WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Pagi itu, langit Waibakul memantulkan warna-warna lembut saat barisan ASN dan tenaga kontrak berdiri rapi di Lapangan Upacara Kantor Bupati Sumba Tengah, Selasa (30/7/2025). Suasana tampak seperti apel rutin. Tapi di tengah-tengah prosesi yang biasa itu, Bupati Drs. Paulus S. K. Limu menyelipkan sesuatu yang tak biasa: lima kata kunci yang menurutnya wajib dipegang oleh setiap pelayan publik.
“Kesadaran, Keyakinan, Keteguhan, Kepekaan, dan Kemauan,” ujar Bupati Paulus dengan nada lantang namun bersahaja. Lima kata yang disebutnya sebagai “mantra pelayanan”, yang mesti hidup dalam diri setiap aparatur sipil negara dan tenaga kontrak di lingkup pemerintahannya.
Bagi Bupati Paulus, pelayanan publik bukan soal rutinitas administratif semata. Ia bicara soal sikap batin. “Kita harus sadar akan tanggung jawab, yakin dengan peran kita, teguh dalam prinsip, peka terhadap kebutuhan masyarakat, dan memiliki kemauan kuat untuk bekerja dan melayani,” katanya sambil menatap barisan para peserta apel.
Pesan itu tak datang tiba-tiba. Dalam beberapa bulan terakhir, Bupati Paulus dikenal gencar membangun budaya kerja yang berakar pada nilai-nilai integritas. Ia menginginkan birokrasi yang bukan hanya cepat, tapi juga beretika.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan kritik halus kepada budaya digital yang kian meluas namun sering kali menyita kesadaran rohani. “Bangun pagi jangan langsung buka HP. Mulailah dengan berdoa, bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup dan melayani,” katanya, membuat sebagian peserta apel menundukkan kepala, entah merenung atau malu sendiri.
Apel kerja tersebut dihadiri lengkap oleh jajaran pemerintah daerah: Wakil Bupati Martinus Umbu Djoka, Sekretaris Daerah, para Staf Ahli, Asisten, hingga seluruh pimpinan perangkat daerah dan tenaga kontrak daerah. Bagi Bupati Paulus Limu, momen seperti ini bukan sekadar seremoni, tapi ruang pendidikan etika kolektif.
Di bawah sinar pagi yang hangat, pidato Buapti Paulus terasa seperti refleksi kecil tentang makna menjadi aparatur negara. Di kabupaten muda seperti Sumba Tengah, arah pembangunan bukan semata soal infrastruktur, tetapi juga soal karakter manusia yang mengelolanya.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar