GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Gubernur NTT
Beranda / Gubernur NTT / Johni Asadoma dan Ignas Uran di Kaki Lewotobi: Antara Arah Pemerintah dan Suara Pengungsi

Johni Asadoma dan Ignas Uran di Kaki Lewotobi: Antara Arah Pemerintah dan Suara Pengungsi

Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma didampingi Wakil Bupati Flores Timur, Ignas Boli Uran ketika mengunjungi para pengunsgi Lewotobi Laki-Laki di lokasi pengungsian, Selasa (15/7/2025). Foto: SI/ML

LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Angin lembab dari Laut Flores menyambut kedatangan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Irjen Pol (Purn) Drs. Johni Asadoma, M.Hum, di Bandara Gewayantana, Selasa siang, (15/7/2025). Mengenakan seragam keki dan topi dinas khas Pemprov, mantan perwira tinggi Polri itu datang bukan sekadar melihat, tapi menyapa langsung denyut kegelisahan warga yang sudah berbulan-bulan mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Di sisinya berdiri Wakil Bupati Flores Timur, Ignasius Boli Uran, S.Fil, politisi Golkar itu dengan suara lantang yang kerap menjadi juru bicara pemerintah daerah dalam meredam gejolak di pos-pos pengungsian. Hari itu, keduanya memulai rangkaian kunjungan yang menelusuri desa-desa terdampak, dari Bokang Wolomatang hingga Konga, membawa serta bantuan logistik dan pesan keteguhan dari pemerintah.

“Bapak-mama semua, kita bukan mengatur pemerintah. Pemerintah yang mengatur kita,” kata Ignas Uran dalam pertemuan di Poslap Bokang Wolomatang, menyambut ratusan pengungsi yang sebagian masih duduk di atas terpal dan kasur tipis. “Tapi kami tidak tinggal diam. Akses jalan ke lokasi hunian tetap sudah kami buka sejak awal Juni. Progresnya kini sudah 5 kilometer.”

Ignas menyentil sebagian kepala desa yang ia sebut “terlalu liar” merujuk pada dinamika internal pengungsi yang menolak relokasi atau berselisih soal data penerima bantuan. “Kalau satu rumah diisi dua KK, lalu hanya ditulis satu KK dalam data, itu bom waktu,” katanya, serius.

Wakil Gubernur Johni Asadoma tak banyak beretorika. Mantan Kadiv Humter Polri itu memilih pendekatan empatik: mendengar, mencatat, dan berulang kali menyebut pentingnya menjaga semangat hidup dalam suasana darurat. “Bencana ini memang tidak kita minta, tapi kita tidak boleh putus asa. Saya ke sini untuk merasakan langsung, mendengar apa yang masih kurang dan perlu ditambahkan,” ujarnya di hadapan para pengungsi.

Reputasi Baru di Usia ke-63: Gubernur Melki Ingin Bank NTT Jadi Jantung Ekonomi Rakyat

Tak lama setelah sambutan dan dialog, bantuan sembako dan perlengkapan sanitasi diserahkan. Rombongan lalu bergerak ke Poslap Konga di Kecamatan Titehena. Di lokasi kedua, suasana tak jauh berbeda: tenda-tenda pengungsian yang mulai lapuk, anak-anak yang memeluk ibu mereka, dan harapan akan kepastian hunian tetap yang belum jelas kapan selesai dibangun.

Wagub Johni dan Wabup Ignas tiba di pos sekitar pukul 16.10 WITA, meninjau fasilitas, mencatat kebutuhan tambahan, lalu kembali melanjutkan perjalanan ke Polsek Wulanggitang.

Kunjungan hari pertama itu sekaligus menjadi gambaran relasi yang cair antara Pemprov dan Pemkab: Johni mewakili otoritas provinsi, Ignas membawa denyut lokal. Tapi keduanya sepakat bahwa penanganan bencana bukan hanya soal logistik dan infrastruktur, melainkan juga tentang mengelola harapan masyarakat agar tidak menjadi bara sosial di kemudian hari.

“Konflik itu muncul bukan karena bencana, tapi karena ketidakjelasan komunikasi dan data,” kata Wabup Ignas di sela diskusi dengan aparat desa.

Kunjungan kerja ini akan berlanjut ke hari kedua, Rabu, 16 Juli. Fokusnya tetap sama: menuntaskan peta jalan penanganan pascabencana Gunung Lewotobi dan merajut kembali kepercayaan masyarakat terhadap negara.*/ML/Laurens Leba Tukan

Meriah di Mbay: Jalan Sehat, Zumba, dan Semangat Sinergi Bank NTT

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement