Gibran dan Para Penjaga Kerukunan di Sikka

102
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka didampingi Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena dan Bupati Sikka Juventus Prima Yoris Kago bertemu dengan pimpinan agama dan tokoh adat di Maumere, Kabupaten Sikka, Selasa (6/5/2025). BPMI Sekretariat Wakil Presiden

Dari Maumere, Wakil Presiden Gibran menyimak suara akar rumput: harmoni lahir bukan dari aturan, tapi dari budaya saling menghargai. Sebuah pelajaran toleransi dari Nusa Nipa untuk Indonesia.

MAUMERE,SELATANINDONESIA.COM – Langit Maumere siang itu cerah. Di bawah teduh pohon-pohon flamboyan di Maumere, kabupaten Sikka, Wakil Presiden Gibran Rakabuming duduk melingkar bersama para pemimpin agama dan tokoh adat. Ia datang bukan hanya sebagai pejabat negara, melainkan sebagai tamu yang ingin belajar dari kearifan lokal: bagaimana toleransi tak sekadar wacana, tapi hidup dalam keseharian warga.

Ditemani Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena dan Bupati Sikka Juventus Prima Yoris Kago, Gibran mengikuti forum lintas iman yang digelar penuh kehangatan. Dari Uskup hingga Ketua Majelis Ulama, dari pemuka Hindu dan Buddha hingga pendeta GMIT dan perwakilan komunitas Tionghoa, semua duduk setara dalam satu lingkaran.

“Wapres bertanya soal kehidupan umat beragama di sini,” ujar Uskup Maumere, Mgr. Ewaldus Martinus Sedu. Jawabannya membuat Gibran mengangguk puas: “Kami hidup berdampingan, saling menghormati. Itu tumbuh dari budaya kami.”

Gibran, dengan gaya yang santai dan bersahaja, menanggapi dengan pujian. “Apa yang sudah bagus ini harus terus dihidupi dan diwariskan,” katanya, seperti dikutip Uskup Ewaldus.

Tak hanya mendengar, Gibran juga membuka ruang. Ketua MUI Sikka, Muh. Ikhsan Wahab, menyebut pertemuan ini sebagai penegas peran agama dalam merawat kebersamaan. “Kami merasa diberi ruang aktif. Ini penting untuk mencegah pengaruh negatif yang mengoyak harmoni masyarakat,” katanya.

Lalu, hadir pula tokoh Hindu Ida Bagus Wiryawan, tokoh Buddha Putu Sumadi, Pendeta Ferluminggus Bako dari GMIT Kalvari, dan Arifin dari Komunitas Tionghoa Maumere. Semua menyampaikan satu pesan senada yaitu toleransi bukan basa-basi, tapi bagian dari nadi kehidupan.

Pertemuan ini bukan seremoni belaka. Di tengah meningkatnya ujaran kebencian di ruang digital, Sikka justru menawarkan narasi tandingan, moderasi beragama berbasis budaya. Gibran pulang dari Sikka bukan hanya membawa catatan birokrasi, tapi juga pelajaran kebijaksanaan dari timur: bahwa menjaga Indonesia berarti merawat perbedaan dengan cinta.*/llt/BPMI Sekretariat Wakil Presiden

Center Align Buttons in Bootstrap