GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Sumba Tengah
Beranda / Berita Hari Ini NTT / Sumba Tengah / Di Balik Bubur Hangat dan Mata Cekung

Di Balik Bubur Hangat dan Mata Cekung

Wakil Bupati Sumba Tengah, Martinus Umbu Djoka ketika menemui langsung anak stunting dan ibu hamil di desa binaan Wakil Bupati Sumba Tengah, Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan Sumba Tengah, Rabu (16/7/2025). Foto: Cerdik

Wakil Bupati Sumba Tengah, Martinus Umbu Djoka Turun Langsung Tangani Anak Stunting dan Ibu Hamil KEK

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM — Di sebuah bangku kayu sederhana di Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan, Sumba Tengah, seorang bocah laki-laki berusia dua tahun tampak duduk tenang di pangkuan ibunya. Tubuhnya kurus, matanya cekung, namun pagi itu ia tersenyum. Bukan karena ia kenyang, tetapi karena seseorang membantunya menyeka sisa bubur di sudut bibirnya, Wakil Bupati Sumba Tengah, Martinus Umbu Djoka.

Hari itu, Rabu (16/7/2025), Umbu Djoka bersama istrinya, Ny. Warsiati, tidak datang dengan sekadar arahan dan pidato. Mereka hadir membawa harapan  dalam bentuk makanan tambahan bagi 27 anak dan ibu hamil dengan status Kekurangan Energi Kronis (KEK), bagian dari upaya intensif mengatasi stunting dan masalah gizi buruk di desa binaannya.

“Kalau tidak kita yang turun langsung, bagaimana kita tahu rasa lapar anak-anak ini?” kata Umbu Djoka sambil menepuk lembut punggung anak itu.

Tak sekadar seremoni, kunjungan itu menjadi bagian dari pendekatan mikro yang kini mulai digalakkan di Sumba Tengah: penanganan stunting berbasis kedekatan dan kehadiran, bukan semata laporan dan grafik.

Empat Nyali, Satu Arah: Umbu, Amandio, Danny Ferdito, dan Kingstone Menggeliatkan Indonesia di Arena Drift Dunia

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dilakukan serentak di sejumlah titik dalam Desa itu. Namun kehadiran langsung Wakil Bupati di ruang-ruang sempit rumah warga, di balai-balai bambu yang jadi dapur sekaligus ruang makan, memberi bobot moral yang berbeda. Ia duduk, menyuap, dan mendengarkan cerita para ibu, bukan dari podium, melainkan dari tikar pandan.

“Jangan tunggu angka turun baru kita turun. Justru kita harus turun dulu supaya angka turun,” ujarnya tegas.

Wabup Umbu Djoka menegaskan bahwa pendampingan tidak cukup hanya sebulan. Bila perlu, program diperpanjang hingga tiga bulan, dengan pengawasan harian. Baginya, keberhasilan tidak diukur dari target proyek, tetapi dari anak-anak yang perlahan mulai naik berat badan dan ibu-ibu yang mulai tersenyum lega.

Sebelum meninggalkan desa, ia memeluk seorang anak yang baru saja makan dan tertidur pulas di pangkuan ibunya. Wajahnya lelah, tapi matanya tak bisa menyembunyikan rasa lega.

“Satu sendok yang habis dimakan hari ini bisa jadi satu langkah menuju masa depan yang lebih sehat,” katanya lirih.

Dari Peluh Umat, Berdirilah Rumah Bunda Selalu Menolong di Kambajawa

Pendekatan personal Wakil Bupati Sumba Tengah ini mencerminkan pergeseran penting dalam penanggulangan stunting: dari kebijakan makro ke kehadiran mikro, dari laporan kertas ke kasih sayang di balai-balai bambu dan bangku kayu sederhana di pedesaan. */Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement