Tarik Tambang Golkar, Tarik Mimpi Kemerdekaan NTT
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sore itu, Sabtu (16/8/2025), halaman Kantor DPD I Partai Golkar NTT berubah menjadi arena rakyat. Tali tambang tebal terbentang di tengah, tanah berdebu, dan teriakan dukungan membahana. Di salah satu ujung, berdiri tegap Emanuel Melkiades Laka Lena, Gubernur NTT sekaligus Ketua DPD I Golkar NTT yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar. Jas kebesarannya ditanggalkan, diganti kaos merah yang santai. Ia ikut memegang tambang, beradu tenaga dengan kadernya sendiri.
“Tarik… tarik…!” teriak massa. Sorak-sorai penonton pecah ketika tim Melki berhadapan dengan DPD II Golkar Kabupaten Kupang. Tidak ada jarak antara pejabat dan rakyat. Semua larut dalam peluh dan tawa.
Tak jauh dari arena, Asti Laka Lena, sang istri, berdiri dengan peluit di tangan. Ketua Ikatan Istri Partai Golkar NTT itu bertindak menjadi wasit sekaligus juri lomba. Setiap keputusan Asti disambut riuh tepuk tangan. “Fair play,” ujarnya tersenyum, membuat suasana tambah cair.
Berbagai lomba rakyat digelar: balap karung, oper tepung, hingga tarik tambang. Bukan sekadar hiburan, melainkan ajang menyatukan elit partai dan konstituen dalam semangat kebersamaan. Hadir pula tokoh politik lokal: anggota DPRD NTT Muhammad Ansor, Ketua DPRD Kabupaten Kupang Daniel Taimenes, Frans Sarong, Libby Sinlaelo, hingga Ketua DPD II Golkar Kabupaten Alor, Aksa Yuniiorita Blegur.
Gubernur yang Menanggalkan Jabatan
Dalam sambutannya, Melki bicara dengan nada merendah. “Saya hadir sebagai ketua DPD I Partai Golkar dan Waketum DPP Golkar, bukan sebagai Gubernur NTT,” katanya. Ia mengakui, kesibukan sebagai kepala daerah sering membuatnya jarang menyambangi kantor Golkar. Kalimat itu disambut tepuk tangan hangat, seolah menjadi tanda kerinduan para kader.
Tapi pidato Melki bukan sekadar basa-basi politik. Dengan suara tegas ia menekankan: “Kemerdekaan sejati adalah ketika rakyat NTT merdeka dari stunting, dari kemiskinan, dari kebodohan, dan dari ketidakmampuan. Kita sudah merdeka secara politik, tapi tugas kita adalah membuat rakyat hidup sehat, cerdas, dan sejahtera.”
Pesan itu menancap. Sebab di balik lomba penuh tawa, Melki ingin menunjukkan bahwa Golkar tidak hanya pesta pora dalam seremonial, tetapi hadir sebagai wadah perjuangan sosial.
Politik di Balik Tawa
Bagi Melki, kemenangan atau kekalahan dalam lomba hanyalah detail kecil. “Yang menang tetap semangat, yang kalah jangan putus asa. Pada akhirnya, kita semua adalah pemenang jika bersama-sama menjaga persatuan,” ujarnya.
Kalimat itu terdengar sederhana, tapi sarat pesan politik. Seolah Melki sedang mengirim sinyal bahwa Golkar NTT di bawah kepemimpinannya bukan hanya mesin politik menuju Pemilu, tetapi juga ruang kebersamaan yang merangkul semua.
Simbol Kekeluargaan
Rangkaian lomba ditutup dengan penyerahan hadiah. Wajah-wajah sumringah, gelak tawa anak-anak, hingga peluh yang menetes dari kening peserta menjadi simbol bahwa perayaan kemerdekaan tak hanya mengenang sejarah, tapi juga mengikat tekad melangkah ke depan.
Di panggung sederhana itu, Melki dan Asti bukan hanya pasangan politik, tetapi pasangan hidup yang kompak menjaga ritme partai dan masyarakat. Golkar, lewat acara rakyat ini, seakan menunjukkan wajah barunya: lebih hangat, lebih dekat, lebih membumi.
Emanuel Melkiades Laka Lena, meniti karier politik di partai beringin hingga dipercaya memimpin DPD I Golkar NTT dan kini Wakil Ketua Umum DPP Golkar. Pada 2024, Melki menorehkan sejarah sebagai kader muda dari NTT yang menjabat Gubernur. Citra yang melekat padanya: politisi muda yang piawai merawat jaringan, lihai membangun komunikasi lintas partai, dan selalu membawa isu pembangunan sebagai bahasa politiknya.
Dan, Asti Laka Lena, istrinya, bukan sekadar pendamping. Sebagai Ketua Ikatan Istri Partai Golkar NTT, ia kerap hadir di garis depan kegiatan sosial partai. Karakternya tegas namun hangat. Dalam banyak kesempatan, Asti menjadi figur yang menyeimbangkan sisi personal dan publik Melki. Baginya, politik bukan hanya arena perebutan kekuasaan, melainkan juga ruang pelayanan yang membutuhkan hati dan ketulusan.
Dari keduanya, publik melihat sepasang figur politik yang saling melengkapi: Melki dengan strategi, Asti dengan sentuhan kehangatan. Pada akhirnya, keduanya menjelma menjadi “tali tambang” yang mengikat Golkar dengan rakyat NTT; erat, kokoh, dan sulit terputus.*/Ocep/Laurens Leba Tukan



Komentar