GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Golkar
Beranda / Golkar / Dr. Umbu Kabunang Rudi: Menyemai Empat Pilar Kebangsaan di Tanah Marapu

Dr. Umbu Kabunang Rudi: Menyemai Empat Pilar Kebangsaan di Tanah Marapu

Anggota MPR Dr. Umbu Kabunang Rudi ketika menggelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (11/10/2025). Foto: Umbu Amir

WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM — Di tengah hamparan padang sabana Sumba yang luas dan langitnya yang biru, nilai-nilai kebangsaan menemukan wajahnya yang paling sederhana: hidup rukun, bergotong royong, dan menghargai perbedaan. Nilai-nilai itu, bagi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. Umbu Rudi Kabunang, adalah wujud nyata dari Empat Pilar Kebangsaan dalam kehidupan masyarakat Sumba.

“Pancasila adalah jiwa kita, UUD 1945 merupakan aturan yang harus dipatuhi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah wilayah hidup kita, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi kekuatan dalam kehidupan berbangsa,” ujar Umbu Rudi dalam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (11/10/2025).

Menurut Umbu, di tengah derasnya arus disrupsi teknologi dan globalisasi, bangsa Indonesia perlu terus meneguhkan kembali pijakan kebangsaan. Empat Pilar bukan hanya semboyan, melainkan arah kompas dalam berbangsa dan bernegara.

“Ibarat sebuah gawai, Pancasila itu aplikasi utamanya. Sila-sila di dalamnya adalah fitur-fitur yang membantu kita memahami sekaligus menjadi filter dalam kehidupan bernegara,” katanya.

Pancasila dan Gotong Royong di Tanah Sumba

Melki Laka Lena dari Ledalero: Menyalakan Terang OVOP di Tanah Filsafat

Bagi masyarakat Sumba, prinsip gotong royong sudah mengakar jauh sebelum istilah itu menjadi jargon nasional. Dalam tradisi kabhu—kerja bersama membangun rumah adat atau ladang keluarga—masyarakat datang tanpa diminta, membawa tenaga dan bahan seadanya. Tidak ada pamrih, hanya semangat kebersamaan.

“Budaya seperti ini adalah wujud hidup dari sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia,” ujar Umbu Rudi, yang juga anggota Komisi XIII DPR RI. “Kita diingatkan bahwa nilai-nilai lokal tidak terpisah dari nilai-nilai kebangsaan. Justru dari sana, Pancasila berdenyut.”

Dalam pandangannya, Empat Pilar Kebangsaan memiliki ruang hidup di setiap kebudayaan daerah. Di Sumba, semangat saling membantu, menghormati alam, dan menghargai adat adalah ekspresi Pancasila yang nyata. “Itulah sebabnya, kita harus menjaga kearifan lokal agar tetap menjadi bagian dari identitas nasional,” katanya.

Bhinneka Tunggal Ika di Tengah Keberagaman

Umbu Rudi menekankan bahwa Indonesia kuat karena keberagamannya. Seperti rumah adat Sumba yang ditopang empat tiang besar, Empat Pilar menjadi fondasi yang menyangga seluruh bangunan kebangsaan.

Melki Laka Lena di Panggung Wisuda UNIPA: Menanam Nilai, Menyemai Masa Depan Flores

“Keutuhan NKRI sejatinya ada di tangan setiap anak bangsa. Kita punya kekuatan besar yang bernama Bhinneka Tunggal Ika. Meski berbeda-beda, kita tetap satu,” ujarnya.

Baginya, menjaga kebangsaan bukan hanya tugas negara, melainkan juga tanggung jawab moral setiap warga, dari kampung adat di Sumba hingga kota besar di Jawa.

Menjaga Api Kebangsaan dari Timur

Menutup kegiatan, Umbu Rudi mengajak masyarakat Sumba untuk menjadi pelaku nyata dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah perubahan zaman. “Empat Pilar itu bukan sekadar hafalan, tapi jalan hidup. Jika setiap orang menghayati Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian, maka bangsa ini akan tetap berdiri teguh,” katanya.

Di tanah Marapu, di mana tradisi dan modernitas bertemu, nilai-nilai kebangsaan itu terus tumbuh seperti api kecil yang dijaga agar tidak padam—api yang menghangatkan semangat Indonesia dari ujung timur.*/llt

Tiga Batu Tungku yang Menyala di Maumere: Melki Laka Lena dan Api Baru Pendidikan NTT

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement