KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Senin (14/7/2025) malam itu, di antara udara yang dingin dan lampu taman yang temaram, pertemuan berlangsung tanpa gembar-gembor media. Di rumah jabatan Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, Bupati Rote Ndao Paulus Henuk, dan seorang tamu istimewa, Anwar Kurniawan, duduk menyusun cetak biru masa depan garam.
Anwar bukan sekadar Ketua Koperasi Produsen Kristal Laut Nusantara. Ia dikenal sebagai pakar teknologi garam yang telah malang melintang di berbagai proyek garam nasional. Kedatangannya malam itu membawa satu maksud: menjadikan Rote Ndao sebagai poros baru industri garam berkualitas tinggi di Indonesia Timur.
“Rote Ndao memiliki keunggulan ekologis dan budaya dalam produksi garam rakyat. Yang dibutuhkan sekarang adalah konsistensi, teknologi, dan kemitraan,” kata Anwar, serius namun penuh semangat.
Menanggapi itu, Bupati Paulus Henuk menegaskan kesiapan daerahnya bukan hanya pada semangat, tetapi pada infrastruktur dasar.
“Kami sudah siapkan lahan potensial seluas lebih dari 40 hektare di wilayah pesisir Rote Timur, Landuleko dan sekitarnya yang memiliki kadar air laut tinggi dan iklim kering yang ideal. Tim teknis kami juga sedang menuntaskan pemetaan untuk perluasan lahan garam rakyat berbasis klaster,” ujar Bupati Paulus.
Ia menambahkan, Pemda Rote Ndao juga sedang menyusun regulasi kemudahan investasi daerah dan skema kemitraan koperasi agar para petani garam bisa terlibat aktif sebagai pemilik manfaat utama.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi NTT menegaskan dukungan penuh terhadap proyek ini. Selain menyinkronkan dengan program unggulan One Village One Product (OVOP) dan penguatan local food resilience, Pemprov juga membuka ruang koordinasi lintas instansi seperti Dinas Kelautan, Perindustrian, dan Koperasi agar pengembangan garam Rote menjadi proyek lintas sektor.
“Garam ini bukan hanya akan kita kemas untuk pasar lokal. Kita targetkan masuk industri farmasi, makanan olahan, hingga ekspor. Kristal dari Rote harus sampai ke luar negeri,” tegas Gubernur Melki Laka Lena.
Malam kian larut, tapi semangat di meja pertemuan itu tak padam. Di tengah krisis pangan global dan ketergantungan impor garam industri, langkah kecil dari pulau kecil ini menyimpan gema besar: tentang kemandirian, inovasi, dan kerja kolaboratif.
Dari tanah kering dan laut asin Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur hendak menambang masa depan. Satu kristal putih pada satu waktu.*/Laurens Leba Tukan
Komentar