GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Golkar Olahraga
Beranda / Olahraga / Umbu Rudi Kabunang: Sumba Menyongsong Kejurnas Pacuan Kuda Tradisional

Umbu Rudi Kabunang: Sumba Menyongsong Kejurnas Pacuan Kuda Tradisional

Dr. Umbu Rudi Kabunang

WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Di padang sabana yang luas tanpa batas, kuda-kuda Sumba berlari bebas, melintasi cahaya senja yang jatuh di ufuk barat. Derap kaki mereka seakan menyatu dengan napas tanah yang kering, melahirkan denting ritme purba yang telah diwariskan turun-temurun. Di sanalah, kuda bukan sekadar hewan tunggangan, melainkan sahabat setia, kebanggaan, dan identitas orang Sumba.

Seperti bisikan dalam puisi Beri Daku Sumba, pulau ini menyimpan kerinduan yang tak selesai: beri daku sabana, derap kuda, dan harum tanah yang sederhana.

Kerinduan itulah yang hendak dihidupkan kembali oleh Umbu Rudi Kabunang, Anggota DPR RI sekaligus putra Sumba. Ia tengah mendorong agar pulau sabana ini menjadi tuan rumah Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Pacuan Kuda Tradisional.

“Koordinasi dengan semua pemda sedang kita bangun agar Sumba bisa menyediakan arena pacuan yang memenuhi syarat Kejurnas,” kata Umbu Rudi, Senin (8/9/2025).

Bagi Umbu Rudi, Kejurnas bukan sekadar lomba, melainkan jalan pulang bagi tradisi. Sebab, pacuan kuda di Sumba selalu hadir dalam pesta rakyat, usai panen, atau dalam syukuran adat. Ia adalah perayaan hidup, kuda yang berpacu tanpa pelana, joki kecil yang menantang angin, dan penonton yang bersorak lantang di pinggir lintasan berdebu.

Ketika Gubernur Melki Kibaskan Bendera Start: Tour de EnTeTe Menggelinding Menuju Panggung Dunia

Kini, dukungan datang dari PP Pordasi. Sebanyak 15 provinsi siap mengirim kontingen bila Kejurnas digelar di Sumba. “Dampak ekonominya akan luar biasa. Tim-tim itu bisa tinggal sebulan penuh di sini, dan itu menggerakkan kuliner, penginapan, transportasi, hingga pariwisata,” ujar Umbu Rudi.

Ketua Bidang Pacu Kuda Tradisional PP Pordasi, Aguspen Adnan, menambahkan bahwa arena yang dibutuhkan berbentuk oval dengan panjang lintasan 1.400 meter. ”Dari hasil peninjauan langsung kami, lapangan pacuan di Sumba Barat dianggap paling mendekati standar. Untuk pacuan non-pelana, idealnya lintasan 1.000 meter dengan lebar 14 meter, agar dua belas kuda bisa berlari bebas dan saling mendahului,” katanya.

Ukuran ideal Lapangan Pacuan Kuda Tradisional sesuai standart PP PORDAS.

Lebih dari soal lintasan, syarat lain juga penting: dukungan pemerintah daerah, ketersediaan kuda dan joki, serta kesiapan mengikuti aturan pacuan nasional. Untungnya, semua itu berakar dalam tradisi panjang masyarakat Sumba.

Aguspen menjelaskan, animo terhadap pacuan kuda juga tinggi di banyak daerah, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, hingga Jawa, Sulawesi, NTB, dan NTT yang dikenal sebagai kantong kuda terbesar di Indonesia.

Menurut Aguspen, jika sukses, Kejurnas di Sumba akan digelar rutin dua hingga tiga kali. Lebih jauh, pacuan kuda non-pelana diharapkan bisa naik kelas menjadi cabang olahraga resmi di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 di NTB–NTT. “KONI NTT bersama Pordasi akan menentukan gelanggang pacuan yang paling layak, apakah di Waikabubak, Waingapu, atau Kupang. Pemerintah biasanya akan membantu perbaikan arena yang dipilih,” kata Aguspen.

Prof. Umbu Data: Rumah Mandiri, Laboratorium Masa Depan di Sumba Tengah

Jika Kejurnas ini sukses, pacuan kuda tradisional akan rutin digelar dua hingga tiga kali setahun, bahkan berpeluang naik kelas sebagai cabang olahraga resmi di PON 2028 NTB–NTT.

Di padang-padang rumputnya, kuda-kuda Sumba terus berlari. Mereka bukan hanya menorehkan jejak di tanah kering, tapi juga membuka jalan bagi pulau ini untuk melangkah ke panggung nasional. Dari gelanggang rakyat menuju arena PON, Sumba berdiri dengan keyakinan: menjaga tradisi, menghidupkan ekonomi, dan memberi arti bagi Indonesia.*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement