GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Golkar Olahraga
Beranda / Olahraga / Umbu Rudi Kabunang Siapkan Sumba Tuan Rumah Kejurnas Kuda Tradisional

Umbu Rudi Kabunang Siapkan Sumba Tuan Rumah Kejurnas Kuda Tradisional

Anggota DPR RI Fraksi Golkar asal Sumba, Dr. Umbu Rudi Kabunang (kedua dari kiri) ketika bersama Ketua Umum Pengurus Pusat Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia), Teddy Soediro, dan Ketua Federasi Pacu, Gusriyal BSc di Jakarta, Selasa (22/7/2025). Foto: Dok.RK

Sumba Menuju Lintasan Nasional, Kejurnas Pacuan Kuda Tradisional Pertama Digelar 2025

JAKARTA,SELATANIMDOMESIA.COM – Di tanah Sumba, kuda bukan sekadar tunggangan, melainkan jati diri. Anak laki-laki tak disebut lelaki sejati jika belum menunggang kuda di arena pacuan. Tradisi itu telah hidup turun-temurun dan kini bersiap melompat ke panggung nasional: Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Pacuan Kuda Tradisional pertama akan digelar pada akhir 2025.

Dr. Umbu Rudi Kabunang, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar asal Sumba Timur mengatakan, dalam pertemuannya bersama Ketua Umum Pengurus Pusat Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia), Teddy Soediro, dan Ketua Federasi Pacu, Gusriyal BSc. “Tidak ada kata terlambat,” kata Umbu Rudi. “Saatnya pacuan kuda tradisional naik kelas, jadi cabang olahraga resmi dan berstandar nasional.” sebut Umbu Rudi Kabunang kepada wartawan, Rabu (23/7/2025).

Pacuan kuda tradisional berbeda dari pacuan berkuda modern: para joki kecil menunggang tanpa pelana, hanya berpegangan pada tengkuk kuda. Mereka melesat di lintasan tanah, sering kali masih seadanya, tapi dengan semangat dan teknik yang terasah sejak bocah. “Ini bukan soal siapa cepat, ini tentang warisan, keberanian, dan kebudayaan yang menolak dilupakan,” ujar Umbu Rudi.

Pordasi, yang telah eksis selama lebih dari 59 tahun, selama ini lebih dikenal dengan cabang pacuan modern yang telah masuk sebagai cabang olahraga resmi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), bahkan dipertandingkan dalam dua PON terakhir: 2016 di Jawa Barat dan 2024 di Aceh–Sumut. Namun, pacuan tradisional masih luput dari perhatian nasional. Padahal, potensinya sangat besar.

Konser Juan Reza Ditunda, Cinta Tetap Menggema: Rocky Winaryo dan Simfoni Kesetiaan untuk Sang Bupati

“Kalau pacuan tingkat kabupaten saja bisa mengerahkan hingga 750 ekor kuda dalam 11 kelas final, bayangkan jika dibuat setingkat nasional,” ujar Umbu Rudi. Ia menyebut Kepulauan Sumba, Timor, hingga berbagai wilayah di NTT sebagai kantong kuat pacuan tradisional. “Waktu tempuh penyisihan sampai final bisa tujuh hari. Ini bukan lomba sehari dua hari.”

Maka, saat Rakernas Pordasi 2024 mencetuskan rencana mewujudkan Kejurnas Pacuan Kuda Tradisional, Sumba langsung mengajukan diri jadi tuan rumah perdana. “Kami siap!” kata Umbu Rudi penuh semangat. Menurut rencana, Kejurnas akan digelar antara November dan Desember 2025, didahului dengan sosialisasi dan penyesuaian kelas pacuan di berbagai daerah.

Kekuatan kuda dan joki tersebar luas di Indonesia: dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, hingga Sulawesi dan Nusa Tenggara. “Basis-basis ini akan disinergikan melalui Kejurnas,” ujarnya. Untuk itu, Federasi Pacu PP Pordasi tengah merancang buku panduan resmi pacuan kuda tradisional yang akan dijadikan Petunjuk Organisasi (PO) dan dasar regulasi kejuaraan nasional. Buku ini diharapkan menjadi rujukan tetap, meski akan terus diperbarui di masa mendatang.

Umbu Rudi juga mendorong agar pacuan kuda tradisional masuk sebagai cabang olahraga resmi di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028. “Kalau bisa ditandingkan di PON, berarti ada jalur medali. Anak-anak Sumba bisa berlaga, bukan hanya di tanah sendiri, tapi di panggung nasional,” ujarnya.

Selain aspek olahraga, Kejurnas ini juga diharapkan menggerakkan sektor ekonomi rakyat, pariwisata budaya, dan pelestarian ras kuda lokal. “Pacuan tradisional itu atraksi, identitas, dan potensi ekonomi. Ini tiga kekuatan dalam satu lintasan,” kata Teddy Soediro, Ketua Umum PP Pordasi.

Jalan Panjang Menuju Lintasan Dunia: Tour De EnTeTe dan Agenda Gizi di NTT

Federasi Pacu dan Pordasi menegaskan bahwa pacuan kuda tradisional tak boleh kehilangan ruhnya. “Pacuan ini tanpa pelana, tetap dengan gaya asli. Itu cirinya, jangan dikomodifikasi berlebihan,” ujar Gusriyal. Mereka bersepakat bahwa modernisasi tak boleh mematikan tradisi. Kejurnas harus tetap menjunjung nilai-nilai lokal.

Kini, Sumba bersiap menata lintasan, memanggil kembali para joki muda, memoles kandang dan kuda, serta menyiapkan panggung untuk sejarah baru. “Ini bukan hanya soal kejuaraan,” kata Umbu Rudi. “Ini adalah pembuktian bahwa tradisi juga bisa juara.”*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement