
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pengembangan produksi ikan dan rumput laut di Nusa Tenggara Timur (NTT) dibutuhkan pengelolaan dengan grand design yang tepat.
Anggota Komisi IV DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat mengatakn itu dalam kegiatan Sosialisasi Pengelolaan dan Operasional Perikanan Tangkap dalam rangka Penanggulangan Dampak Covid-19 (Bhakti Nelayan), yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI bekerjasama dengan Komisi IV DPR RI, Senin (27/7/2020) di Aula Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT.
Julie Laiskodat meminta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT untuk harus memiliki Grand Design pengembangan ikan dan Rumput laut agar lebih berkualitas. “Program yang dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, mesti selaras dengan gagasan cerdas Gubernur, budidaya dan pengelolaan potensi ikan dan rumput laut harus dengan design yang baik agar ikan dan rumput laut bisa mencapai level ekspor yang berkualitas baik,” sebut Julie.
Julie yang juga Ketua TP PKK Provinsi NTT ini menyampaikan bahwa Program Dinas Kelautan dan Perikanan NTT dalam melepas 1 juta ekor ikan di Kabupaten Ngada perlu adanya optimalisasi melalui Grand Design yang memuat Peta Potensi ikan dan rumput laut serta tingkatan kualitasnya sehingga kedepannya ikan tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat dan juga bisa diekspor ke luar negeri.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Ganef Wurgiyanto menyatakan Program Peningkatan Daya Saing yang kegiatannya harus bersinergi dengan Pemerintah Pusat dalam hal ini KKP RI, tapi untuk sinergitas dengan institusi lain yang ada di wilayah Nusa Tenggara Timur ini kami sangat intens yang sudah melakukan ekspor dari Kupang berupa rumput laut.
“Kemasan atau apa yang kita lakukan sebagai produk Dinas Perikanan ini, kita tidak bisa hanya bicara soal produksi, karena kalau kita tidak kemas dalam sistem bisnis, masyarakat tidak akan sejahtera, rumput laut kami produksi sebanyak banyaknya dengan memberikan bantuan atau stimulan kepada masyarakat”, demikian yang disampaikan oleh beliau.
Ganef mengatakan, pada tahun 2019 sebanyak 4.050 orang dengan basis data by name by addreass yang mendapatkan bantuan, dan pada tahun 2020 ini sudah terdata 4000, dan sudah diberikan ke 3000 orang, sisa 1000 lagi, dengan mengacu basis data yang sama. “Kita tidak hanya memproduksi sebanyak banyaknya rumput laut, tapi tidak kita kelola dengan sistem bisnis, karena selama ini rumput laut bisa harga Rp. 15.000 per kilonya, dan harga anjlok hingga Rp. 3000 per kilonya,” jelasnya.
“Percuma kita produksi sebanyak banyaknya, akhirnya kita menciptakan sistem bisnis dengan menggandeng Badan Usaha Milik Daerah PT Flobamor dan eksportir, dan bayarnya sekaligus yang sebernanya bukan tupoksi kami tapi kami masuk disitu. Dengan menggandeng karantina, bea cukai, Maskapai Penerbangan, GM Pelindo, GM Angkasa Pura, kita gandeng semua, sehingga kita bisa melakukan ekspor. Kenapa ekspor? karena kestabilan harga itu paling penting. Harapannya Harga ekspor rumput laut tidak boleh turun”, Papar Kadis Ganef di depan peserta sosialisasi.
“Perikanan tangkap dengan bantuan bantuan kapal tidak tersebar seperti sekarang ini seperti tahun-tahun sebelumnya, kami diarahkan oleh Gubernur untuk fokus pada beberapa tempat dan beberapa wilayah. Perikanan tangkap itu bukan hanya menangkap ikan, tapi disitu juga pasca panennya disiapkan, makanya kami sudah ajukan proposal. Banyak sekali perikanan tangkap ini yang bisa masyarakat awetkan untuk di kirim ke daerah terpencil untuk meningkatkan angka konsumsi ikan sebagai program pencegahan stunting juga”, urai Ganef yang telah menjabat Kadis selama dua tahun terakhir.
Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Bali, Andi Mannojengi, S. STPi, M.Si yang hadir mewakili Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, menjelaskan kita sekarang sedang berperang dengan standar. “Sekarang jangan lagi berpikir tentang standar lokal, tapi kita harus sudah melek dengan standar internasional. Ini berhubungan dengan negara tujuan ekspor, sehingga yang kita kejar adalah persyaratan masing-masing negara tujuan. Seminggu yang lalu, Amerika sudah menerima ikan tuna dari Kabupaten Sikka NTT, jadi yang kami inginkan produk yang dikeluarkan daerah itu, kami pastikan produknya sampai ke negara akhir tujuan penerima”, demikian yang disampaikan oleh Andi Mennojengi.
Sementara itu, Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kupang, Jimmi Eluwaren, yang hadir pada pertemuan tersebut mengatakan bahwa dalam menjamin mutu produk perikanan, Karantina Kupang sudah menerapkan produk berbasis laboratorium dengan melihat kandungan-kandungan logam berat ataupun bahan kimia lainnya yang terkandungan dalam penangkapan ikan.
Pertemuan sosialisasi ini ditandai dengan penyerahan secara simbolis paket Sembako kepada beberapa kaum milineal yang terkena dampak covid-19. Paket sembako ini terdiri dari gula pasir, beras, mie goreng dan hand sanitizer serta masker. Hadir pada kesempatan pagi tadi Puteri Terumbu Karang 2019/2020, Marsela Luruk Bere, yang sudah setahun lebih ikut berkampanye dalam menjaga dan melestarikan terumbu karang di NTT bersama semua pemerhati bahari NTT. *)SipersFransTiran
Editor: Laurens Leba Tukan