WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Sorak-sorai menggema dari Lapangan Pacuan Kuda Rihi Eti, Sumba Timur, Senin (16/6/2025). Di antara 757 ekor kuda yang akan bertarung dalam Palapang Njara Humba Cup I, dua nama mencuri perhatian sejak sebelum peluit pertama ditiup. Ratu Soksi dan Gaspol. Keduanya bukan sekadar kuda pacu. Mereka adalah simbol, dan pemiliknya tak kalah mencolok.
Dr. Umbu Rudi Kabunang, anggota DPR RI dari Fraksi Golkar, berdiri tenang di tepi lintasan. Politisi muda asal Sumba itu mengenakan baju putih, berkacamata dan sepatu bot penuh debu. Bukan sekadar bergaya. Ia datang bukan hanya sebagai tamu kehormatan, melainkan sebagai peserta, penunggang semangat warisan budaya dan diplomasi olahraga.
“Ini bukan sekadar balapan kuda. Ini ajang mempertahankan budaya pacuan di Sumba, dan peluang membawa Sumba ke gelanggang nasional,” ujarnya kepada SelatanIndonesia.com, sambil menepuk leher Ratu Soksi, yang meringkik pelan. Ratu Soksi, betina muda berwarna cokelat keemasan, bertarung di kelas pemula 1. Sementara Gaspol, kuda betina unggulan dari kelas A 1 yang masih menunggu jadwal pacu. Gaspol sedang menyasar podium kehormatan.
Warisan yang Melaju Kencang
Pacuan kuda di Sumba bukan sekadar hiburan rakyat. Ia adalah ritual identitas, adu gengsi kampung, dan pesta rakyat yang melintasi waktu. Palapang Njara, istilah lokal untuk pacuan kuda merupakan tradisi kuno yang diwariskan para leluhur dari dataran sabana hingga ke kota. Kini, di bawah terik matahari musim kemarau, warisan itu dirayakan kembali melalui Palapang Njara Humba Cup I yang digelar selama 8 hari, dari 16 hingga 24 Juni 2025.
Dari 757 kuda yang berlaga, panitia membaginya ke dalam tiga kategori: pemula, remaja, dan dewasa. Masing-masing kategori punya belasan kelas tersendiri, dari mini, super, hingga kelas A dan AA. Namun di antara angka-angka itu, perhatian publik justru tersedot pada dua nama yaitu Ratu Soksi dan Gaspol.
“Kuda itu sudah seperti bagian dari keluarga,” ujar Umbu Rudi. “Saya rawat seperti merawat mimpi saya, agar saat PON 2028 nanti, pacuan kuda menjadi cabang olahraga yang dilombakan di Sumba.”
Langkah Politik dari Tanah Sumba
Tak main-main, Umbu Rudi telah menemui Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo. Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan usulan agar cabang olahraga pacuan kuda bisa dipertandingkan resmi dalam PON 2028, di mana Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat menjadi tuan rumah bersama.
“Menpora merespons positif. Tim pemantau akan dikirim ke Sumba untuk mengecek infrastruktur dan kelayakan arena pacuan,” kata dia. Ia menyebut, Sumba Timur dan Sumba Barat sebagai dua lokasi ideal penyelenggaraan. “Karena di sini, kuda bukan hanya olahraga, tapi jiwa dan warisan.”
Langkah Umbu Rudi tak lepas dari strateginya memadukan jalur aspirasi konstitusional di Senayan dengan diplomasi budaya lokal. Sebagai politisi yang tumbuh dari medan sosial Sumba dan kini melanglang di politik nasional, ia paham betul pentingnya menjembatani identitas lokal dan platform kebijakan pusat.
Kehadirannya di arena pacu bukan seremoni biasa, tapi bagian dari kampanye kultural untuk menaikkan derajat olahraga rakyat Sumba. “Saya ingin kita punya ‘kuda nasional’, bukan hanya bulu tangkis dan sepak bola,” tegasnya.
Ajang dan Asa yang Tak Disponsori Negara
Berbeda dengan banyak kegiatan seremonial daerah yang mengandalkan APBD, Palapang Njara Humba Cup I berjalan tanpa satu sen pun dari pemerintah daerah. Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, mengakui bahwa regulasi efisiensi anggaran membuat Pemkab tak dapat mendanai ajang tersebut. Seluruh biaya didukung sponsor, komunitas pencinta kuda, dan inisiatif masyarakat.
Namun bukan berarti tak ada dukungan moril. Umbu Lili dan Wakil Bupati Yonathan Hani hadir membuka acara, menyebut bahwa pacuan kuda adalah “jantung budaya Sumba”. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi semangat panitia dan para sponsor. “Kita bukan hanya menonton kuda berpacu, tapi menyaksikan sejarah hidup yang terus berdenyut,” katanya.
Ratu Soksi di Tengah Arena
Hari pertama pembukaan, Ratu Soksi tampil di tengah hujan teriakan para pendukung. Dengan langkah lincah dan kepala tegak, ia melesat di kelas Pemula 1. Kendati menempati posisi ke 2, Ratu Soksi menunjukkan kecepatan eksplosif yang membuat penonton bergidik. “Mentalnya sudah seperti kuda balap internasional,” bisik seorang pengamat pacuan dari Pordasi NTT.
Belum jelas siapa yang akan keluar sebagai juara hingga 24 Juni nanti. Tapi yang pasti, nama Umbu Rudi, Ratu Soksi, dan Gaspol sudah melaju lebih cepat daripada trofi itu sendiri.
Mereka sedang berpacu bukan hanya untuk menang, tetapi untuk menyalakan kembali obor identitas dan membuka pintu panggung nasional bagi olahraga Sumba.*/TimMediaHumba/Laurens Leba Tukan
Catatan Redaksi:
Palapang Njara Humba Cup I tak hanya mencatat jumlah peserta terbanyak dalam sejarah pacuan kuda Sumba, tapi juga menjadi titik tolak diplomasi budaya ke level nasional, ketika suara rakyat, langkah kuda, dan visi seorang politisi muda bertemu di garis start yang sama.
Komentar