BA’A,SELATANINDONESIA.COM – Suasana ruang rapat kantor Bupati Rote Ndao pada Kamis pagi, (4/9/2025), mendadak tegang. Kontraktor, konsultan perencana, pelaksana, hingga pengawas proyek duduk berjajar, sebagian menunduk, sebagian lain gelisah mencatat. Dari podium depan, suara Bupati Paulus Henuk terdengar lantang, memecah hening.
“Tidak ada yang bisa bawa-bawa nama bupati untuk proyek atau ambil fee proyek. Kalau ada yang bilang begitu, itu seribu persen bohong!” katanya dengan intonasi tegas, seolah menggedor dinding ruangan.
Di hadapan para pelaksana proyek itu, Bupati Paulus Henuk bukan hanya memberi peringatan, tapi juga memperkenalkan senjata baru: aplikasi Hoholok. Sebuah sistem pengawasan digital yang mewajibkan setiap kontraktor mendokumentasikan pekerjaan di lapangan, dari truk bermuatan material hingga alat berat dengan foto dan video, lengkap dengan nomor polisi kendaraan. Semua bukti itu wajib diunggah ke aplikasi, agar pemerintah bisa memantau langsung dari kantor.
Paulus melanjutkan dengan suara lantang. Pekerjaan proyek, katanya, harus sesuai dengan rencana kerja dan spesifikasi teknis. Tak boleh ada pengurangan volume. Bila terbukti ada penyimpangan, uang harus dikembalikan dan perusahaan serta orang-orangnya akan langsung masuk daftar hitam.
“Saya akan minta data lengkap pemilik perusahaan. Jangan kira saya hanya duduk di kantor, saya bisa turun on the spot ke lapangan,” ujarnya.
Ketegasan Paulus Henuk bukan hal baru. Reputasinya sebagai mantan anggota DPRD Rote Ndao yang vokal dan keras kepala kini berpindah ke kursi eksekutif. Ia membawa gaya blak-blakan khasnya: transparansi tanpa kompromi, pengawasan tanpa main mata, dan peringatan bahwa setiap pelanggaran akan berhadapan dengan penegak hukum.
“Pekerjaan harus sesuai spesifikasi teknis, tidak boleh ada pengurangan volume. Kalau melanggar, uang dikembalikan, perusahaan masuk daftar hitam,” ujarnya.
Tak Ada Main Mata
Pesannya tak hanya ditujukan kepada kontraktor, tetapi juga konsultan pengawas. Paulus mengingatkan, jabatan mereka bukan sekadar formalitas. “Anda dibayar untuk mengawasi. Tidak ada main mata dengan kontraktor. Tidak ada tim bupati dalam proyek. Semua sama rata, kerja sesuai aturan,” katanya.
Rapat itu bubar dengan langkah-langkah yang pelan. Kontraktor keluar gedung sambil berbisik-bisik, wajah mereka masih menyisakan ketegangan. Di luar, angin laut Rote berhembus kencang, membawa gema suara bupati yang siang itu memastikan: di tanah paling selatan Indonesia, proyek bukan lagi arena permainan. Dengan Hoholok di tangan, transparansi dan ketegasan kini menjadi wajah baru Rote Ndao.
Tentang Hoholok
Aplikasi Hoholok adalah platform digital yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao untuk memperkuat transparansi dan pengawasan proyek pembangunan. Melalui aplikasi ini, kontraktor diwajibkan mengunggah dokumentasi berupa foto dan video setiap tahapan pekerjaan di lapangan, termasuk mobilisasi kendaraan dan alat berat lengkap dengan nomor polisi.
Data yang diunggah akan langsung terhubung ke sistem monitoring di kantor pemerintah, sehingga bupati, dinas teknis, maupun tim pengawas bisa memantau pekerjaan secara real time. Tujuannya jelas: mencegah pengurangan volume pekerjaan, memastikan spesifikasi teknis terpenuhi, serta menutup ruang praktik manipulasi di lapangan.
Dengan kata lain, Hoholok menjadi “mata digital” pemerintah daerah, sekaligus simbol komitmen Bupati Paulus Henuk untuk menegakkan akuntabilitas dan keadilan dalam pengelolaan proyek di Rote Ndao. Aplikasi Hoholok adalah gagasan Kabid Sumber Daya Air dan Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Rote Ndao, Sonny Saban.*/AH/Laurens Leba Tukan
Komentar