Gelar Sosialisai di SBD, Ratu Wulla Ingatkan Warga Atur Jarak Kelahiran

175
Anggota Komisi IX DPR RI, Ratu Ngadu Wulla Tallu, S.T, ketika tampil sebagai pembicara dalam acara sosialisasi advokasi dan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) program Kependudukan Keluarga Berencana Pembangunan Keluarga (KKBPK) bersama mitra kerja yang berlangsung di Resto dan Cafe Roo Luwa di Kerobo, Tambolaka, Sumba Barat Daya, Sabtu (12/9/2020). Foto: Rolli

TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Anggota Komisi IX DPR RI, Ratu Ngadu Wulla Tallu, S.T, mengingatkan seluruh masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) agar mengatur jarak kelahiran.

“Bapak, mama harus atur jarak kelahiran agar anak-anak yang lahir nanti bisa terawat dengan baik dan selalu sehat. Selain itu memberi kesempatan kepada mama-mama agar rahimnya bisa sembuh dulu,” sebut Ratu Wulla ketika tampil sebagai pembicara dalam acara sosialisasi advokasi dan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) program Kependudukan Keluarga Berencana Pembangunan Keluarga (KKBPK) bersama mitra kerja yang berlangsung di Resto dan Cafe Roo Luwa di Kerobo, Tambolaka, Sumba Barat Daya, Sabtu (12/9/2020).

Politisi Partai NasDem ini juga menghimbau kepada pasangan muda mudi di Kabupaten SBD agar jangan cepat menikah. “Harus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan dahulu baru menikah, supaya keluarga yang baru nikah nanti bisa membiayai hidup keluarga sendiri tanpa bergantung kepada orang tua atau pihak lain,” ujar Ratu Wulla.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru, S.E, MPH mengatakan, masyarakat Sumba Barat Daya perlu merencanakan kelahiran agar ibu dan bapak bisa merawat tumbuh kembang anak dengan baik.

Marianus menyarankan agar jarak kelahiran harus diatur dengan baik antara 3-5 tahun untuk memberi ruang cukup bagi ibu dan bapa mengasuh anak dengan baik pula. “Jika itu dilakukan maka anak-anak akan tumbuh kembang secara sehat serta memiliki kecerdasan sekaligus mencegah bertanbah angka stunting di SBD. Jangan setiap tahun lahir anak menyebabkan ibu dan bapak mengalami kendala merawat anak-anaknya. Apalagi ekonomi pas-pasan. Asupan gisi kurang, kesehatan anak-anak kurang terawat dan lainnya menyebabkan lamban pertumbuhan anak termasuk pertumbuhan otaknya yang berujung anak menderita stunting,” ujarnya.

Marianus mengatakan, pemerintah tidak pernah melarang untuk melahirkan anak tetapi menyarankan agar merencanakan jarak kelahiran anak agar anak-anak lahir dan tumbuh kembang secara sehat termasuk ibunya juga sehat.

Disebutkan Marianus, Kabupaten Sumba Barat Daya termasuk salah satu daerah dengan penderita stunting masih tinggi. Bahkan, angka kelahiran anak juga masih tergolong tinggi. “Menjadi tanggungjawab seluruh elemen daerah ini bersama-sama mensosialisaiskan program BKKBN agar masyarakat Sumba Barat Daya paham sehingga bisa merencanakan kelahiran anak. Dengan demikian anak-anak yang akan lahir terawat teratur dan tumbuh kembang dengan baik,” sebutnya.*)Rolli

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap