Dari Tender ke Aksi Kemanusiaan: Cara Sumba Tengah Menyatukan Proyek dan Cinta Kasih
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Aula Setda Kabupaten Sumba Tengah, Rabu (16/7/2025) siang itu, tampak lebih padat dari biasanya. Kursi-kursi disusun rapi, para kepala dinas duduk bersisian dengan para penyedia barang dan jasa. Tak ada formalitas berlebih, tapi suasananya penuh perhatian. Bupati Sumba Tengah, Drs. Paulus S. K. Limu, duduk di depan didampingi Wakil Bupati Martinus Umbu Djoka, dengan nada suara tegas dan jernih.
“Besar kecilnya pekerjaan yang kita dapat, syukuri sebagai berkat. Tapi ingat, pekerjaan publik bukan sekadar cari untung,” kata Paulus. Ia menatap satu per satu hadirin, lalu menambahkan, “Kalau ada yang masih coba main harga, siap-siap berhadapan dengan kami.”
Di sampingnya, Wakil Bupati M. Umbu Djoko, S.Hut., M.Si., mengangguk setuju. Siang itu, duet pemimpin Sumba Tengah ini tidak hanya bicara soal kualitas proyek dan pengadaan, tapi juga menyelipkan nada-nada nurani dalam dunia birokrasi yang kerap kering oleh formalitas.
Bupati menekankan bahwa pekerjaan pemerintah harus bebas dari indikasi korupsi dan dikerjakan dengan integritas. Penyedia barang dan jasa diminta bekerja profesional, menggunakan tenaga ahli, mencatat dan mendokumentasikan progres, serta melaporkannya secara berkala. “Pengawas teknis OPD harus turun langsung. Jangan ada proyek yang jalan sendiri tanpa kontrol,” ujarnya.
Namun yang membuat pengarahan ini berbeda bukan cuma soal tata kelola proyek. Di tengah pengarahan teknis, Bupati mengubah arah pembicaraan. Ia mengajak semua penyedia jasa untuk ikut serta dalam aksi bela rasa kemanusiaan bagi bayi 2T (berat dan tinggi badan sangat kurang), bayi underweight, serta ibu hamil dengan kondisi KEK (Kekurangan Energi Kronis).
“Saya minta, mari kita bergerak bersama. Jangan tunggu instruksi. Ini soal cinta dan kepedulian,” ujarnya, kali ini dengan nada yang lebih pelan. “Bila kita punya lebih, berikan bahan makanan untuk saudara-saudara kita yang sedang berjuang hidup.”
Aksi ini, menurut Bupati Paulus, akan difokuskan ke desa-desa berdasarkan data yang telah dihimpun oleh Dinas Kesehatan. Bantuan akan disalurkan dalam bentuk makanan tambahan bergizi. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, serta Kabag Administrasi Pembangunan pun tampak mencatat dan bersiap menjalankan arahan.
Respons dari para penyedia barang dan jasa pun tak bertele-tele. Beberapa menyatakan langsung kesediaannya untuk mendukung gerakan ini. Bupati Paulus menyambut baik inisiatif tersebut, seraya menegaskan bahwa etos kerja dan empati sosial adalah dua hal yang harus berjalan seiring.
“Jangan hanya andalkan kontrak dan angka-angka. Kita butuh orang-orang yang kerja pakai hati,” tutup Paulus, disambut tepuk tangan pelan dari peserta pengarahan.
Dalam wajah birokrasi yang kerap dingin dan prosedural, Sumba Tengah mencoba menanamkan benih empati. Dari pengadaan barang hingga pemberian makanan bergizi—pemerintah daerah ini ingin membuktikan bahwa pelayanan publik tak harus kehilangan nurani.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar