GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Berita Hari Ini NTT Daerah Eksbis Kesehatan Nusantara Pendidikan Politik
Beranda / Politik / Perang Melawan Kanker Serviks dari Ujung Nusa

Perang Melawan Kanker Serviks dari Ujung Nusa

Bupati TTU, Yosep Falentinus Delasalle Kebo an jajaran Pemerintah Kabupaten TTU bersama Biofarma dan PT CML Metro Medika menggelar Sosialisasi dengan tajuk "Road to Zero HPV: Langkah Berkelanjutan dalam Pencegahan Kanker Leher Rahim untuk Perempuan Indonesia” di Ruang Aula La’at Manekan, di Kelurahan Tubuhue, Kefamenanu, Kabupaten TTU, Rabu (11/6/2025) Foto: Dok.Biofarma

Di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, vaksinasi HPV dan edukasi kanker serviks menjadi senjata baru untuk menyelamatkan perempuan NTT dari ancaman kematian yang bisa dicegah.

KEFAMENANU,SELATANINDONESIA.COM – Ruang Aula La’at Manekan, di Kelurahan Tubuhue, Kefamenanu, Rabu (11/6/2025) pagi itu terasa tak biasa. Kursi-kursi tertata rapi, spanduk besar terpampang di depan panggung dengan tulisan: “Road to Zero HPV: Langkah Berkelanjutan dalam Pencegahan Kanker Leher Rahim untuk Perempuan Indonesia”.

Para kepala puskesmas, camat, pengurus PKK, hingga para pejabat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sudah hadir lebih awal. Sebagian terlihat mencatat dengan serius saat para narasumber berbicara. Di tempat inilah, Pemerintah Kabupaten TTU bersama Biofarma dan PT CML Metro Medika memulai langkah kecil melawan salah satu penyakit paling mematikan bagi perempuan: kanker leher rahim.

Bupati TTU, Yosep Falentinus Delasalle Kebo, membuka seminar sehari itu dengan pidato yang penuh nada peringatan. “Kesehatan adalah fondasi utama pembangunan manusia. Namun, masih banyak dari kita yang belum sadar pentingnya deteksi dini dan pencegahan,” ujarnya.

Bupati Falentinus merujuk pada data Kementerian Kesehatan yang menempatkan kanker serviks dan payudara sebagai penyebab kematian tertinggi pada perempuan Indonesia. Padahal, lanjutnya, kedua jenis kanker ini bisa dicegah asal tahu caranya dan peduli sejak awal.

Seribu Hari Pertama, Seribu Harapan Baru: Kolaborasi NTT dan BKKBN Lawan Stunting

Sebagai satu dari kabupaten tertinggal di wilayah perbatasan Nusa Tenggara Timur, TTU menghadapi tantangan besar dalam pelayanan kesehatan preventif. Minimnya tenaga medis, akses kesehatan yang sulit, hingga rendahnya kesadaran masyarakat menjadi penghalang utama. Karena itu, seminar ini bukan sekadar acara seremonial. Ia adalah panggilan darurat untuk menyelamatkan nyawa.

Virus Senyap, Ancaman Nyata

Human Papillomavirus (HPV), virus yang menjadi biang utama kanker serviks, memang tak terlihat. Tapi dampaknya mematikan. Chatarina Setiawati Sigit, pendiri PT CML Metro Medika, menjelaskan dengan lugas, “HPV sangat umum, sangat menular, dan diam-diam menghancurkan. Pencegahan adalah satu-satunya cara pasti.” Perusahaannya selama ini bergerak di bidang pendistribusian vaksin dan edukasi masyarakat.

Menurut Chatarina, vaksin HPV dapat menurunkan risiko kanker serviks hingga 90 persen. “Apalagi sekarang, pemerintah sudah menyediakan vaksin gratis. Ini peluang emas,” ujarnya. Ia menyebutkan, vaksinasi di sekolah dasar sudah dimulai melalui program nasional. Namun, untuk menjangkau perempuan di luar kelompok itu, perlu komitmen pemerintah daerah.

Fery Arie Nugroho, Regional Manager Biofarma untuk wilayah Jatim-Bali-NTB-NTT, membenarkan hal ini. Ia baru saja memimpin seminar serupa di Pulau Flores. “Kuncinya edukasi, lalu vaksinasi massal. Kami siap dukung, tapi semua tergantung seberapa aktif dinas kesehatan menindaklanjuti.”

Sentuhan Kecil, Arti Besar: Wagub Johni Asadoma Serahkan Paket Sembako Bersubsidi di Sabu Raijua

Membangun Kesadaran Kolektif

Pemerintah daerah, lewat Dinas Kesehatan, diminta memperluas cakupan vaksinasi HPV di luar program pusat. Bupati Falentinus menyatakan kesiapannya. Ia mengajak semua elemen, dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, hingga organisasi perempuan, untuk menjadi agen perubahan. “Jangan biarkan kurangnya informasi membuat rakyat kita terlambat berobat,” serunya.

Tak hanya kanker serviks, seminar ini juga menyoroti pentingnya deteksi kanker payudara lewat metode Sadari (periksa payudara sendiri) dan mamografi. Ancaman influenza juga disinggung, khususnya bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak. “Penyakit yang kita anggap ringan, bisa jadi fatal jika dibiarkan,” kata Falentinus.

Ny. Andina Winantuningtyas, Ketua PKK TTU, menilai keterlibatan perempuan sebagai garda depan perubahan sangat penting. “Kami di PKK akan bergerak bersama para ibu, dari desa sampai kota. Pencegahan itu dimulai dari rumah,” ucapnya.

Dari Seminar Menuju Aksi Nyata

Melki Laka Lena dan Gong Transparansi Pendanaan Pendidikan NTT

Meski digelar sehari, seminar ini menjadi batu loncatan penting untuk membangun budaya deteksi dini di Kabupaten TTU. Pemerintah pusat menargetkan eliminasi kanker serviks pada 2030. Agar target ini tercapai, wilayah-wilayah terluar seperti TTU tak boleh tertinggal.

Kepala Dinas Kesehatan TTU menyatakan telah menyusun rencana tindak lanjut. Beberapa puskesmas ditargetkan memulai pemeriksaan IVA secara rutin. Selain itu, mereka tengah menyusun usulan pengadaan vaksin tambahan lewat APBD.

Sebagai provinsi dengan angka kemiskinan dan stunting tinggi, NTT selama ini dikenal sebagai wilayah dengan beban ganda kesehatan. Namun gerakan kecil seperti ini menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah yang paling sederhana: edukasi dan vaksinasi. Dan di Kefamenanu, langkah itu telah dimulai.*/onr/laurens leba tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement