BA’A,SELATANINDONESIA.COM — Suara Paulus Henuk menggaung di Aula Paroki Gereja St. Christoforus, Ba’a, Kabupaten Rote Ndao Minggu siang (7/7/2025). Tak ada teks pidato yang dibacanya. Bupati Rote Ndao itu berbicara langsung dari pengalaman dan semangat, mendorong kader-kader muda Katolik untuk bersuara, bahkan untuk mengkritik pemerintahannya. Asalkan, katanya, kritik itu tak sekadar retorika kosong. “Kritik, tapi dengan solusi konkret,” ujarnya tegas.
Pernyataan Bupati Henuk itu bukan basa-basi politik. Dalam forum Masa Penerimaan Anggota (Mapenta) dan Musyawarah Komisariat Cabang (Muskomcab) Pemuda Katolik Komisariat Cabang Rote Ndao, sang bupati mengajak organisasi pemuda Gereja Katolik itu untuk turun tangan, bukan hanya dalam urusan internal Gereja, tetapi juga dalam proyek-proyek pembangunan strategis daerah. Terutama, proyek pengembangan industri garam nasional yang menjadikan Rote Ndao sebagai episentrum baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, serta Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena.
“Triliunan rupiah dialokasikan untuk pembangunan industri garam di sini. Ini kesempatan besar, dan saya harap Pemuda Katolik ambil bagian,” ujar Bupati Henuk.
Di depan para kader dan pengurus Pemuda Katolik, Bupati Henuk membuka lebar-lebar pintu kolaborasi. Ia bahkan menyebut tengah menyiapkan kader-kader Katolik dari kalangan ASN untuk menduduki jabatan-jabatan strategis. “Bukan karena agamanya, tapi karena integritas dan profesionalismenya,” katanya, menekankan bahwa pendekatan sektarian sudah lama ia tinggalkan.
Bupati Henuk, yang dulunya aktif berdiskusi di lingkaran PMKRI Menteng, Jakarta, seperti sedang memanggil kembali semangat pergerakan dalam diri para pemuda. Ia meminta mereka tak hanya hadir sebagai pendamping doa, tetapi juga sebagai pengusul kebijakan, pembawa gagasan, bahkan pengingat jika pemerintah melenceng dari jalur.
Dari Ba’a ke Kupang: Garis Sinergi dengan Gubernur
Sehari sebelumnya, Ketua Komda Pemuda Katolik NTT Yuven Tukung bertemu Gubernur NTT Melki Laka Lena di Kupang. Dalam pertemuan informal yang sarat substansi, Yuven menyodorkan berbagai isu strategis yang dihadapi generasi muda NTT. Mulai dari ekonomi produktif, keterlibatan anak muda dalam pembangunan, hingga peluang menciptakan lapangan kerja berbasis potensi lokal.
Gubernur Melki menyambut hangat. “Saya akan selalu dukung Pemuda Katolik. Tapi lebih dari itu, saya ingin lihat kader-kader kita giat dan mandiri secara ekonomi,” kata Gubernur dari Partai Golkar itu.
Melki menyodorkan contoh konkret. Di Kota Kupang, ada kader Pemuda Katolik yang membangun café dengan bahan pangan lokal. Ia ingin gerakan serupa menyebar ke seluruh NTT, Pemuda Katolik tak hanya tampil di altar, tetapi juga di pasar, di kebun, dan di lini usaha kecil-menengah.
“Kita butuh kemandirian. Bangun ekonomi, bangun organisasi,” ujar Gubernur Melki.
Gerakan Gereja di Tengah Dunia
Yuven Tukung, dalam pidatonya di Muscab Rote Ndao, menyebut Pemuda Katolik sebagai “perpanjangan tangan Gereja dan umat yang diutus ke tengah masyarakat.” Kalimat itu bukan simbolik belaka. Di tengah geliat investasi dan pergeseran lanskap pembangunan, peran organisasi ini justru makin strategis: menjadi jembatan antara nurani sosial Gereja dan realitas ekonomi-politik daerah.
“Pemuda Katolik harus hadir, tak hanya dalam ritual, tapi dalam kerja-kerja transformasi sosial,” kata Yuven.
Dengan dukungan moral dari dua pucuk pimpinan di kabupaten dan provinsi, Pemuda Katolik kini menghadapi tantangan sekaligus peluang baru: menjadi mitra kritis, mitra strategis, dan sekaligus motor perubahan sosial di NTT. Rote Ndao bukan lagi sekadar kabupaten di batas selatan, tapi telah menjadi panggung penting dalam pembangunan nasional.
Dan, dari gereja kecil di jantung kota Baa, seruan itu pun dilantangkan.*/Laurens Leba Tukan
Komentar