KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sirene meraung, balon warna-warni lepas ke udara, dan sorak riuh ribuan pelajar membelah langit Stadion Oepoi. Dari panggung utama, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan pesan sederhana namun menentukan: prestasi olahraga lahir dari pembinaan sejak dini, bukan datang tiba-tiba.
“Melalui ajang seperti POPDA inilah kita bisa menemukan atlet yang dipersiapkan untuk PON ataupun even internasional. Ingat, dalam PON 2024 di Aceh dan Sumut, NTT membawa pulang 7 emas, 13 perak, dan 16 perunggu. Itu buah dari pembinaan sejak awal,” kata Gubernur Melki dalam sambutannya.
Ia mengingatkan, olahraga bukan hanya soal medali. Dari arena ini, pelajar belajar disiplin, kejujuran, keterbukaan, juga kelapangan dada menerima hasil pertandingan. “Bertandinglah dengan fokus, raih prestasi setinggi mungkin, tapi jangan lupakan persaudaraan dan persatuan,” pesannya.
POPDA VII tahun ini diikuti 1.440 peserta dari 19 kontingen, terdiri atas 1.086 atlet, 229 pelatih, dan 125 manajer. Mereka akan berlaga di tujuh cabang olahraga: shorinji kempo, pencak silat, tinju, taekwondo, karate, wushu, dan atletik.
Plt. Kadispora NTT Alfonsius Theodorus menyebut POPDA bukan hanya panggung kompetisi pelajar, melainkan bagian dari sinergi “Ayo Bangun NTT” menuju even yang lebih besar. “Ini adalah pijakan menuju PON XXII tahun 2028 di NTT dan NTB,” ujarnya.
Acara pembukaan ditandai dengan penekanan sirene, pelepasan balon, serta penyerahan simbolis Kartu BPJS kepada atlet. Suasana penuh gegap gempita, tetapi di balik itu ada tekad serius: menyiapkan generasi baru atlet NTT.
“Bagi yang menang, rayakan dengan rendah hati. Bagi yang kalah, teruslah berlatih,” ujar Gubernur menutup pidato. Sebuah pesan yang bukan hanya untuk para atlet di lapangan, melainkan juga bagi seluruh NTT yang sedang berlari menuju panggung olahraga nasional dan dunia.*/Meldo/Milka/Laurens Leba Tukan
Komentar