Kunjungan Strategis Panglima Kogabwilhan II ke NTT
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pesawat CN 295 milik TNI Angkatan Udara mendarat mulus di Lanud Eltari Kupang, Senin (25/8/2025). Dari balik kaca kokpit, pantulan cahaya memantul ke landasan, seolah menyapa para tamu negara yang baru saja tiba.
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, berdiri di tepi apron. Begitu pintu pesawat terbuka, ia melangkah mantap. Di tangannya, selembar tenun ikat NTT, simbol penghormatan dan persaudaraan, siap diselempangkan ke pundak Marsdya TNI M. Khairil Lubis, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) II.
“Selamat datang di NTT, Pak,” ujar Gubernur Melki, dengan senyum hangat yang dibalas tegas namun ramah oleh sang Panglima.
Ruang Strategis di Timur Nusantara
Kunjungan Khairil Lubis bukan sekadar seremoni militer. NTT adalah beranda depan republik: berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia, berada di jalur laut internasional ALKI II dan IIIa, sekaligus rawan bencana alam. Dari Kupang hingga Flores, dari Sumba hingga Alor, setiap jengkal tanah menyimpan potensi sekaligus tantangan.
“Beliau ingin melihat langsung situasi di NTT, memahami perkembangan terkini, serta memberikan dukungan terhadap penanganan bencana yang bisa dibantu TNI,” kata Gubernur Melki kepada wartawan.
Dalam narasi besar pertahanan, kehadiran Panglima Kogabwilhan II berarti penegasan bahwa wilayah ini bukan sekadar halaman belakang, melainkan ruang strategis Nusantara.
Pertemuan Sipil-Militer
Di apron Lanud Eltari, barisan pejabat daerah dan aparat keamanan tampak kompak. Kapolda NTT Irjen Pol Rudi Darmoko, Wakil Komandan Kodaeral VII Kolonel Marinir Muhammad Rizal, Kepala Staf Korem 161/Wira Sakti Kupang Kolonel Inf. Riko Haryanto, hingga Kadis Ops Kolonel Pas. Sulistiyo Utomo, hadir mendampingi.
Kehadiran mereka mencerminkan satu hal: sinergi sipil-militer di wilayah kepulauan ini menjadi kunci dalam menjaga stabilitas. Dari perbatasan Atambua hingga laut Sawu, dari pos-pos TNI di Alor hingga operasi Polri di Flores, kerja sama ini menjadi fondasi keamanan.
Agenda ke Belu, Flores Timur, dan Ende
Setelah menyapa Kupang, rombongan Panglima akan bergerak ke Belu, Flores Timur, dan Ende. Wilayah-wilayah ini bukan dipilih sembarangan. Belu adalah garis depan perbatasan dengan Timor Leste. Flores Timur dan Ende adalah simpul sejarah serta titik rawan bencana.
Bagi Gubernur Melki, kunjungan ini membuka jalan diskusi lebih luas. “Setelah kunjungan dari Atambua, kami akan berdiskusi lebih lanjut mengenai berbagai bentuk kerja sama dan kolaborasi,” ujarnya.
Pesan di Balik Tenun Ikat
Tenun ikat yang diselempangkan di bahu Khairil Lubis sore itu bukan sekadar cendera mata. Ia menyimpan pesan: NTT menyambut TNI sebagai mitra dalam pembangunan. Bahwa pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, dan kesiapsiagaan bencana membutuhkan peran militer yang hadir dengan wajah humanis.
Kunjungan ini, dengan segala seremoni dan rangkaian agendanya, adalah penegasan ulang: NTT bukan sekadar wilayah ujung timur yang jauh dari pusat. Ia adalah garda depan republik, tempat di mana pemerintah daerah, rakyat, dan TNI bertemu dalam satu cita-cita: menjaga tanah air, membangun peradaban, dan memperkuat persaudaraan.*/Baldus Sae/Laurens Leba Tukan
Komentar