Anggota DPRD NTT Fraksi Golkar, H. Mohammad Ansor turun ke tengah masyarakat Sikumana dan membawa solusi dari kantong pribadinya
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM — Di sebuah gang sempit di Kelurahan Sikumana, Kota Kupang, suara warga terdengar lantang di antara deretan rumah semi permanen. “Air, Pak Ansor. Kami butuh air,” kata Pius, warga RT 15, Kelurahan Sikumana, Kota Kupang dengan nada yang bukan lagi mengiba, tapi nyaris meledak. Di hadapannya, Ir. H. Mohammad Ansor, Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur dari Fraksi Golkar, berdiri sambil mengangguk pelan.
Sabtu malam (12/7/2025), reses politik Ansor berubah menjadi panggung pengambilan keputusan cepat. Setelah mendengar keluhan para Ketua RT dari RT 13 sampai RT 17 soal krisis air, jalan rusak, listrik terbatas, hingga iuran BPJS yang memberatkan, Ansor menjawab dengan satu kalimat yang membungkam keraguan:
“Oke, malam ini kita deal. Satu sumur bor dari pribadi saya, kita taruh di sini.”
Pernyataan itu sontak disambut tepuk tangan warga. Ansor, anggota Komisi V DPRD NTT yang membidangi urusan sosial dan kesejahteraan, memilih tidak menunda. Di tengah realita birokrasi dan tumpang tindih kewenangan antar pemerintah, ia memilih memotong jalur.
“Saya ini hanya jembatan berkat,” ujarnya merendah, tapi tegas. “Kalau bisa saya bantu langsung, saya bantu. Kalau tidak, saya dorong pemerintah kota atau provinsi. Tapi malam ini, sumur bor ini langsung dari saya pribadi.”
Reses itu berlangsung tanpa tenda besar atau pengeras suara modern. Sekitar 50 an warga duduk melingkar, sebagian berdiri di pinggir jalan. Ketua RT 15, Daniel Seo, menjelaskan bahwa krisis air sudah berlangsung bertahun-tahun. “Kami petani sayur, Pak. Tiap hari angkut jerigen, bukan untuk mewah, cuma untuk hidup.”
Ansor mencatat satu per satu permintaan. Untuk sektor pertanian, ia menjanjikan bibit dan pupuk, bukan sekadar janji politik menjelang pemilu, tapi untuk mendukung program One Village One Product (OVOP) yang sedang digenjot Gubernur Melki Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.
“Kalau Sikumana bisa hasilkan sayur yang cukup, kenapa harus beli dari luar?” katanya.
Untuk BPJS, ia meminta asistennya mencatat nama-nama warga tidak mampu agar segera dimasukkan ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Ia juga mengimbau para Ketua RT untuk lebih aktif menjaring warga miskin agar tidak tertinggal dari jangkauan program sosial pemerintah pusat.
Namun malam itu, sumur bor jadi simbol paling nyata dari kehadiran negara lewat tangan perorangan. Bukan dari APBD, bukan dari proposal proyek, tapi dari empati legislator yang memutuskan: politik harus hadir di kran air rumah tangga.
Usai dari Sikumana, Ansor tak langsung pulang. Ia dan tim kecilnya bergerak ke Alak untuk melanjutkan agenda reses. Tapi warga RT 15, Sikumana, malam itu pulang dengan satu perasaan: harapan bisa digali, seperti sumur bor yang bakal dibangun.
Gaya Mohammad Ansor dalam reses ini mencerminkan tren baru dalam politik lokal NTT, di mana legislator tak sekadar menyampaikan pidato, tapi menjawab krisis dengan tindakan langsung.*/Boco/Laurens Leba Tukan
Komentar