
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Memanfaatkan musim tanam di bulan November – Desember mendatang, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) mengaku optimis, bahwa target program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) akan tercapai pada akhir tahun 2020 mendatang.
“Kita akan maksimalkan musim tanam selama dua bulan itu untuk menuntaskan target dan diharapkan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat,” sebut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Koli kepada SelatanIndonesia.com, Rabu (16/9/2020).
Disebutkan Lecky Koli, progres pengembangan program TJPS hingga saat ini sudah mencapai 1.435,61 Ha atau 14,35 persen dari target pengembangan sebesar 10.000 Ha. Dengan demikian masih tersisa lahan seluas 8.564,39 Ha yang harus dikembangkan.
“Lahan seluas 1.435,61 hekara itu, tersebar di 16 kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Malaka, Rote Ndao, Flores Timur, Ende, Ngada, Manggarai, Mennggrai Timur, Manggarai Barat, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya,” jelasnya.
Bekas Kepala Bappelitbangda NTT ini mengungkapkan kendala yang dihadapi dari rendahnnya realisasi luas areal tanam tersebut lantaran ketersediaan air pada lahan pertanian yang masih minim. Meski demikian, Lecky Koli tetap optimis akan mencapainya di akahir tahun ini.
“Sisa target areal tanam yang sebanyak 8.564,39 hektar ini akan dilanjutkan pada musim penghujan, pada masa tanam November – Desember mendatang. Dengan demikian, pemerintah optimis bahwa sampai akhir tahun 2020 target keseluruhannya seluas 10.000 hektar akan tercapai,” katanya.
Terpisah, Sekretaris Komisi II DPRD NTT, Maria Nuban Saku mengatakan, DPRD NTT pada prinsipnya menghendaki agar program TJPS sudah bisa melebihi pencapaian saat ini. Namun, DPRD juga memaklumi berbagai kendala yang dihadapi pemerintah, terutama tentang persediaan air.
Politisi Partai Perindo ini mengatakan, ketersediaan air, merupakan salah satu hambatan yang tidak bisa dihindari, apalagi saat musim panas seperti sekarang. “Contoh bendungan Tilong saja, mengalami penyusutan drastis. Penyusutan air itu kemudian berimbas pada pengairan sawah seluas 50 Ha di area itu,” katanya.
Nuban Saku mengatakan, intervensi pemerintah dengan menbangun Sumur Bor atau embung-embung kecil merupakan salah satu solusi sambil menunggu musim tanam di bulan November- Desember mendatang.
“Dalam perubahan anggaran ini kita berharap, pada Badan Angaran, kita mendorong pemerintah untuk mengadakan sumur bor secara selektif di luas lahan yang akan diairi. Harus dikaji sedemikian mungkin agar kehadiran sumur itu, bisa benar-benar mengairi pengembangan lahan itu,” katanya.
Ia berharap, anggaran yang nantinya dialokasikan pada perubahan anggaran digunakan tepat sasaran untuk menjawabi kebutuhan masyarakat.
Berikut data penyebaran TJPS di 16 Kabupaten; Kabupaten Kupang: 2.600 Ha, TTS: 1.325 Ha, TTU: 600 Ha, Belu: 250 Ha, Malaka: 1.550 Ha, Rote Ndao: 100 Ha, Flores Timur: 100 Ha, Ende: 200 Ha, Ngada: 325 Ha, Manggarai: 100 Ha, Manggarai Timur: 500 Ha, Manggarai Barat: 400 Ha, Sumba Timur: 650 Ha, Sumba Tengah: 500 Ha, Sumba Barat: 100 Ha, Sumba Barat Daya: 700 Ha. ***Laurens Leba Tukan