LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Langit Flores Timur memerah oleh abu, saat Gunung Lewotobi Laki-laki kembali bergemuruh dini hari, Jumat, 1 Agustus 2025. Di tengah kepulan debu vulkanik setinggi hampir 20 kilometer, Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena langsung berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta jajaran kementerian dan lembaga. “Kita harus waspada, erupsi bisa terjadi kapan saja,” kata Melki dari Kupang, sembari menginstruksikan seluruh pihak bergerak cepat menangani dampak letusan di Flores Timur dan sekitarnya.
Erupsi teranyar itu merupakan salah satu yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Kolom abu berwarna kelabu hingga hitam condong ke arah barat daya, barat, dan barat laut. Seismograf mencatat amplitudo maksimum 47,3 mm, dengan durasi mencapai lebih dari 14 menit.
“Gunung Lewotobi Laki-laki masih sangat aktif. Karena itu, saya minta semua pihak untuk selalu waspada dan patuh pada semua arahan pemerintah,” kata Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam keterangan resmi usai berkoordinasi dengan Kementerian PMK, BNBD, dan sejumlah lembaga terkait melalui zoom, Sabtu (2/8/2025).
Gubernur Melki menegaskan, keselamatan warga adalah prioritas utama. Ia mengimbau seluruh masyarakat di kawasan terdampak di Flores Timur dan Sikka untuk menjauhi radius bahaya sejauh 6 hingga 7 kilometer dari pusat erupsi.
“Saya minta warga tetap tenang, tidak panik, tapi jangan lengah. Kami terus mengantisipasi dampak lanjutan, baik gangguan penerbangan, polusi udara, maupun potensi banjir lahar hujan. Semua elemen mulai nakes, BMKG, otoritas bandara, harus saling koordinasi,” ujarnya.
Letusan dini hari itu bahkan terdengar hingga desa-desa di Kecamatan Ile Bura dan sebagian wilayah Maumere. Pos Pengamatan Gunung Lewotobi di Desa Pululera mencatat, suara gemuruh disertai getaran tanah dirasakan oleh warga dalam radius belasan kilometer.
Status gunung kini berada di Level IV (Awas). Pemerintah meminta masyarakat mengenakan masker untuk menghindari dampak abu vulkanik, serta mewaspadai potensi banjir lahar di kawasan aliran sungai Dulipali, Nobo, Boru, hingga Hokeng Jaya.
Di balik segala kecemasan, semangat gotong royong menguat. Hunian sementara kembali dipadati warga yang mengungsi untuk kedua atau ketiga kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah daerah bergerak cepat, menyediakan logistik, mendirikan posko darurat, hingga membuka jalur komunikasi dengan pusat.
“Saya minta masyarakat di pengungsian menyesuaikan diri dengan kondisi darurat. Yang terpenting, tetap saling menjaga dan bersatu,” ujar Gubernur Melki.
Sementara itu, PVMBG memastikan pemantauan terus dilakukan secara intensif. Masyarakat diminta hanya mengakses informasi resmi melalui Pos Pengamatan atau kanal PVMBG untuk menghindari hoaks dan kepanikan.
Di kaki Lewotobi, malam kembali berganti siang. Namun awan hitam masih menggantung. Alam memberi isyarat bahwa hidup di sekitar gunung api selalu menuntut kewaspadaan, dan solidaritas yang tak boleh padam. */Laurens Leba Tukan
Komentar