WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM–Ruang rapat Bupati Sumba Tengah pada Selasa pagi (22/7/2025), terasa lebih dari sekadar tempat kerja birokrasi. Di balik dindingnya yang kokoh, sebuah gagasan besar tengah digodok: membentuk generasi baru Sumba Tengah lewat pendidikan unggulan berbasis asrama.
Dipimpin langsung oleh Bupati Drs. Paulus S. K. Limu dan Wakil Bupati M. Umbu Djoka, audiensi bersama Yayasan Persekolahan Masehi di Sumba (YAPMAS) menjadi panggung awal rencana ambisius itu: membangun sekolah transformasi unggulan berbasis asrama dengan SMA Kristen Waibakul sebagai episentrum.
“Pendidikan adalah ekosistem,” tegas Ketua YAPMAS, membuka visi mereka. Dari TK hingga SMA, lanjutnya, sistem pendidikan harus saling menopang dengan satu pondasi utama: karakter. Karena itulah, selain membangun gedung dan asrama, YAPMAS menaruh perhatian serius pada penguatan kualitas guru dan penerapan Kurikulum Merdeka.
Proyek ini akan digarap dalam empat tahap selama empat tahun: perencanaan, pembangunan, operasionalisasi, dan stabilisasi. Target akhirnya bukan hanya berdirinya satu sekolah unggulan, melainkan juga replikasi model ke sekolah lain di Sumba Tengah.
Pemerintah daerah tak tinggal diam. Bupati Paulus S. K. Limu langsung menyambut inisiatif ini sebagai langkah strategis menyiapkan SDM unggul dan berkarakter. “Investasi yang paling mulia adalah pengembangan sumber daya manusia,” ujarnya dalam forum yang turut dihadiri Sekda, Kepala Bappelitbangda, Kepala Dinas PPO, dan sejumlah pejabat daerah lainnya.
Ia mengungkap, selama ini Pemkab Sumba Tengah mengandalkan program ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) untuk mengirim anak-anak daerah ke sekolah unggulan di luar daerah. Tahun ini, 20 lulusan SMP dikirim ke Kota Kupang. Tapi itu belum cukup.
“Sudah waktunya Sumba Tengah punya sekolah unggulan sendiri. Kita siapkan dari sekarang, agar anak-anak kita bisa bersaing di tingkat nasional, bahkan global,” ujar Paulus sambil menambahkan pentingnya kajian dan analisis mendalam, termasuk penyiapan sekolah-sekolah penyangga.
Di ujung rapat, suara yang mengemuka bukan lagi sekadar administratif. Tapi sebuah tekad bersama. Bahwa dari Waibakul, sebuah peradaban baru tengah dirancang dimulai dari ruang belajar, tempat tidur asrama, hingga ruang dalam diri para murid.
Jika rencana ini berhasil, bukan tak mungkin, kelak seorang menteri, rektor, atau pemimpin nasional akan menyebut Waibakul sebagai tanah asalnya bukan hanya karena ia dilahirkan di sini, tapi karena di sinilah ia dibentuk.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar