Uji Kelayakan Kurikulum Muatan Lokal SD Dibuka Sekda Sumba Tengah
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di Aula Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Waibakul Selasa pagi (22/7/2025), suasana tak biasa terasa. Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Tengah, Bernardus B. Gela, berdiri di podium dan membuka kegiatan yang sarat makna: Uji Kelayakan Kurikulum Muatan Lokal Tingkat Sekolah Dasar Tahun 2025.
Di hadapan para kepala sekolah, guru model, tokoh adat dan budaya, serta perwakilan LSM dan pejabat dinas pendidikan, Sekda Gela tak sekadar berbicara soal kurikulum. Ia berbicara tentang identitas, memori kolektif, dan warisan leluhur yang mesti diselamatkan dari derasnya arus globalisasi. “Muatan lokal bukan sekadar pelajaran tambahan,” katanya. “Ia adalah jembatan yang menghubungkan anak-anak kita dengan tanah tempat mereka tumbuh.”
Tiga Pilar Budaya
Kabupaten Sumba Tengah, yang terletak di jantung Pulau Sumba, dikenal sebagai kawasan yang kaya akan budaya dan tradisi. Sekda Gela menyebut tiga pilar utama budaya lokal yaitu Anakalang, Mamboro, dan Umbu Ratu Nggay sebagai basis kurikulum muatan lokal. Ketiganya bukan hanya simbol, tetapi sumber nilai, etika, dan pengetahuan tradisional yang selama ini hidup dalam komunitas dan kini berupaya dihidupkan kembali lewat jalur pendidikan formal.
“Ini bukan soal romantisme masa lalu,” ujar Sekda Gela dalam pidatonya yang disambut hangat para hadirin. “Tapi bagaimana kita menanamkan jati diri pada anak-anak kita di tengah dunia yang semakin seragam.”
Muatan lokal yang akan diuji mencakup pengetahuan tradisional, cerita rakyat, tarian dan musik daerah, kerajinan tangan, serta praktik-praktik pertanian dan peternakan lokal. Kurikulum ini, menurut rencana, akan menjadi bagian resmi dari pembelajaran di seluruh SD di Sumba Tengah mulai tahun ajaran 2025/2026.
Langkah Hukum dan Strategi
Kepala Dinas PPO Sumba Tengah, Magdalena Kalli yang turut hadir dalam kegiatan ini, menyatakan bahwa kurikulum tersebut akan diajukan ke Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Nasional (BSKAN) untuk diuji substansinya sebelum diimplementasikan. Pemerintah daerah juga berencana menerbitkan Peraturan Bupati sebagai dasar hukum pelaksanaannya.
“Ini bukan hanya proyek pendidikan, tapi gerakan kebudayaan,” ujar salah satu narasumber dari SD Kristen Agape Plus Nasional Waingapu. Menurutnya, menyusun kurikulum muatan lokal tidak bisa dilakukan tanpa melibatkan tokoh adat dan pelaku budaya setempat.
Salah satu tokoh budaya dari Kecamatan Umbu Ratu Nggay Tengah menyambut baik inisiatif ini. Ia berharap pelajaran seperti tenun ikat, ritual adat, dan sistem gotong royong lokal bisa diajarkan di kelas secara terstruktur dan berkelanjutan. “Biar anak-anak tahu darimana mereka berasal, dan tidak malu akan budayanya sendiri,” katanya.
Investasi Masa Depan
Dalam penutup sambutannya, Bernardus Gela menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya soal angka dan statistik, tetapi soal seberapa besar pendidikan itu membentuk manusia yang berkarakter dan berakar. “Pendidikan yang bermutu bukan berarti menyeragamkan anak-anak jadi seperti kota besar,” ujarnya, “tapi menumbuhkan potensi mereka sesuai tanah tempat mereka berpijak.”
Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah, kata dia, menaruh perhatian serius pada pengembangan sumber daya manusia sebagai investasi jangka panjang. Dan langkah strategis ini, mengintegrasikan muatan lokal ke dalam sistem pendidikan dasar adalah bagian penting dari visi itu.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar