GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Otomatif
Beranda / Otomatif / Final di Sirkuit Oemilal: Seruan Polisi, dan Pesta Rakyat Pulau Rote

Final di Sirkuit Oemilal: Seruan Polisi, dan Pesta Rakyat Pulau Rote

Kasat Sabhara Polres Rote Ndao AKP. Naftali Johanis Edward Lede, S.H., didampingi Anggota DPRD NTT Simson Polin dan Ketua Panitia Drag Bike Rote Ndao 2025, Absalom Polin ketika di final Drag BIke Gubernur NTT, Bupati Rote Ndao, Ketua IMI NTT, Ketu IMI Rote Ndao, Dr. Umbu Rudi Kabunang dan Simson Polin Cup 2025 di sirkuit Oemilal, Minggu (13/7/2025). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

Sirkuit Oemilal memuncak: bukan sekadar soal kecepatan, tapi tentang ruang kolektif tempat rakyat Rote merayakan kebanggaan dan keberanian.

BA’A,SELATANINDONESIA.COM — Matahari memanggang tanah merah di Oemilal, Desa Saindule, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Minggu siang (13/7/2025). Ribuan orang berjejal di sepanjang lintasan 400 meter yang disulap menjadi arena final Drag Bike Gubernur NTT, Bupati Rote Ndao, Ketua IMI NTT, Ketua IMI Rote Ndao, Dr. Umbu Rudi Kabunang, dan Simson Polin Cup 2025. Sirkuit yang awalnya hanya jalur desa biasa, kini menjadi panggung dentuman knalpot, ketegangan, dan euforia rakyat Rote Ndao.

Di garis start, para dragster menggenggam tuas gas erat-erat. Ada yang datang dari sisi selatan Pulau Rote, ada pula yang menyeberang dari daratan Timor. Semuanya memburu satu hal: kebanggaan di garis finis.

Ajang ini bukan hanya soal kecepatan. Ia adalah pentas sosial yang digerakkan oleh semangat kolektif, dikelola oleh panitia di bawah komando Absalom Polin. Di panggung utama, para tokoh berdiri menyaksikan lintasan: Ketua IMI Rote Ndao yang juga Wakil Bupati Apremoi D. Dethan, anggota DPRD NTT Simson Polin, Pimpinan Bank NTT Cabang Ba’a Ade Roni Oematan, dan para sponsor lainnya.

Namun tidak semua berjalan mulus. Garis pembatas penonton kerap dijebol. AKP. Naftali Johanis Edward Lede, S.H., Kasat Sabhara Polres Rote Ndao, berdiri di tengah pengeras suara: “Kalau motor tidak terkendali, bisa makan korban.” Seruannya bergema, kadang kalah oleh gemuruh mesin dua tak.

Panas Bumi, Rumah Leluhur, dan Pesan Gubernur Melki dari Mataloko

Di sisi lain, suasana menyerupai festival. Lapak-lapak UMKM menyuguhkan kue, kelapa muda, kopi Rote, aneka jajanana kuliner khas Rote Ndao. Anak-anak berlarian, ibu-ibu antre cek tekanan darah gratis di tenda kesehatan dari Puskesmas Busalangga. Panitia juga meyediakan aneka drorprice dari sponsor. Oemilal berubah menjadi panggung hidup: antara adrenalin dan silaturahmi.

“Biasanya saya lihat di YouTube. Sekarang motor balapnya lewat depan mata,” ujar Imanuel, siswa SMA dari Batutua, sambil mengangkat ponselnya merekam deru mesin.

Final drag bike ini bukanlah perhelatan rutin. Bagi banyak warga, ini pertama kalinya mereka menyaksikan balap motor dari dekat. Momentum langka ini menyulut kebanggaan kolektif. Di daerah kepulauan yang jarang disinggahi even besar, lintasan lurus itu menjadi panggung keberanian, bukan hanya bagi pembalap, tapi juga bagi masyarakatnya.

“Ini bukan sekadar balapan. Ini soal harga diri orang Rote,” ujar Ketua IMI Rote Ndao, Apremoi D. Dethan.

Saat matahari mulai turun dan debu mulai reda, suasana belum berakhir. Musik menghentak dari panggung. Ribuan orang diajak bergoyang zumba bersama Zin Erna dan krunya. Keringat bercucuran, tapi tak ada yang ingin pulang lebih dulu.

Suara Sunyi dari Selatan NKRI: Reses Simson Polin dan Keluhan Para Pendeta di Rote

Hari itu, di Oemilal, kecepatan bukanlah tujuan akhir. Ia hanyalah alasan untuk berkumpul, berteriak, tertawa, dan merayakan satu hal yang lebih penting dari podium: menjadi bagian dari semangat besar Pulau Rote.*/ Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement