KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Ruang kerja Gubernur NTT di Gedung Sasando siang itu tidak hanya jadi tempat temu birokrasi. Ia juga menjadi ruang bicara soal darah, setetes yang bisa menyelamatkan hidup, tapi di NTT masih jadi barang langka. Selasa (22/7/2025), Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena menerima audiensi dari jajaran Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Topik yang mereka bahas bukan politik atau proyek besar. Tapi soal kemanusiaan yang sangat mendasar: pelayanan darah.
Didampingi Kepala Dinas Kesehatan NTT, dr. Iien Adriany, dan Kepala BKD NTT, Yosef Rasi, Gubernur mendengar langsung laporan dari Unit Transfusi Darah PMI NTT. Hadir di hadapannya antara lain dr. Samson, Sp.PK, dr. Hermi Indita Malewa, Sp.PK, Dion Tahun (Sekretaris UTD), dan beberapa staf seperti Oktodinar Djami dan Kristina Masni.
“Pelayanan darah adalah soal nyawa,” kata Dion Tahun membuka laporan. Ia menguraikan rencana sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memastikan produk darah PMI NTT memenuhi standar tinggi yang ditetapkan Badan POM. “Sertifikasi ini tidak hanya meningkatkan mutu, tetapi juga membangun kepercayaan publik terhadap darah yang kami sediakan,” tegas Dion.
Namun, tak cukup hanya dengan niat. PMI NTT masih kekurangan infrastruktur dasar seperti freezer darah, alat skrining Nucleic Acid Test (NAT) untuk mendeteksi virus menular seperti HIV dan Hepatitis, serta Sterile Connecting Device (SCD) yang penting untuk memastikan proses pengolahan darah steril dan aman.
Mendengar laporan itu, Melki Laka Lena yang sebelum menjabat gubernur dikenal luas di bidang kesehatan sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR RI tampak paham betul medan yang dihadapi. “Saya sangat mengapresiasi kerja PMI. Ini pelayanan kemanusiaan, bukan urusan komersil,” ujarnya.
Gubernur langsung menginstruksikan Kadis Kesehatan NTT untuk meninjau ulang alokasi anggaran demi menjawab kekurangan alat-alat penting tersebut. Namun lebih dari itu, ia ingin membangun ekosistem kesadaran publik tentang pentingnya donor darah sebagai gerakan sosial yang hidup dalam keseharian masyarakat.
“Manfaatkan Car Free Day, hari besar nasional, perayaan gereja, dan semua momentum publik sebagai panggung donor darah. Jadikan ini gerakan bersama,” pinta Melki. Ia menjanjikan dukungan penuh dari jajaran pemerintah provinsi, termasuk menggerakkan tokoh agama, pemuda, hingga organisasi kemasyarakatan.
Tak hanya bicara soal sistem, Gubernur juga ingin ada ruang penghargaan. “Mereka yang sudah berdonor seratus kali, harus kita beri penghormatan. Itu prestasi kemanusiaan yang luar biasa,” tandasnya.
Audiensi ditutup tanpa formalitas panjang. Namun jelas ada semangat baru yang menyala. Darah yang selama ini hadir diam-diam di balik tirai rumah sakit akan dibawa ke ruang publik sebagai simbol solidaritas sosial NTT. Satu tetes bisa menyelamatkan nyawa. Dan lewat kepemimpinan Melki Laka Lena, darah itu mungkin akan mengalir lebih lancar, bukan hanya di tubuh pasien, tetapi juga dalam denyut kebersamaan masyarakat Nusa Tenggara Timur.*/Alex Raditia/Laurens Leba Tukan
Komentar