kantor Desa  Belabaja.

Fredi Mudaj juga menyampaikan, ibu Maria Djogo juga berniat mengembalikan plastik dan sendok kepada ibu-ibu PKK Desa Belabaja dan Labalimut sepulang dari Lamalera. Namun, menurut Fredi, beliau juga menyampaikan bahwa kalau Pak Jos dan Viktor ingat kesulitan akses jalan bagi warga Nagawutun dan Wulandoni selama belasan tahun Lembata jadi daerah otonom lepas dari Flores Timur, maka beliau berdua bisa bantu urus jalan. “Banyak ibu hamil mengalami kesulitan saat melahirkan. Kalau dibawa ke Lewoleba selalu beresiko kematian. Saya bilang, plastik dan sendok yang isi ubi, daun paya, dan sambal tak usah dikembalikan sekarang. Setelah jadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT baru bisa datang mengembalikan plastik dab sendok kami,” kata Fredi.

Hari ini, Pak Jos Nae Soi berulang tahun. Selamat Ulang Tahun Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bapak Josef Adreanus Nae Soi. Terima kasih sudah bersama Ibu Maria Djogo Nae Soi berkenan menyambangi Boto, kampung halaman. Semoga sehat selalu menunaikan tugas untuk warga masyarakat tanah Flobamora. Dewa beka. Selamat siang. Molo……

Jakarta, 22 September 2020

Ansel Deri

Orang udik dari kampung;

Pernah dampingi Jos Nae Soi Labuan Bajo-Larantuka

Center Align Buttons in Bootstrap