UKAW Kupang menggandeng Pemkab Sumba Tengah membangun kampus baru, pusat e-learning, jaringan internet Starlink, dan program beasiswa. Sebuah investasi jangka panjang demi masa depan generasi muda Sumba.
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – “Kalau tidak kita bantu lewat pendidikan, maka Sumba Tengah akan semakin tertinggal.” Kalimat itu diucapkan Prof. Dr. Ir. Godlief F. Neonufa, MT, SCL dengan suara berat namun mantap. Rektor Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang itu sedang berada di ruang kerja Bupati Sumba Tengah, Drs. Paulus S. K. Limu, Rabu siang (2/7/2025), ketika kalimat itu meluncur dari bibirnya.
Audiensi itu bukan sekadar pertemuan seremonial antar institusi. Di ruang itu, sebuah kemitraan strategis sedang dipancang. UKAW Kupang datang dengan rencana besar, membangun kampus baru di Sumba Tengah, memperkuat infrastruktur digital untuk pendidikan, hingga mengirim mahasiswa ke desa-desa untuk penelitian sosial.
“Kami tidak datang hanya membawa ide,” ujar Rektor Godlief. “Kami membawa komitmen.” Dan pemerintah kabupaten menyambutnya dengan tangan terbuka.
UKAW Kupang, kampus swasta berbasis nilai-nilai Kristen yang berdiri sejak 1982 di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, kini memperluas tapaknya ke daratan Sumba. Di Sumba Tengah, kabupaten muda yang kerap luput dari sorotan Pembangunan, UKAW melihat celah harapan. Gagasannya, mendekatkan akses pendidikan tinggi, terutama bagi anak-anak muda dari desa-desa terpencil.
Tak main-main, Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah telah menyiapkan lahan seluas lima hektare untuk lokasi kampus. Peletakan batu pertama dijadwalkan pada 2028. Tapi sebelum itu, UKAW telah mengawali gerakan sunyi, memasang dua unit jaringan internet Starlink di SMA Kristen Waibakul lengkap dengan infrastruktur permanen. Semuanya ditanggung kampus.
“Kami ingin mulai dari apa yang bisa kami sentuh lebih dulu, internet, pusat e-learning, dan kehadiran mahasiswa UKAW di tengah masyarakat,” ujar Godlief.
Dalam waktu dekat, mahasiswa UKAW akan turun lapangan untuk melakukan penelitian dua bulan di enam desa. Fokusnya: isu-isu krusial seperti stunting, ketahanan pangan, dan energi alternatif. Rektor bahkan meminta langsung kesediaan Bupati Paulus untuk memberi arahan virtual dalam sesi pembekalan mahasiswa 6–7 Juli mendatang. “Ini bukan hanya proyek akademik, tapi proyek kemanusiaan,” katanya.
Di sisi lain, Bupati Paulus S. K. Limu tidak ingin momen ini berlalu tanpa dampak konkret. Ia menyebut kehadiran UKAW sebagai “pelayanan kemanusiaan yang berakar pada ketulusan.”
Sebagai bentuk dukungan nyata, Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah menjanjikan beasiswa bagi 60 siswa asal daerah itu yang telah mendaftar di UKAW. Mulai semester ketiga, mereka akan menerima bantuan biaya kuliah dari pemda. Tak hanya itu, Bupati berkomitmen menerbitkan Surat Keputusan Tugas Belajar bagi para ASN yang ingin melanjutkan studi di UKAW.
Targetnya, jumlah mahasiswa asal Sumba Tengah di UKAW bisa tembus seribu orang dalam waktu beberapa tahun ke depan. “Kita sedang membangun ekosistem pendidikan tinggi yang berpihak pada rakyat kecil,” ujar Bupati Paulus.
Kerja sama UKAW–Pemkab Sumba Tengah juga menyentuh aspek jangka panjang lainnya. Rektor Godlief menggagas pendirian Sekolah Lab dari jenjang TK hingga SMA, seperti yang tengah mereka kembangkan di Kupang. SMA Kristen Waibakul dirancang menjadi sekolah model penyanggah kampus masa depan.
Ia bahkan mengundang Bupati untuk menghadiri kunjungan ke Venue Bahtera UKAW di Kupang, 4 September mendatang. Venue ini merupakan proyek lintas iman yang dibangun untuk menyambut PON 2028. Fasilitasnya lengkap: 16 ruang multifungsi dan aula utama berkapasitas 3.000 orang.
“UKAW ingin menjadi jembatan. Dari praktik pendidikan ke ruang kebijakan. Dari kampus ke desa-desa,” tutur Godlief.
Di Sumba Tengah, rencana besar itu mulai menampakkan ujungnya. Bukan dalam bentuk bangunan megah atau peresmian, melainkan dalam sinyal Starlink yang sebentar lagi menyala di sekolah-sekolah desa. Dalam semangat anak-anak muda yang mendaftar kuliah di Kupang. Dalam riset-riset kecil tentang stunting dan ketahanan pangan.
Dan, mungkin kelak, dalam ratusan anak Sumba Tengah yang menyebut kampus UKAW sebagai rumah intelektual pertama mereka. Sebab dari ruang sunyi Waibakul, masa depan itu sedang ditulis ulang dengan harapan dan keberanian.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar