Ruang Gelap Pembangunan Mall dan Hotel di Maumere

1771
Koordinator TPDI, Petrus Selestinus

JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Bupati Sikka Robi Idong, telah memberi isyarat menyetujui atau menerima PT. Yasoonus Komunikatama Indonesia (PT. YKI) sebagai investor yang akan segera membangun Mall dan Hotel bintang 4 di atas lokasi Pasar Tingkat (Pasar Tradisional) Maumere dengan syarat jaminan uang sebesar Rp. 200 miliar disimpan di Bank NTT.

“Artinya hanya dengan uang jaminan Rp. 200 miliar, Robi Idong dan PT. YAI ingin menghabisi anak kandung ekonomi rakyat kecil yaitu Pasar Tradisional karena dengan demikian fungsi, sifat dan karakter Pasar Tradisional serta merta hilang dan muncul sifat, fungsi dan karakter Pasar Moderen yaitu Mall dan Hotel bintang 4 yang tidak memberi tempat bagi pedagang Pasar Tradisional,” sebut Koordinator TPDI Petrus Selestinus dalam ketrangan tetulis yang diterima SelatanIndonesia.com, Jumat (12/6/2020).

Menurut Petrus, nilai jaminan uang Rp. 200 miliar itu tidak sepadan dengan sejumlah kepentingan publik Sikka yang akan dikorbankan jika Mall dibangun tanpa feasibility study obyektif, demi ambisi politik Robi Idong dan kentungan ekonomi PT. YAI atas nama investasi dan kesejahteraan warga Sikka dengan mengabaikan fungsi Pasar Tingkat Maumere yang memiliki sejarah panjang yang harus dilindungi.

Dikatakannya, kepentingan lebih besar, akan dikorbankan dengan kehadiran Mall dan Hotel bintang 4 antara lain, hilangnya sifat dan fungsi Pasar Tradisional sebagai anak kandung ekonomi rakyat kecil yang merupakan kekayaan budaya masyarakat Sikka dengan segala aneka ragam keunikannya, yang pada gilirannya secara perlahan tapi pasti akan memangsa Pedagang Pasar Tradisional, akibat tidak kuat bersaing melawan sistim tatakelola Mall yang liberal.

Petrus menilai, langkah Robi Idong begitu agresif menerima kehadiran PT. YKI tergambar jelas dalam draft MoU terutama uraian tentang hak dan kewajiban Pemda Sikka dan PT. YKI. “Adanya deal yang sudah matang antara Robi Idong dengan PT. YKI untuk kerja sama membangun Mall dan Hotel, point-point tentang hak dan kewajiban mana seharusnya disosialisasi dan didiskusikan matang terlebih dahulu di internal Pemda dan DPRD Sikka, kemudian ditawarkan kepada PT. YKI,” sebutnya.

Dramaturgi Robi Idong

Dikatakan Petrus, sebuah dramaturgi yang sangat menggelikan, karena belum apa-apa Robi Idong sudah deal dengan PT. YKI, lalu bersikap seolah-oleh belum ada deal apa-apa. “Semua point isu kerja sama yang seharusnya masih menjadi rahasia Pemda Sikka yang memerlukan pembahasan dan persetujuan dengan DPRD Sikka dan stakeholders lainnya, sudah terlanjur diberikan kepada PT. YKI sebagaimana fakta-faktanya terungkap dalam draft MoU PT. YKI yang bocor ke publik,” katanya.

Menurut Petrus, dalam ilmu komunikasi politik, pola Robi Idong seperti ini disebut aksi publisitas diri, aksi yang direkayasa untuk pencitraan, sebagai dramaturgi melalui simulasi dan simuclara yang nyaris jadi hiperrealitas. “Aksi publisitas, politicking dan tipu muslihat seolah-olah proses demokratisasi dalam kerja sama yang sering diumbar Robi Idong, berjalan normal sehingga terkesan demokratis, ternyata hanyalah bagian dari dramaturgi Robi Idong,” katanya.

Petrus menambahkan, memperhatikan draft MoU yang beredar, nyata benar bahwa semua isi perut Pemda Sikka sudah tergadaikan dalam deal antara PT. YKI dengan Bupati Robi Idong di ruang gelap (tidak transparan), jauh sebelum gagasan membangun Mall dan Hotel bintang 4 dibicarakan dengan DPRD Sikka. “ini suatu sikap yang tidak sesuai dengan Etika dan Sistim Tatakelola Pemerintahan, karenanya Robi Idong harus menuai reaksi publik yang bertubi-tubi datang akibat tidak adanya transparansi,” katanya.

Isi Perut Pemda Sikka Tergadaikan

Petrus Selestinus mengatakan, isi perut Pemda Sikka terlalu dini tergadaikan pada PT. YKI, dalam soal hak dan kewajiban Pemda Sikka dalam MoU diantaranya uang jaminan Rp. 200 miliar. Juga masuknya perusahaan baru dengan nama PT. MY SIKKA NUSANTARA dan PD Pasar yang dibentuk dengan komposisi saham 40% untuk Pemda Sikka; Pemilikan atas tanah dengan hak tertentu di atas lahan Pasar Tingkat sebesar 50% menjadi milik PT. YKI selama 30 tahun; Sertifikat Hak Pakai Pasar Alok No. : 532/63/90/SK/1991, belum dibahas di internal tetapi sudah masuk dalam draft MoU PT. YKI.

“Ini bukti rancang bangun KKN dan perselingkuhan bisnis Robi Idong dengan Yamanotona Basaro Lase dalam ide pembangunan Mall dan Hotel bintang 4 telah dirancang rapi secara prematur, namun bocor ke publik akibatnya semua skenario akan berantakan. Padahal draft MoU PT. YAI isinya jelas melukai rasa keadilan publik Sikka itu, akan dibahas di DPRD Sikka, entah kapan  namun terbongkar karena draft MoU versi PT. YKI sudah bocor ke public,” katanya.

Disebutkan Petrus, membuka rahasia dapur Pemda Sikka dan Masyarakat Sikka kepada seorang Yamanotona Basar Laso/PT. YAI oleh seorang Bupati, jelas merupakan pengkhianatan terhadap Etika, Hukum dan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Pasalnya, hal itu dilakukan sebelum kerja sama dimaksud dibicarakan secara resmi di internal Pemda dan DPRD Sikka, belum disosialisasikan secara demokratis sebagaimana sering diumbar oleh Robi Idong ke media.

“Etiskah, seorang Bupati diam-diam melakukan deal dan membuka seluruh isi perut Pemda kepada pihak luar yang belum jelas rekam jejak, itikad baik, kredibilitas dan kapabilitasnya. Dan saya bisa mencap Robi Idong telah melakukan pengkhianatan dan kebohongan publik, karena keinginan mengubah secara total fungsi Pasar Tradisional menjadi Mall dan Hotel bintang 4, belum disosialisasikan dan belum ada “persetujuan” DPRD Sikka, tetapi point-point penting draft MoU yang berisi seluruh  isi perut Pemda Sikka sudah dimiliki PT. YKI,” katanya.

Dikatakan Petrus, masyarakat boleh lapar lalu jual hewan untuk beli beras, jual hasil kebun untuk beli garam dan ikan asin tetapi tidak boleh menjual identitas budaya dan harga diri warga Sikka kepada investor yang datang membawa mimpi-mimpi atas nama mensejahterakan warga Sikka, menaikan PAD Pemda Sikka dan banyak angin surga lainnya, yang semuanya hanya mimpi-mimpi di siang bolong dan tidak prioritas.

Menurut Petrus, Pemda Sikka justru harus dahulukan pemberdayaan sosial dan pelatihan terhadap para Pelaku Usaha Tradisional Sikka, untuk menjadi pedagang yang profesional sehingga kalau saja mimpi Robi Idong membangun Mall dan Hotel bintang 4 terwujud maka 90% Mall itu harus diisi oleh putra putri Sikka, mulai dari yang bermukim balik gunung sampai yang bermukim di pesisir kota, bukan sebaliknya putra putri kita di Sikka dibiarkan jadi penonton yang konsumtif. ***Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap