Pertemuan Gubernur NTT dengan IGK Manila menjadi penanda pertemuan dua generasi yang sama-sama mencintai negeri. Dari ranjang rumah sakit, rencana besar ditebar ke Nusa Tenggara Timur.
JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Di sela penantian di Rumah Sakit Persahabatan, Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena mendapat tamu istimewa. Seorang senior, sekaligus sahabat dalam arti yang utuh. Mayjen TNI (Purn.) I Gusti Kompyang (IGK) Manila, tokoh yang jejaknya menembus lorong sejarah militer, olahraga, dan pendidikan tanah air, datang menjenguk dengan sapaan hangat dan semangat muda yang menular.
“Bukan sekadar menjenguk. Kami berdiskusi tentang masa depan,” kata Gubernur Melki, usai pertemuan, Sabtu (19/7/2025). Sang jenderal yang baru merayakan ulang tahun ke-83 itu menyampaikan rencananya membawa investor dari Eropa untuk berinvestasi di NTT, terutama di sektor pelabuhan dan bidang-bidang strategis lainnya. “Beliau melihat NTT sebagai halaman depan, bukan halaman belakang negeri ini,” kata Gubernur Melki.
Pertemuan itu seperti pembuka babak baru. Dua generasi yang berbeda zaman tapi memiliki kesamaan: tidak pernah selesai mencintai negeri.
Seorang Sahabat, Bukan Sekadar Teman
Beberapa hari sebelumnya, suasana khidmat dan haru melingkupi Aula Kampus Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem di Jakarta Selatan. IGK Manila merayakan ulang tahun ke-83 dalam suasana sederhana namun penuh makna. “Dia adalah sahabat, bukan sekadar teman,” ujar Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan bergemuruh.
Paloh mengenang Manila sebagai rekan seperjalanan, seorang patriot, dan pendidik yang hidup dalam prinsip pengabdian. Bukan hanya di militer, di mana ia pernah memimpin Komando Pasukan Khusus (Kopassus), tetapi juga di dunia olahraga, pendidikan, dan sosial. Ia tercatat sebagai rektor kedua STPDN, pengurus PSSI, penggagas pemindahan gajah, dan kini memimpin ABN NasDem. Di usianya yang menapaki kepala delapan, Manila masih aktif mengurus olahraga wushu bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Kalender mencatat 83 tahun, tapi anatominya masih 43 tahun,” kelakar Paloh disambut tawa hadirin.
Panggung yang Tak Pernah Padam
IGK Manila memang sosok yang sulit dikurung dalam satu definisi. Ia lintas ranah. Sejumlah legenda sepak bola nasional hadir dalam acara ulang tahunnya. Para janda prajurit CPM yang gugur dalam tugas juga datang memberi hormat. Mereka semua mengenal Manila bukan karena pangkat, tapi karena ketulusan.
“Dia selalu ada untuk mereka yang dilupakan negara,” kata seorang peserta.
Gubernur Melki, yang juga kader Partai Golkar, melihat Manila sebagai jembatan antar-generasi. “Kami belajar banyak dari cerita dan penugasan beliau. Termasuk hal-hal kecil yang tak pernah ditulis media, tapi penting bagi republik,” ujarnya.
Tak hanya mengenang masa lalu, IGK Manila justru datang dengan gagasan baru: membangun NTT sebagai pintu gerbang ekonomi Indonesia timur. Ia ingin membawa investasi dari Eropa, mendorong konektivitas maritim, dan memperkuat sektor strategis yang selama ini tertinggal.
“Beliau percaya bahwa wilayah timur bisa jadi epicentrum baru Indonesia. Dan beliau ingin ikut meletakkan batu pertamanya,” kata Gubernur Melki.
Membaca Masa Depan dari Ruang Tunggu
Dari ruang tunggu rumah sakit, diskusi antara gubernur muda dan jenderal tua itu menjelma jadi cetak biru awal. “Pertemuan itu bukan nostalgia, tapi pemicu aksi,” kata Gubernur Melki.
Keduanya pun berjanji akan bertemu kembali di Kupang, kali ini bukan di rumah sakit, melainkan di pelabuhan, di tengah geliat ekonomi yang ingin mereka bangun bersama.
Catatan Redaksi:
IGK Manila adalah simbol kegigihan dan ketulusan lintas zaman. Pertemuan dengan Gubernur Melki bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari narasi panjang: bahwa bangsa ini dibentuk oleh mereka yang tak pernah berhenti bermimpi, meski usia terus bertambah.*/Laurens Leba Tukan
Komentar