BA’A,SELATANINDONESIA.COM — Sisa-sisa puing hangus masih mengepulkan bau arang di Jalan ABRI, Kelurahan Mokdale, Selasa (15/7/2025) pagi itu. Di sudut halaman rumah yang telah menjadi abu, seorang pria paruh baya duduk termangu, tangannya gemetar menahan sedih, matanya sembab, ia adalah Hans Makh, warga yang malam sebelumnya rumahnya dan sebagian besar harta bendanya hangus dalam kobaran api.
Api melahap segalanya dalam hitungan menit. Senin malam, (14/7/2025), kebakaran itu melumat sebagian rumah Hans. Warga sekitar hanya bisa membantu menyiram dan memanggil bantuan darurat. Tapi, tak ada yang bisa menyelamatkan rumah itu dari amukan api.
Keesokan harinya, suasana di halaman rumah Hans tak lagi hanya berisi duka. Wakil Bupati Rote Ndao, Apremoi D. Dethan, datang berjalan pelan menyusuri reruntuhan, mengenakan seragang sederhana. Ia tak datang sendiri, bersama rombongan dari Dinas Sosial dan Penanganan Bencana Daerah, juga Anggota DPRD Provinsi NTT Simson Polin yang dikenal dekat dengan warga Rote.
Tanpa banyak kata, Mama Wabup, begitu warga biasa memanggilnya, menyapa Hans yang masih terdiam menahan guncangan batin. Tangis Hans pun pecah, di depan Mama Wabup.
“Saya menyampaikan turut prihatin atas musibah ini, Bapa Hans. Kami membawa sedikit bantuan dari pemerintah daerah, dan juga titipan salam dari Bapak Bupati yang saat ini berada di Kupang,” ujar Apremoi, matanya berkaca-kaca. “Kami yakin, dalam kesedihan ini, Tuhan tetap menyertai keluarga Bapa Hans.”
Bantuan berupa bahan makanan, tikar, selimut, serta perlengkapan dasar diserahkan langsung oleh Mama Wabup kepada Hans Makh dan keluarganya. Tak hanya bantuan logistik, kehadiran pemimpin perempuan muda di Rote Ndao ini menjadi penawar luka paling nyata pagi itu.
Anggota DPRD Provinsi NTT, Simson Polin, turut memberi penguatan. Di depan warga yang berkumpul, ia menyampaikan pesan solidaritas:
“Musibah ini bukan akhir. Pemerintah tidak akan tinggal diam. Kami akan bersama Bapa Hans membangun kembali apa yang semalam hilang.”
Hans Makh, yang kesehariannya dikenal sebagai pria sederhana dan taat beribadah, menunduk haru. Suaranya tercekat saat mencoba menyampaikan terima kasih.
“Kami tidak menduga ini terjadi. Tapi saya bersyukur, karena Tuhan masih mengirim orang-orang baik seperti Mama Wakil dan Bapak Simson. Kami hanya bisa berdoa agar Tuhan memberkati semua tugas pelayanan Bapak dan Mama di tempat ini.”
Matahari mulai naik di langit Rote, membiaskan cahaya ke serpihan rumah yang tersisa. Di antara puing-puing, terasa ada harapan yang perlahan tumbuh: bahwa di tanah yang sempat hangus terbakar, empati dan kepedulian bisa menjadi benih awal untuk memulai kembali.*/Laurens Leba Tukan
Komentar