KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Deru mesin truk kontainer bercampur suara klakson panjang memecah udara siang di Jalan Yos Sudarso, Alak, Kota Kupang. Asap knalpot menari tipis di udara, menyelubungi deretan warung kopi yang nyaris tak pernah sepi dari para sopir yang singgah sejenak.
Di pinggir jalan, tumpukan karung beras, peti kemas menunggu giliran diangkut menuju Kota Kupang, Kabuaten Kupang dan wilayah di daratan Timor lainnya dari Pelabuhan Tenau. “Kalau jalan ini lancar, barang cepat sampai, ongkos juga lebih murah,” kata Yakobus Misa, sopir truk 12 roda yang saban hari melintas dari Soe ke Kupang. “Tapi kalau rusak, perjalanan bisa tambah sejam lebih. Rugi waktu, rugi bahan bakar.” Bagi Yakobus dan puluhan sopir lain, Yos Sudarso bukan sekadar aspal, tapi jalur kehidupan, nadi ekonomi yang menghubungkan daratan Timor dengan pintu keluar masuk perdagangan laut NTT.
Senin siang (11/8/2025), denyut nadi itu mendapat suntikan baru. Sekretaris Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Ayodia G.L. Kalake, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, Wali Kota Kupang Christian Widodo, dan Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT Beny Nahak berdiri di satu titik, memegang senduk semen, menandai peletakan batu pertama proyek penanganan long segment ruas Yos Sudarso.
Bagi Gubernur Melki Laka Lena, pembangunan jalan ini bukan sekadar urusan infrastruktur. “Kami membangun di titik-titik yang menjadi urat nadi pergerakan ekonomi. Walau anggaran terbatas, pendidikan, kesehatan, PUPR, dan sektor produktif tetap menjadi prioritas. Jalan yang baik pasti dinikmati rakyat,” ujarnya, sambil mengaitkan semangat Ayo Bangun NTT dengan gotong royong ala Bung Karno.
Ayodia Kalake, yang pernah memimpin NTT sebagai Penjabat Gubernur, menegaskan posisi strategis ruas ini. “Konektivitas memegang peran penting dalam swasembada pangan, air, dan energi. Jalan Yos Sudarso adalah akses vital yang menghubungkan pelabuhan, kota, dan hinterland ekonomi di Timor Barat,” katanya. Ia menambahkan, pemerintah pusat membawa komitmen penuh untuk mendukung infrastruktur NTT, termasuk melalui kerja sama internasional di bidang lingkungan.
Kadis PUPR Benny Nahak menyebut proyek ini memiliki panjang efektif 1,685 kilometer dengan anggaran lebih dari Rp3 miliar. “Ini adalah langkah awal yang menunjukkan akuntabilitas dan transparansi, sekaligus memperkuat konektivitas wilayah,” ujarnya.
Sementara Walikota Kupang dr. Christian Widodo menyamakan pembangunan ini dengan samudra yang terbentuk dari tetesan air. “Kalau sendirian kita hanya setetes, tapi kalau bersama-sama kita jadi samudra luas,” katanya. Ia mengingatkan, jalan ini bukan hanya memudahkan logistik pelabuhan, tapi juga dilengkapi drainase untuk mengatasi banjir, persoalan klasik kawasan pesisir Kupang.
Batu pertama itu kini tertanam di tanah Alak, bukan sekadar sebagai pondasi fisik, tapi simbol persatuan tiga level pemerintahan dan harapan ribuan warga yang hidup dari lalu lintas nadi ekonomi daratan Timor.
Di sudut jalan, Yakobus Misa menyalakan rokoknya, memandangi alat berat yang mulai bekerja. Dalam benaknya, ia membayangkan aspal hitam mulus terbentang dari pelabuhan hingga tikungan terakhir menuju Soe. Tak ada lagi guncangan keras yang memaksa truknya melambat, tak ada genangan yang memaksa ia berhenti. “Kalau jalannya bagus, kita pulang lebih cepat. Bisa makan malam sama keluarga,” ujarnya, tersenyum. Bagi Yakobus dan para sopir lain, jalan mulus itu bukan sekadar kemudahan berkendara, ia adalah janji waktu yang kembali, rejeki yang mengalir, dan kehidupan yang sedikit lebih ringan di daratan kering Timor.
Mendengar kisah seperti itu, Gubernur Melki Laka Lena menanggapinya dengan nada tenang. “Kalau rakyat bisa pulang lebih cepat, bertemu keluarganya, dan usahanya lancar karena jalan baik, di situlah makna pembangunan sesungguhnya,” katanya. “Infrastruktur bukan hanya beton dan aspal, tapi jembatan yang menghubungkan harapan dengan kenyataan.”*/Ocep/Laurens Leba Tukan



Komentar