GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Sumba Tengah
Beranda / Berita Hari Ini NTT / Sumba Tengah / Paulus Limu dari Waibakul: Menyalakan Api Perubahan dari Barisan ASN

Paulus Limu dari Waibakul: Menyalakan Api Perubahan dari Barisan ASN

Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu ketika memberikan arahan bagi ASN saat Upacara di Halaman Kantor Bupati Sumba Tengah, Senin (7/7/2025). Foto: ProkopimSTeng

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di bawah sinar matahari awal Juli yang menghangatkan Lapangan Upacara Kantor Bupati Sumba Tengah, Drs. Paulus S. K. Limu berdiri gagah memimpin apel kekuatan. Tapi pagi itu bukan sekadar rutinitas administratif. Dari podium kecilnya, Bupati Paulus menyalakan sesuatu yang lebih besar: api perubahan.

“Hidup ini adalah tantangan, dan dalam tantangan itu tersimpan harapan besar,” kutipnya dari John F. Kennedy, membuka arahannya dengan pesan universal yang menggugah. Tapi tak berhenti di sana, Paulus Limu menyelami makna lokal dari kutipan itu, mendorong para ASN dan tenaga kontrak di jajarannya untuk menjadi agen perubahan, bukan hanya pelengkap birokrasi.

“Mari tinggalkan ego, kesombongan, dan kemalasan. Kita ini pelayan publik. Kemenangan besar untuk rakyat hanya bisa diraih jika kita menang atas diri sendiri,” tegasnya, diikuti anggukan pelan dari barisan ASN yang memadati lapangan.

Suasana apel yang formal berubah menjadi ruang kontemplasi. Terutama saat Bupati Paulus menyampaikan apresiasinya kepada para ASN dan tenaga kontrak yang tetap bekerja tanpa bayaran. Mereka, menurutnya, adalah bukti bahwa kerja tulus masih hidup di jantung Waibakul.

Di tengah krisis gizi yang masih membayangi wilayahnya, Paulus Limu menyoroti program bela rasa—gerakan solidaritas lintas perangkat daerah untuk memberi makan tambahan bagi bayi 2T, anak underweight, dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronik (KEK).

Axel Habert dari Prancis Menang Tipis di Garis Finis, Gubernur Melki Ucapkan Proficiat

“Sedikit orang yang bermimpi besar dan bertindak besar. Tapi kita semua bisa memulai dari tindakan kecil yang dilakukan dengan cinta besar,” ucapnya lirih namun tegas.

Ia meminta agar intervensi gizi tidak bersifat seremonial, melainkan dilakukan konsisten selama 30 hari penuh, tanpa henti. Bahkan lebih jauh, ia menyerukan keterlibatan para guru SD dan SMP dalam memperluas jangkauan gerakan sosial ini.

Apel itu berakhir seperti dimulainya: hening namun penuh pesan. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada kemeriahan. Yang ada adalah tekad sunyi namun menyala, bahwa dari tanah tandus Sumba Tengah, sebuah pemerintahan yang melayani dengan hati sedang coba ditumbuhkan.

“Jadilah pelayan yang melayani, bahkan dalam hal-hal terkecil. Sebab dari yang kecil, perubahan besar dimulai,” tutup Paulus Limu.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan

Helikopter untuk Nagekeo: Melki Laka Lena Bergerak Cepat Hadapi Banjir Bandang

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement