LEWOLEBA,SELATANINDONESIA.COM-Desa Riangbao di Kecamatan Ilea Ape, Kabupaten Lembata bakal menjadi pemasok pisang terbesar di Kabupaten Lembata, bahkan untuk provinsi NTT. Tekad itu bukan tidak beralasan. Pasalnya, satu dari tiga program unggulan inovasi desa diluncurkan pemerintah desa Riangbao ditengah penerapan new normal di Kabupaten Lembata hari pertama.
Penjabat Kepala Desa Riangbao, Kornelis Kewaman, S.Sos kepada SelatanIndonesia.com, Senin (15/6/2020) mengatakan, satu dari tiga program tersebut adalah menjadikan Riangbao sebagai satu-satunya kampung penghasil pisang terbesar di Lembata bahkan di NTT.
Dijelaskan, ada tiga program inovasi desa itu yakni, Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU), Program Pembangunan Balai Rakyat (PPBR), dan Program Jadikan Riangbao Kampung Pisang (JRKP).
“Pembangunan rumah tidak layak huni bagi warga miskin dengan total anggara mencapai 100 juta (per unitnya 30 juta), pembangunan balai rakyat dengan anggaran mencapai 130 juta, dan yang ketiga adalah kebun pisang yang menelan anggaran sebesar 175 juta,” sebuta Kornelis.
Untuk program JRKP, Kornelis menyebutkan, dalam bulan depan (Juli 2020), pemdes akan merealisasikan program tersebut karena sudah melalui tahapan perencanaan hingga penetapan bersama BPD.
Dikatakan juga bahwa, pemerintah desa Riangbao sudah menyiapkan 2 hektare lahan yang nantinya akan ditanami 500 anakan pisang dari program JRKP tersebut.
Mantan Lurah Lewoleba Utara ini juga mengatakan, satu-satunya program dengan dengan model inovasi seperti ini hanya ada di Riangbao, bahkan untuk 144 desa di Kabupaten Lembata.
Dirinya juga meyakini bahwa hal ini akan berhasil baik, sebab adanya dukungan dari masyarakat ditambah adanya anggaran yang bersumber dari dana desa.
Disebutkan, masyarakat juga diberdayakan dengan memberi pekerjaan mulai dari menggali lubang untuk tanam, pengadaan anakan pisang juga dibeli dari masyarakat bahkan sampai mempekerjakan masyarakat untuk bekerja di kebun pisang milik desa.
“Melihat iklim Ile Ape yang gersang, kita akan siapkan juga tiga alternatif sumber air untuk mengairi kebun pisang itu, yakni, air dari pipa PDAM, air yang disuplay dari tanki mobil PDAM, dan air dari sumur bor desa. Nanti teknisnya adalah, kita menyiapkan tandon 5000 liter untuk menyiram 500 anakan pisang itu,” jelasnya.
Kornelis menambahkan, tandon yang disiapkan itu ada 5 buah, lalu setiap lubang disiapkan masing-masing kran air, dan setiap dua hari sekali akan dilakukan penyiraman. “Dan kita pekerjakan anak-anak di desa”, ujarnya optimis.
Kornelis juga mengambarkan tentang keuntungan yang bakal diperoleh dari pengembangan pisang di kampungnya. “Semisalnya harga paling rendah untuk satu tandan pisang 30 ribu, lalu harga jantung pisangnya 1000. Setelah itu, untuk pakan ternak dijual lagi batang dan daunnya dengan harga masing-masingnya 2000. Kemudian, seandainya ada 100 pohon dan hal itu jika di kalkulasi secara ekonomi maka akan menghasilkan 350 juta sekali panen (10 bulan). Ini artinya break even point dalam satu kali panen sudah bisa mengembalikan modal,” sebutnya.
Tidak hanya itu, dikatakan Kornelis, multiplayer effect dari adanya kebun pisang juga dengan sendirinya terbentuk. “Pasar pisang tersedia, pakan ternak tersedia bagi sapi, babi, kambing ada. Jadi intervensi terhadap peternakan jalan. Sebab pakan ternak tersedia, sayur juga akan tersedia”, klaimnya optimis.
Ketua BPD Riangbao, Paskalis Pelira memberikan dukungan penuh terhadap rencana tersebut. Pasalnya, semua itu sudah masuk dalam tahap perencanaan dan penetapan dalam dokumen anggaran tahun 2020.
“BPD pada dasarnya mendukung program pemerintah ini. Kami menilai baik dan berguna sehingga apapun itu kita dukung,” ujar Paskalis.
Dirinya juga mengatakan, program pemdes ini sangat luar biasa dan sangat inovatif, lalu dilain sisi sedang terjadi pemberdayaan terhadap masyarakat.
Dikatakan Paskalis, ide dari penjabat kepala desa ini dinilai sangat brylian. Sebab dari tiga hal yang masuk dalam agenda kerja pemerintah itu salah satu yang menjadi diskusi banyak orang di Ile Ape adalah menjadikan Riangbao sebagai kawasan kampung pisang.
Sebagai ketua BPD, ia mengharapkan semua program dapat terrealisasi dengan baik dan berdaya guna, mengingat masa menjabat penjabat kepala desa tersisah satu tahun lagi, tutupnya harap.*)Teddy Lagamaking
Editor: Laurens Leba Tukan