GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Kesehatan Sumba Tengah
Beranda / Berita Hari Ini NTT / Sumba Tengah / Rumah Mandiri, Pekarangan Pro Oli Mila dan Perang Paulus Limu Lawan Kemiskinan

Rumah Mandiri, Pekarangan Pro Oli Mila dan Perang Paulus Limu Lawan Kemiskinan

Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu ketika launching pembangunan Rumah Mandiri Terpadu di Desa Anajiaka, Kecamatan Umbu Raty Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Selasa (2/9/2025) Foto: ProkopimST

Dari Pekarangan Pro Oli Mila, Sumba Tengah Mencoba Keluar dari Jerat Kemiskinan

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di bawah terik matahari Sumba Tengah, suara cangkul bertemu batu mengiringi peletakan batu pertama. Selasa siang, (2/9/2025), Bupati Sumba Tengah Paulus S. K. Limu menunduk, tangannya menaburkan semen ke fondasi sebuah bangunan mungil di Desa Anajiaka, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat. Tak lama, tepuk tangan warga bersahut-sahutan. Di hadapan mereka, sebuah rumah sederhana 6×7 meter mulai berdiri.

Tapi ini bukan sekadar rumah. Paulus menamainya Rumah Mandiri Pro Oli Mila, program unggulan yang menjadi senjata andalannya melawan kemiskinan dan stunting. “Rumah ini harus hidup,” ujar Paulus. Maksudnya, rumah mandiri tak boleh jadi bangunan kosong tanpa denyut ekonomi. Setiap penerima wajib menyiapkan pekarangan produktif: ada kandang kambing, kandang bebek, kolam ikan biopflok, pagar hortikultura, hingga sayuran yang tumbuh di halaman.

“Ini bukan hanya kebutuhan protein, tapi gerakan transformasi untuk meningkatkan derajat kemanusiaan,” kata Paulus kepada warganya.

Dari Rumah ke Pekarangan

Prof. Umbu Data: Rumah Mandiri, Laboratorium Masa Depan di Sumba Tengah

Dalam peluncuran itu, warga penerima rumah tak hanya menerima kunci, tetapi juga “paket kehidupan”: tiga ekor kambing (1 jantan, 2 betina), sepuluh ekor bebek, 150 benih ikan, dan aneka bibit sayuran. Semua fasilitas itu terintegrasi. Kandang kambing berukuran 4×6 meter untuk tiga ekor ternak, kandang bebek 1×3 meter, pagar hortikultura seluas 10×10 meter, dan kolam ikan biopflok. Pemerintah akan memantau secara berkala.

“Kalau kandangnya sudah ada, baru ternaknya diserahkan. Kalau kolamnya siap, baru bibit ikannya turun. Harus ada komitmen perawatan,” tegas Paulus.

Sistem ini dirancang agar keluarga penerima tak hanya punya atap untuk berteduh, tapi juga sumber pangan, gizi, dan penghasilan. Dari pekarangan itulah Paulus berharap masyarakat bisa perlahan keluar dari jerat kemiskinan.

Data dan Target Ambisius

Sejak diluncurkan 2019, program Rumah Mandiri sudah menelurkan 1.498 unit di periode pertama. Rinciannya: 326 unit (2019), 325 (2020), 325 (2021), 260 (2022), dan 262 unit (2023).

Dr. Umbu Rudi Kabunang Minta Bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta Selidiki Pelanggaran HAM PT Toba Pulp Lestari

Memasuki periode kedua (2025-2029), targetnya lebih ambisius: 325 unit per tahun, atau total 1.625 unit. Tahun ini, meski anggaran ketat, sudah diluncurkan 260 unit dan ditambah lagi 65 unit lewat perubahan APBD sehingga jumlahnya tetap sesuai target 325 unit. Harga satu unit rumah naik dari Rp65 juta menjadi Rp70 juta.

“Setiap desa lima unit. Perlahan, kita bangun kemandirian dari bawah,” kata Paulus.

Mesin Multi Dimensi

Program ini tak berdiri sendiri. Paulus melibatkan 15 organisasi perangkat daerah (OPD) lintas sektor: Pertanian, Peternakan, Perikanan, PMD, Pendidikan, Kesehatan, hingga Koperasi dan Perbankan. Konsepnya: kolaborasi, integrasi, dan sinergi (KIS).

Dampaknya, Rumah Mandiri bukan hanya menyelesaikan masalah papan, tapi juga membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan keluarga, menekan stunting, memperbaiki gizi ibu hamil dengan kondisi KEK (Kurang Energi Kronis), dan bahkan menjadi sarana pendidikan praktis bagi anak-anak.

Gubernur Melki Tegas, Perusahaan Geotermal Tak Masuk Lintasan Sponsor

“Ini solusi multi dimensi. Tidak hanya keluar dari kemiskinan, tapi menuju kesejahteraan,” ujar Paulus.

Jejak dan Gaya Paulus

Paulus bukan nama baru di Sumba Tengah. Sejak menjabat Bupati pada periode pertamanya, ia dikenal berani mengambil terobosan meski anggaran terbatas. Di tengah pandemi Covid-19, ketika daerah lain menahan program infrastruktur, Paulus justru tetap menyalakan Rumah Mandiri. “Krisis bukan alasan berhenti. Justru di situlah ujian kepemimpinan,” katanya.

Pria berusia 67 tahun ini punya gaya kepemimpinan yang blusukan dan dekat dengan warga. Ia kerap mengutip pepatah lokal: “Orang miskin tidak boleh sendirian.” Dari situlah lahir Pro Oli Mila singkatan yang berarti Pro untuk Orang Miskin.

Dalam warna politik, Paulus memang berasal dari tradisi Restorasi. Tapi di lapangan, ia sering disebut warga sebagai “bapak kampung” yang lebih banyak berbicara soal kebutuhan riil: air bersih, gizi anak, dan atap rumah.

Suara dari Lapangan

Meryani Dangu, seorang ibu penerima manfaat di Desa Dewajara, mengaku lega ketika rumahnya dipilih untuk program ini. “Dulu rumah kami bocor, kalau hujan anak-anak tidur di dapur. Sekarang ada rumah baru, ada kambing, ada bebek. Saya bisa tanam sayur di pekarangan,” katanya.

Baginya, rumah mandiri bukan sekadar hibah. Ia merasa punya tanggung jawab untuk merawatnya, agar kambing berkembang biak dan ikan bisa dipanen. “Kalau dijual, bisa untuk biaya sekolah anak,” ujarnya pelan.

Dari Pekarangan ke Masa Depan

Bagi Paulus, rumah-rumah sederhana di pelosok Sumba Tengah itu adalah role model pembangunan keluarga sejahtera. Ia percaya, dari pekarangan kecil bisa lahir perubahan besar. “Kita ingin warga tidak lagi hanya penerima bantuan, tapi menjadi keluarga mandiri yang berdaya,” katanya.

Bupati Paulus juga memberikan perhatian serius pada sektor Pendidikan dengan membagikan pakian seragam untuk anak-anak sekolah di pelosok. Sedangkan sektor Kesehatan jajarannya membagikan kelambu, pemeriksaan kesehatan gratis, membagikan vitamin, juga ada PMT untuk Lansia dan bayi balita gizi buruk dan dan ibu hamil. Semua itu untuk peningkatan derajak kemanusiaa.

Juga Pemda Sumba Tengah menjalin kerja sama dengan Perbankan untuk akses Kredit Lunak tanpa bunga. ”Di Bank juga mereka bisa jadi agen pulsa, sehinga bisa menambah pendapatan. Kalau jual kambing atau ikan maka langsung simpan di bank NTT,” kata Bupati Paulus.

Juga membangun Kopreasi Desa Merah Putih. ”Semua sekotr ini dilakukan pendampingan karena dibentuk Satgas Penampingan sampai betul-betul mamdnri selama 1-2 tahun. Lokusnya kita di Rumah Mandiri dan Pekarangan Pro Oli Mila. Sehinga di tahun 2026 semua dipaketkan dalam program ini, dan semua sektor masuk.

Pekarangan Pro Oli Mila bersinergi dengan 15 OPD anara lain Pertanian, Perikanan, Peternakan, PMD, Pendidikan, Kesehatan, Koperasi, dan Perbankan dan Koperasi melakukan pendampingan dari lintas sektor dengan pendekatan multi deminsi, maka tidak hanya bisa mengeluarkan masyarakat dari jerat kemiskinan tapi tercitanya lapangan kerja. Ada pendapatan, penyelesaian masalah gizi, masalah pendidikan dan kesehatan menjadikan solusi menjadi sejahtera.

Rumah Mandiri terhubung dengan berbagai program kesehatan diantaranya pembagian kelambu, vitamin, PMT bagi bayi gizi buruk, lansia dan ibu hamil, hingga pemeriksaan kesehatan gratis. Di pendidikan, seragam sekolah dibagikan untuk anak-anak pelosok. Sementara itu, perbankan lokal memberikan akses kredit lunak tanpa bunga. Bahkan koperasi desa “Merah Putih” dibentuk untuk memperkuat pendampingan ekonomi.

“Semua sektor ini masuk. Lokusnya di rumah mandiri dan pekarangan Pro Oli Mila. Ada satgas pendampingan 1–2 tahun, sampai keluarga betul-betul mandiri,” jelas Paulus.

Ia tahu target menurunkan angka kemiskinan bukan pekerjaan singkat. Tapi lewat Rumah Mandiri dan Pekarangan Pro Oli Mila, Paulus seperti sedang merajut sebuah mimpi panjang: martabat Sumba Tengah yang lahir dari halaman rumah warganya sendiri.

Bupati Paulus mengatakan, Rumah Mandiri dan Pekarangan Pro Oli Mila punya daya unggkit selain kebutuhan protein, sekaligus gerakan tranformasi untuk keluar dari kemiskinan tapi juga peningkatan derajat kemanusian.*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement