KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di antara rapat yang berlangsung hingga dini hari itu, nama Rahmat Saleh Boby kembali mengemuka. Kepala Divisi Umum Bank NTT ini tak menyangka perjalanannya selama puluhan tahun di dunia perbankan, berpadu dengan jejak aktivisme di masa muda, kini membawanya ke persimpangan penting, calon Direktur Operasional dan SDM Bank NTT.
Keputusan itu lahir dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) Bank NTT, 14 Mei 2025. Lewat risalah resmi yang diteken notaris Serlina Dewi Darmawan, para pemegang saham sepakat memperluas struktur direksi dari lima menjadi tujuh, dan menambah posisi komisaris dari tiga menjadi lima. Salah satu pos yang jadi sorotan: Direktur Operasional dan SDM. Dua nama diajukan, Yohanis Landu Praing yang kini Plt Dirut, dan Rahmat Saleh Boby.
“Ini bukan pertarungan pribadi, tapi mandat,” ujar Rahmat mantap, Sabtu, (7/6/2025), seperti dikutip Victory News. Baginya, keputusan RUPS adalah bentuk tertinggi dari kehendak kolektif para pemilik modal, dan siapapun yang dipilih harus menjunjung tinggi integritas dan tanggung jawab.
Sebagai mantan aktivis Forum Kota (Forkot) di era reformasi 1998, Rahmat membawa semangat perubahan ke ruang kerja profesional. Ia menyebut pencalonannya sebagai wujud komitmen terhadap penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) sebuah keniscayaan bagi Bank Pembangunan Daerah yang ingin bersaing di ranah nasional.
“Pemegang saham sudah rapat sampai pagi. Ini bukan perkara sepele. Saya menghormati proses itu dan siap menjalani fit and proper test bersama calon lain,” kata Rahmat.
GCG, menurutnya, bukan sekadar jargon. Ia menjelaskan bahwa tata kelola yang baik adalah instrumen untuk meningkatkan nilai dan kontribusi perusahaan secara berkelanjutan. Apalagi, Bank NTT sedang menapaki fase penting menuju transformasi menyeluruh dari manajemen hingga digitalisasi layanan.
Jika proses seleksi berjalan lancar, komposisi direksi yang lengkap diharapkan bisa mempercepat langkah transformasi. “Kekosongan harus segera diisi. Ini penting agar kerja-kerja strategis tidak tertunda,” ujarnya.
Pencalonan Rahmat tak hanya menjadi catatan administratif di lembar risalah notaris. Bagi sebagian koleganya, ini juga soal kontinuitas dan konsistensi. Dari aktivis jalanan di masa reformasi ke ruang rapat direksi bank, Rahmat tampak masih membawa semangat awalnya: bergerak dan berdampak.*/ab/llt
Komentar