GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Pendidikan
Beranda / Pendidikan / Petaka MBG di Dekat Kantor Wali Kota

Petaka MBG di Dekat Kantor Wali Kota

Salalh satu orang tua berbaju Prabowo-Gibran sedang menungu anaknya Siswi SMP Negeri 8 Kota Kupang yang dirawat di Rumah Sakit Mamami, Kota Kupang, Selasa (22/7/2025). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

Hampir dua ratus siswa SMP Negeri 8 Kupang dilarikan ke rumah sakit setelah menyantap makan siang gratis. Program unggulan Presiden Prabowo ini kini digugat warga dan diselidiki petugas.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Jeritan seorang ibu memecah kesunyian lorong Instalasi Gawat Darurat RSUD S.K. Lerik, Kota Kupang,  Selasa (22/7/2025) pagi itu. “Anak beta muntah-muntah dari subuh,” kata Yoldi Gasperz, warga Kelapa Lima, sambil menggenggam tangan anaknya, Daniel, siswa kelas 7A SMP Negeri 8 Kupang. Di ranjang besi tertutup kain putih itu, Daniel berbaring lemas dengan selang infus menancap di tangan.

Sejak malam sebelumnya, Daniel mengeluh sakit perut, muntah, dan diare. Gejalanya sama dengan hampir 200 teman sekolahnya. Total ada lebih dari hampir 200 siswa dari sekolah yang terletak persis di samping Kantor Wali Kota Kupang itu, yang dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami gejala serupa: pusing, mual, muntah, dan diare hebat.

“Sebelum sakit, anak-anak makan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Nasinya bau asam, tahu dan dagingnya seperti sudah tidak segar,” ujar Yoldi. Ia berharap pemerintah tidak menutup mata atas kasus ini. “Jangan sampai vendor cuma pikir untung, tapi abaikan kesehatan anak-anak.”

MBG merupakan salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto yang digelar serentak di seluruh Indonesia. Di Kota Kupang, program ini telah berjalan sejak awal tahun ajaran baru. Setiap hari, para siswa di sekolah-sekolah terpilih mendapat makanan bergizi secara gratis, dimasak dan dikirim oleh penyedia jasa makanan lokal yang ditunjuk pemerintah.

Empat Legislator NTT Bawa Suara ke Mabes Polri, Demi Keadilan untuk Kompol Cosmas

Namun, Selasa itu, program MBG menjadi bumerang. Di RSUD S.K. Lerik, ruang IGD penuh oleh siswa berseragam yang terbaring lemas. Sebagian orang tua terlihat panik, mondar-mandir mencari informasi. Sebagian lainnya mengusap air mata, memandangi anak-anak mereka yang ditangani dokter.

Salh satu dokter di RSUD S.K. Lerik, mengatakan, seluruh pasien ditangani secara intensif. “Gejala umumnya mengarah pada keracunan makanan, tapi penyebab pastinya belum bisa kami simpulkan,” katanya singkat.

Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, langsung datang ke rumah sakit begitu menerima laporan. Ia berkeliling ruang IGD dan berdialog dengan para siswa. “Kita belum bisa simpulkan itu keracunan MBG. Kami akan dalami dulu, teliti sampel makanan dan kronologinya,” kata Christian. Ia menekankan pentingnya penanganan cepat dan makanan lunak untuk pasien. “Yang jelas, anak-anak kita harus tertangani baik lebih dulu.”

Menurut data sementara dari Pemerintah Kota Kupang, hampir 200 – an siswa dari SMP Negeri 8 tersebar dalam penanganan medis di RSUD S.K. Lerik, RS Siloam, RS Kartini, dan RS Mamami. Jumlah itu kemungkinan bisa bertambah jika laporan dari orang tua terus berdatangan.

Salah satu siswa kelas 9, Gita Melita Rince Nia, mengaku mulai merasa tidak enak badan beberapa jam setelah menyantap makan siang dari MBG. “Sayurnya rasa asam, dagingnya keras, dan tahu satu potong,” kata Gita yang sejak malam hingga pagi mengalami diare terus-menerus.

Bupati Anton Doni Dorong Koperasi Merah Putih Flotim Menuju Digitalisasi

Sejumlah guru SMP Negeri 8 Kupang belum memberikan keterangan resmi, namun tampak mendampingi siswa di rumah sakit sejak pagi. Petugas dari Dinas Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kupang juga mulai melakukan penyelidikan, termasuk mengambil sampel makanan sisa.

Kejadian ini memicu kecemasan di kalangan orang tua. “Kami dukung program makan gratis, tapi harus ada pengawasan ketat. Jangan sampai niat baik berubah jadi bencana,” ujar seorang ibu yang enggan disebut namanya.

Sementara itu, vendor penyedia makanan MBG untuk SMP Negeri 8 belum bersuara. Pihak Dinas Pendidikan Kota Kupang juga belum mengonfirmasi vendor mana yang bertanggung jawab dalam pengiriman makanan pada hari naas itu.

Program MBG adalah kebijakan nasional yang bertujuan mengatasi stunting dan gizi buruk. Tapi seperti banyak program masif lainnya, pelaksanaan di lapangan seringkali terganjal kontrol mutu yang longgar. Kasus di Kupang bisa jadi alarm awal bahwa niat baik perlu diawasi ketat.

Untuk Daniel dan puluhan anak lainnya, MBG telah jadi petaka. Bukan tambahan gizi yang mereka terima, tapi luka yang menyisakan trauma. “Sekarang anak beta takut makan di sekolah,” ujar Yoldi lirih. “Padahal harusnya dia bisa semangat belajar dengan perut kenyang.”*/Laurens Leba Tukan

Saat Palu Berdentum di Waibakul: Pertukangan Jadi Jalan Sejahtera

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement