GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Pendidikan Sumba Tengah
Beranda / Berita Hari Ini NTT / Sumba Tengah / Dari Dongeng ke Panggung: Sumba Tengah Menenun Masa Depan Lewat Literasi

Dari Dongeng ke Panggung: Sumba Tengah Menenun Masa Depan Lewat Literasi

Wakil Bupati Sumba Tengah, Martinus Umbu Djoka, S.Hut., M.Si, ketika membuka kegiatan Pembudayaan Gemar Membaca yang dirangkaikan dengan Lomba Bercerita Jenjang SD/MI Tingkat Kabupaten Sumba Tengah, Selasa (12/8/2025). Foto: ProkopimSTeng

Wakil Bupati buka lomba bercerita dan kampanye pelestarian bahasa daerah

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Suara riuh tawa anak-anak bercampur dengan ketukan sepatu di lantai aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumba Tengah, Selasa pagi (12/8/2025). Dari desa-desa yang tersebar di Anakalang, Mamboro, hingga Umbu Ratu Nggay, mereka datang dengan ransel kecil, seragam merah putih, dan satu bekal paling berharga: cerita.

Di hadapan para guru, juri, dan pejabat daerah, Wakil Bupati Sumba Tengah, M. Umbu Djoka, S.Hut., M.Si, membuka kegiatan Pembudayaan Gemar Membaca yang dirangkaikan dengan Lomba Bercerita Jenjang SD/MI Tingkat Kabupaten 2025. Selama empat hari, 12–15 Agustus, 87 sekolah akan memanaskan panggung, menghidupkan kembali kisah rakyat, dongeng nusantara, dan cerita lokal yang hampir terlupa.

“Budaya membaca dan bercerita harus kita tanam sejak dini. Inilah pondasi agar generasi kita tumbuh cerdas, berkarakter, dan bangga pada akar budayanya,” kata Umbu Djoka. Ucapannya bukan sekadar seremonial. Ia mengaitkan literasi dengan isu yang lebih genting: hilangnya bahasa daerah.

Mengutip hasil penelitian, ia mengungkapkan bahwa Bahasa Anakalang, Mamboro, dan Umbu Ratu Nggay mengalami penurunan drastis jumlah penutur. “Kita perlu memasukkan bahasa ini dalam muatan lokal sekolah, bahkan menggelar lomba pidato bahasa daerah. Kalau tidak, bahasa kita akan punah dalam diam,” ujarnya.

Empat Nyali, Satu Arah: Umbu, Amandio, Danny Ferdito, dan Kingstone Menggeliatkan Indonesia di Arena Drift Dunia

Acara ini dihadiri Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten, perwakilan Perpustakaan Nasional RI, pejabat Dinas PPO, tokoh pendidikan, dan kepala sekolah. Dari deretan kursi tamu, mereka menyimak bocah-bocah yang tampil penuh percaya diri—ada yang bercerita sambil memainkan mimik wajah dramatis, ada yang menyelipkan pepatah lama, seolah membisikkan pesan dari leluhur.

Selain mengajak pelestarian bahasa, Umbu Djoka mendorong Perpustakaan Nasional untuk memberi dukungan konkrit—dari bahan bacaan yang memadai, pelatihan tenaga literasi, hingga sarana dan prasarana. “Literasi yang inklusif dan berkelanjutan adalah pintu menuju kualitas sumber daya manusia yang lebih baik,” katanya.

Di luar aula, panas Waibakul memantul dari jalan berdebu. Anak-anak yang sudah tampil saling bercakap dalam bahasa campuran Indonesia dan dialek lokal, menertawakan kesalahan kecil atau memuji penampilan teman. Di wajah mereka, literasi bukan kata formal di buku kebijakan. Ia hidup, menari di panggung, dan, mungkin tanpa mereka sadari, sedang menenun masa depan Sumba Tengah satu cerita demi satu cerita.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement