GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Eksbis Golkar
Beranda / Golkar / Wamendag Dyah Roro Esti Rintis Desa BISA Ekspor dari Labuan Bajo: Sejalan dengan OVOP Gubernur NTT

Wamendag Dyah Roro Esti Rintis Desa BISA Ekspor dari Labuan Bajo: Sejalan dengan OVOP Gubernur NTT

Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti ketika bersama masyarakat pesisir di desa Warloka, Teluk Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa (22/7/2025). Foto: Dok.Wamendag

Wamendag Dyah Roro Esti merintis jalur ekspor dari desa wisata Warloka. Sejalan dengan visi Gubernur NTT Melki Laka Lena yaitu OVOP dan Gerakan Beli NTT.

 

LABUANBAJO,SELATANINDONESIA.COM – Angin laut yang membawa aroma asin menerpa hamparan pasir di pesisir Warloka, sebuah desa tenang di Teluk Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Laut yang membiru di hadapan, deretan perahu nelayan yang bersandar, dan tenun ikat yang dijemur di pelataran rumah menjadi latar pagi yang berbeda, Selasa (22/7/2025).

Di tengah panorama itu, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti datang. Bukan hanya untuk melihat-lihat keindahan Labuan Bajo yang mendunia. Ia datang dengan agenda yang lebih sunyi tapi berdampak panjang: membuka jalur ekspor dari desa.

“Desa seperti Warloka ini tak hanya jadi wajah pariwisata Indonesia, tapi bisa menjadi pelaku penting dalam perekonomian global,” ujar Dyah Roro, dalam dialog terbuka bersama para nelayan dan pengusaha UMKM setempat, seperti dilansir dari laman Kemendag. Ia duduk bersila di atas tikar pandan, mendengarkan satu per satu keluhan warga tentang hasil laut yang tak sampai ke pasar ekspor, biaya logistik yang mencekik, hingga kurangnya akses ke pembiayaan dan teknologi.

Konser Juan Reza Ditunda, Cinta Tetap Menggema: Rocky Winaryo dan Simfoni Kesetiaan untuk Sang Bupati

Desa Warloka menjadi titik awal dari rangkaian kunjungan kerja Wamendag ke NTT. Dengan gaya khasnya yang lugas dan akrab, politisi muda Golkar itu memperkenalkan program terobosan: Desa BISA Ekspor. Sebuah inisiatif yang disiapkan Kementerian Perdagangan bersama kementerian dan mitra lainnya, untuk memetakan potensi desa dan mendampinginya hingga terhubung langsung ke pasar global.

“Banyak desa punya potensi ekspor, tapi belum tahu caranya. Kita hadir untuk mendampingi dari hulu ke hilir,” kata Dyah Roro.

Program ini akan mengintegrasikan potensi lokal desa dengan teknologi digital, pembiayaan, pelatihan ekspor, hingga fasilitasi business matching bersama buyer internasional melalui dashboard khusus yang terhubung ke platform Inaexport. Artinya, tidak sekadar pelatihan dan selesai, tapi didorong hingga transaksi ekspor benar-benar terjadi.

Modelnya adalah kluster berbasis komoditas unggulan. Di Warloka, potensi itu melimpah: hasil laut, olahan ikan kering, hingga tenun khas Manggarai yang memikat turis asing.

Kepala Desa Warloka, yang mendampingi Wamendag sepanjang kunjungan, menyambut langkah ini sebagai angin segar. “Selama ini desa kami hidup dari turis dan perikanan kecil-kecilan. Tapi kalau ekspor bisa terjadi dari sini, maka itu sejarah baru,” katanya.

Jalan Panjang Menuju Lintasan Dunia: Tour De EnTeTe dan Agenda Gizi di NTT

Langkah ini sekaligus menjadi gema dari semangat yang sedang dikobarkan Pemerintah Provinsi NTT di bawah kepemimpinan Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena. Melalui program One Village One Product (OVOP) dan Gerakan Beli NTT, Melki Laka Lena mendorong setiap desa di provinsi ini untuk menonjolkan produk unggulan dan masuk pasar yang lebih luas dari dalam negeri hingga mancanegara.

“Ekspor dari desa bukan hal yang mustahil. Kita harus menjemputnya dengan strategi yang tepat, pendampingan yang konsisten, dan sinergi semua pihak,” ujar Gubernur Melki dalam pernyataan terpisah, menanggapi kunjungan Wamendag.

Di Warloka, pernyataan itu terasa nyata. Seorang ibu nelayan memperlihatkan abon ikan yang biasa dijualnya di pasar lokal. Seorang pemuda UMKM menunjukkan kerajinan kayu yang dibuat dari limbah perahu. Mereka berharap, setelah kunjungan ini, produk mereka tak lagi hanya berhenti di etalase lokal, tapi bisa melintasi samudra.

Ketika langit Warloka berubah jingga, rombongan Wamendag bergerak ke lokasi selanjutnya. Tapi yang tertinggal di desa bukan hanya jejak langkah di pasir. Ada janji dan harapan baru: bahwa desa di ujung barat Flores ini suatu hari akan mencatat ekspor pertamanya, bukan dari pabrik besar, tapi dari tangan-tangan kecil yang setia bekerja di pinggir laut dan bibir samudera.*/Laurens Leba Tukan

Dari Kalabahi, Vera Asadoma dan Lidya Siawan Winaryo Gelorakan Semangat PKK Desa

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement