Dari ruang kerja Gubernur, percakapan tentang pajak, KUR, dan cita-cita menjadikan bank sebagai katalis ekonomi rakyat NTT.
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pagi baru saja menanjak ketika Leonardo Guntur H. Silitonga duduk berhadapan dengan Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena. Senin (7/7/2025) ruang kerja di Gedung Sasando itu bukan hanya tempat kerja birokrasi, tapi juga tempat lahirnya sejumlah gagasan besar sejak Melki Laka Lena dilantik sebagai gubernur. Kali ini, ide besar itu datang dalam bentuk tawaran kemitraan strategis dari salah satu bank pelat merah: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Leonardo, Area Head Bank Mandiri untuk wilayah NTT, datang tak sendiri. Ia didampingi dua pejabat kunci: Rr. Dewi Natalia Kartanegara, Government Business Officer, dan I Made Runarta, Area Transaction and Funding Manager. Agenda mereka sederhana tapi strategis: menjajaki kerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT. Namun, seperti halnya banyak hal di NTT di bawah kepemimpinan Melki, percakapan sederhana itu berubah menjadi pembicaraan tentang arsitektur ekonomi baru.
Bank Mandiri menawarkan sejumlah layanan: sistem pembayaran pajak daerah yang lebih efisien, penyaluran kredit untuk ASN, hingga memperluas akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pelaku usaha di desa-desa. “Kami melihat ada peluang besar mendukung program prioritas Gubernur,” kata Leonardo.
Gubernur Melki merespons dengan tangan terbuka dan kepala penuh rencana. Ia memandang kolaborasi ini bukan sekadar kerja sama teknis, melainkan peluang membangun ekosistem fiskal dan keuangan yang berpihak pada rakyat. “Kami ingin Bank Mandiri jadi mitra strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi NTT yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Selama ini, kata Gubernur Melki, masih banyak potensi penerimaan daerah yang belum tergarap optimal. Digitalisasi sistem pembayaran pajak melalui mitra bank bisa menjadi solusi. Di sisi lain, akses terhadap pembiayaan usaha rakyat, terutama melalui skema KUR, masih menghadapi tantangan distribusi dan literasi keuangan. Mandiri bisa ambil peran di situ.
Pertemuan itu berlangsung singkat, tapi cukup untuk mengantar percakapan menuju arah yang lebih besar. Dari balik meja kerja Gubernur, lahir cita-cita memperkuat ekonomi lokal lewat tangan negara: perbankan yang tak sekadar mencari untung, tapi juga mengalirkan modal ke petani kopi, peternak sapi, dan nelayan rumput laut di Pulau Semau, Alor, hingga Rote.
Pertemuan ini bisa jadi awal dari babak baru relasi fiskal NTT. Di tangan Melki dan dukungan institusi seperti Bank Mandiri, pemerintah daerah tak hanya mengurus administrasi, tapi mulai mengatur irama ekonomi—dari ruang kerja, menuju warung kopi, pasar tradisional, dan mesin-mesin UMKM yang sedang bertumbuh.*/Agustin Luju/Laurens Leba Tukan
Komentar