GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Daerah Gubernur NTT
Beranda / Gubernur NTT / Helikopter untuk Nagekeo: Melki Laka Lena Bergerak Cepat Hadapi Banjir Bandang

Helikopter untuk Nagekeo: Melki Laka Lena Bergerak Cepat Hadapi Banjir Bandang

Wakil Bupati Nagekeo, Gonzalo Gratianus Muga Sada dan jajaran bersama Forkopimda, memantau langsung lokasi bencana banjir bandang dan tanah longsor dibeberapa titik bencana di Wilayah Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagakeo, Selasa (9/9/2025). Foto: Prokompim Nagekeo

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Air bah datang tanpa ampun, menelan jalan, merobohkan jembatan, dan memutus 18 desa di Nagekeo dari dunia luar. Di tengah sunyi listrik padam dan sinyal komunikasi lenyap, suara Gubernur NTT Melki Laka Lena menembus malam: ia menelpon BNPB, meminta helikopter segera diterjunkan.

Hujan deras yang mengguyur sejak awal pekan mengubah Kecamatan Mauponggo, Nagekeo, menjadi lautan lumpur dan puing kayu. Jalan-jalan terputus, jembatan hanyut, dan desa-desa terputus dari dunia luar. Hingga Rabu siang, 10 September 2025, 18 desa masih terisolir. Tiga warga ditemukan tewas, sementara lima lainnya, termasuk dua anak kecil, belum diketahui nasibnya.

Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena tak menunggu lama. Malam sebelumnya, ia menggelar rapat darurat bersama Bupati Nagekeo, Simplisius Donatus, BPBD NTT, serta anggota DPRD setempat. Dari Kupang, Gubernur Melki langsung menghubungi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, meminta bantuan helikopter untuk menjangkau desa-desa yang kini terjebak isolasi.

“Logistik sudah mulai masuk, tapi kita butuh heli karena jalan tidak bisa dilalui. Ada 10 desa terputus total,” kata Gubernur.

Selain jalur udara, Gubernur Melki memerintahkan Dinas PUPR dan Balai Jalan NTT memperbaiki dua jembatan utama yang ambruk serta sejumlah ruas jalan yang habis digerus longsor. “Setelah masa tanggap darurat selesai, baru kita bicara relokasi,” ujarnya.

Bank NTT Menunggu Nahkoda Baru, Publik Menanti Putusan OJK

Namun, medan lapangan tak mudah. Plt Kepala BPBD NTT, Samuel Halundaka, menyebut komunikasi terputus sejak Senin malam, membuat pendataan korban maupun kerusakan mustahil dilakukan secara cepat. “Listrik padam, sinyal seluler hilang, dan jalan terputus. Informasi hanya bisa kita kumpulkan sedikit demi sedikit,” katanya.

Hingga Rabu dini hari, laporan sementara menyebut tiga korban jiwa, empat orang hilang, puluhan rumah hancur, dan ratusan warga mengungsi. Desa-desa yang terdampak antara lain Maukeli, Lokalobo, Ae Woe, Loda Ola, dan Wolo Kisa. Posko pengungsian baru dibuka di Mauponggo, menampung sekitar 30 jiwa. Kebutuhan mendesak mencakup tenda, makanan siap saji, pakaian, dan kebutuhan bayi.

Dari Kupang, bantuan darurat berupa tenda keluarga, matras, selimut, peralatan masak, dan hygiene kit dikirim lewat laut, dijadwalkan tiba hari ini Kamis, 11 September. Tapi dengan akses darat lumpuh, semua pihak berharap helikopter dari BNPB segera turun tangan.

BNPB menyatakan masih menunggu penetapan status tanggap darurat dari pemerintah daerah sebelum mengerahkan tambahan personel dan peralatan. “Kami siap memperkuat operasi darurat setelah status ditetapkan,” bunyi pernyataan resmi lembaga itu.

Bagi warga Mauponggo, waktu berjalan lambat. Ombak lumpur telah memisahkan mereka dari dunia luar. Sementara di Kupang, gubernur berulang kali menekankan satu hal: negara tidak boleh membiarkan rakyatnya sendirian. “Kami berkomitmen hadir, membuka akses, mengevakuasi korban, dan memastikan bantuan sampai,” kata Gubernur Melki.

Axel Habert dari Prancis Menang Tipis di Garis Finis, Gubernur Melki Ucapkan Proficiat

Di Nagekeo, banjir bandang menyisakan luka. Tapi seperti debur ombak yang terus mencari pantai, ikhtiar pencarian dan penyaluran bantuan tak boleh berhenti sampai semua warga terselamatkan.*/JS/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement