Turnamen Sepak Bola Lazarus Laiskodat Memorial Cup 2025, Kembali Bergulir. Setelah sukses di tahun pertama, Turnamen ini berhasil meadukan Sepak Bola, Ekonomi, dan Mimpi Besar Pulau Semau
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pulau Semau bersiap menggeliat. Di tengah laut biru dan hamparan pasir putihnya, suara riuh suporter, dentuman musik, dan aroma jagung bakar akan berpadu mulai 12 Oktober hingga 1 November 2025. Bukan sekadar turnamen bola, Lazarus Laiskodat Memorial Cup (LLMC) edisi kedua bakal menjadi perayaan besar yang menggabungkan sportivitas, seni, dan ekonomi lokal.
Viktor Bungtilu Laiskodat, Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI sekaligus putra asli Semau kembali membawa event ini dengan skala lebih besar. Hadiah total Rp 1 miliar siap diperebutkan, lengkap dengan piala bergilir, door prize, dan suguhan hiburan musik dari band nasional hingga talenta NTT. “Kami ingin LLMC menjadi magnet ekonomi, budaya, dan pariwisata,” kata Bobby Damanik, Ketua Panitia, kepada wartawan di Kupang, Senin (11/8/2025).
Seperti tahun lalu, LLMC tak hanya soal bola. Lapangan menjadi panggung multi-event: lomba voli, futsal, tarian Lingai antar-desa, pameran UMKM, dan pentas seni budaya. Bedanya, tahun ini lokasi berpindah ke area samping Kantor Camat Semau Utara, lahan yang kelak menjadi cikal bakal kawasan olahraga terpadu. Rencananya, usai turnamen, Viktor Bungtilu Laiskodat akan membangun stadion sepak bola dan gedung olahraga besar di Pulau Semau, ditargetkan diresmikan Menpora tahun depan.
“Harapannya stadion ini bukan hanya megah, tapi menjadi denyut baru perekonomian. Event lokal hingga nasional bisa kita bawa ke sini,” ujar Bobby.
Di balik sorak-sorai penonton, LLMC memikul visi lebih besar: mengangkat citra Pulau Semau sebagai destinasi wisata dan pusat kegiatan olahraga NTT. Potensi ini, kata Bobby, sudah lama dilihat Viktor Laiskodat. “Beliau serius memberi ruang bagi pelaku UMKM agar bisa dikenal luas. Event besar seperti ini adalah etalase potensi Semau.”
Gelaran pertama tahun 2024 menjadi bukti: hotel-hotel di Kupang penuh, kapal penyeberangan ke Semau padat, penjual makanan dan pengrajin suvenir meraup keuntungan. Tahun ini, penyelenggara berharap efeknya lebih besar lagi.
Oktober nanti, saat matahari sore Pulau Semau meredup dan suara peluit wasit membelah udara, bukan hanya skor pertandingan yang dipertaruhkan. Di lapangan hijau itu, ada mimpi bersama: melihat Pulau Semau melesat di peta olahraga dan pariwisata nasional.*/Laurens Leba Tukan



Komentar